Terhanyut Aroma Pinus di Giri Wening

Wisata hutan pinus Giri Wening seluas 430,2 Ha berada di kawasan hutan milik Perum Perhutani di Desa Cikidang, Lembang. Tempat dan pemandangan alamnya sangat indah dan cocok untuk dinikmati. Harum pepohonan konifer langsung tercium di hidung begitu sampai di parkiran.

Berbagai fasilitas telah tersedia seperti tempat bermain anak, mushala, kamar mandi, camping ground hingga jembatan mini yang cocok sebagai lokasi swafoto. Dari segi akses juga gak susah, pake mobil sedan juga bisa cuma harus disiapin kendaraan yang fit karena nanjak-nanjak. Rekomendasi sih lewat Dago Giri biar lebih cepat.

Tempat ini tak jauh dari Puncak Eurad yang sudah lebih dahulu populer. Kelebihan dari Giri Wening adalah parkirannya yang lapang hingga tak perlu khawatir tak kebagian lapak parkir.  Karena tak jauh dari Puncak Eurad,  tentunya bisa sekalian main ke dua tempat sekaligus khan.

Jalur hiking darisini cukup banyak bisa ke Batu Belang,  Puncak Eurad,  Cikole bahkan curug Cibangban yang makan waktu tiga jam perjalanan. Karena banyak percabangan,  pastikan kamu mengenal baik jalurnya.  @districonebdg

Pasir Angling Bikin Susah Berpaling

Dari buper Pasir Angling ini bagi pecinta hiking dapat menjelajah ke beberapa destinasi yang menarik seperti curug Cibodas, curug Luhur, Batu Ampar hingga ke gunung Bukitunggul.

Pasir Angling  merupakan sebuah kawasan wisata alam yang terletak dibawah kaki Gunung Bukit Tunggul Cibodas Lembang. Sebagai bumi perkemahan,  Pasir Angling sudah sejak dulu dikenal oleh kalangan pecinta alam. Dikarenakan lokasinya berada di Desa Suntenjaya maka kawasan ini kini juga populer dengan sebutan Desa Wisata Suntenjaya.

Dari wilayah ini kita dapat menyaksikan keindahan dataran tinggi Lembang. Beberapa titik lokasi dapat dijadikan spot photografi seperti panorama alam, lahan pertanian, rumah penduduk dan hutan pinus.

Pemandangan hamparan perkebunan yang luas dan hijau akan dapat kita saksikan dikanan dan kiri kawasan setibanya di Desa Wisata Kampung Pasir Angling Suntenjaya.

Dari bumi perkemahan Pasir Angling ini bagi pecinta hiking dapat menjelajah ke beberapa destinasi yang menarik seperti curug Cibodas, curug Luhur, Batu Ampar, perkebunan kina hingga mendaki gunung Bukitunggul. Sedangkan penikmat kopi juga dapat merasakan seduhan kopi arabika yang berasal dari kebun kopi setempat. Menyesap kopi diantara hembusan angin gunung yang menyelinap diantara pepohonan pinus tentu sensasi yang tak akan didapat di cafe manapun di kota.

Rute menuju Desa Wisata Kampung Pasir Angling Suntenjaya tidaklah sulit. Jaraknya hanya sekitar 16 kilometer dari Alun-alun Lembang. Dari Lembang kearah timur menuju Cibodas dengan kondisi jalan beraspal berkelok-kelok, kurang lebih 13km ada tanjakan belok kiri untuk menuju ke desa wisata Pasir Angling. Dikarenakan jalannya kecil sehingga cukup galau bila berpapasan mobil,  sedang direncanakan untuk membuat jalur pulang pergi yang satu arah. Kita tunggu saja beberapa waktu kedepan sehingga perjalanan kesini akan semakin menyenangkan. @districtonebdg

 

Citarum Dibendung Sanghyang Kenit Muncul

Kehadiran arena wisata baru Sanghyang Kenit ini memang berdampak positif bagi warga,  namun ada yang terpinggirkan.  Para pegiat rafting tak lagi bisa beraktifitas di keliaran arusnya dengan leluasa. Mereka tak lagi bisa merasakan megahnya arus Citarum dan ruh kekuatan sang sungai yang legendaris ini.

Setelah mengisi perut di warung nasi pertigaan Cisameng,  Boas memastikan arah “Ti dieu ka arah luhur pan? ”

“Lain,  ka handap,” ujar Bar.

“Har.. saapal urang ka Kenit mah ti arah Sanghyang Poek.. kaluhur heula ti dieu, ” sanggah Boas yang pernah ke beberapa kali ke Sanghyang Kenit melewati jalur Sanghyang Poek.

“Terus we ka handap engke aya jalan ka kiri.. leuwih deukeut tidinya ” jawab Bar kalem.

“Yakin? ” tanya Boas masih belum percaya.

“Geus peureum urang daerah dieu mah, ” cetus Bar yang pernah longmarch dari Rajamandala ke Ciwidey dan kenyang menimba ilmu pada keliaran arus sungai Citarum.

“Anjay….” Boas tak kuasa lagi membantah.

 

Dibendungnya aliran Sungai Citarum Purba ke PLTA Rajamandala, membuat air yang melewati Sanghyang Kenit mendangkal. Arus sungai yang deras menjinak, hanya menyisakan air sungai yang mengalir tenang di antara bebatuan purba. Kehadiran PLTA Rajamandala yang baru beroperasi pada Mei 2019 itu menyerap tenaga kerja dari warga setempat. Di samping itu fasilitas jalan untuk menunjang wisata daerah pun dikembangkan.

Ada pesona “surga” tersingkap di balik pembangunan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Rajamandala di Cisameng, Rajamandala Kulon, Cipatat, Kabupaten Bandung Barat (KBB). Namanya Sanghyang Kenit. Meskipun terbilang baru, namun antusiasme masyarakat untuk mengunjungi tempat wisata ini cukup tinggi.  Ada beberapa aktivitas seru yang bisa dilakukan di tempat ini, diantaranya adalah susur sungai,  susur goa, berburu spot foto, atau hanya sekedar berkeliling lokasi wisata dan menikmati keindahan alamnya.

Saat ini pengelolaan Sanghyang Kenit berada di tangan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kampung Cisameng, Rajamandala Kulon. Kehadiran PLTA Rajamandala juga memberikan energi baru untuk memutar roda ekonomi warga setempat.

Kehadiran arena wisata baru Sanghyang Kenit ini memang berdampak positif bagi warga,  namun ada yang terpinggirkan.  Para pegiat rafting tak lagi bisa beraktifitas di keliaran arusnya dengan leluasa. Mereka tak lagi bisa merasakan megahnya arus Citarum dan ruh kekuatan sang sungai yang legendaris ini. @districtonebdg

Camping atau Hiking? Dua-duanya Aja

Selamat Tahun Baru…! Mulai tahun 2019 DO Adventure akan memperluas outdoor service nya dengan membuka paket camping. Loh camping dimana…, memangnya  DO Adventure punya resort untuk camping kah? Oya betul, resort kami ada dimana-mana 😀  maksudnya kamu bisa pilih tempat camping dimana saja sepanjang trek hiking yang biasa dilalui hehe.

Banyak lokasi yang layak untuk camping sepanjang trek-trek hiking dari Bandung Utara hingga Sumedang.  Barangkali banyak tempat yang  belum pernah kamu dengar sebelumnya seperti curug Cibareubeuy, curug Layung, Puncak Eurad, gunung Lingkung, puncak Papanggungan, Sukawana dan banyak lagi. Atau lokasi populer seperti Jayagiri dan Dago Pakar.

Jadi kamu ga usah khawatir kekurangan tempat camping yang asyik sepanjang trek mulai dari Burangrang Selatan hingga Manglayang. Medannya bervariasi mulai dari pinus, kebun teh, air terjun, tepi sungai atau puncak bukit. Namun semua ada tantangannya yaitu akan ada aktifitas hiking ringan sebagai eksplorasi medan sekitar.  Tapi jangan khawatir hikingnya hanya untuk kesegaran saja kok tidak akan terlalu jauh ^_^

 

Haduuh… kenapa harus ada hikingnya seh? Begini, bila tempatnya terlalu mudah dicapai maka akan sangat ramai oleh pengunjung, kadang bahkan seperti pasar ( hiperbol tentu saja 😀 ). Bukan suasana seperti itu yang diharapkan kala camping bukan? Nah tempat-tempat agak menyingkir dengan suasana asri bisa dibilang akan selalu dapat ditemukan bila kita mau sedikit orientasi. Disamping itu sangat dianjurkan untuk mengenal medan sekitar area camping, disamping menambah wawasan pada kawasan sekitar juga kurang seru bila seharian hanya dilewatkan disekitar tenda saja.

Bila tak mau repot-repot ada baiknya memlih camping di resort-resort wisata saja yang sudah menyediakan fasilitas tenda mulai dari yang medium hingga glamor. Kalo yang murah  tentu akan tetap sedikit repot kan hehe.. Banyak sebaran tempat glamping di lokasi-lokasi wisata di Bandung Utara  mulai ratusan  ribu hingga jutaan yang tak masuk akal. But please do yourself a favor...carilah sedikit adrenalin bila ingin merasakan camping yang sesungguhnya.

Camping di bukit Papanggungan.

Operator camping biasanya sudah menyediakan perlengkapan namun sebatas standar seperti tenda, matras dan sleepingbag. Diskusikan dengan penyelenggara, peralatan apa yang disediakan dan apa yang perlu dipersiapkan sendiri. DO Adventure sendiri hanya menyediakan tenda, matras, kompor dan sleepingbag. Sebenarnya itupun sudah cukup namun bila ingin kelengkapan lebih, jangan khawatir banyak penyewaan alat-alat outdoor yang selalu siap membantu.

Nah dengan perlengkapan yang memadai camping di pegunungan akan sangat mengasyikan, namun bersiaplah pada dinamika cuaca. Elemen ini sering kurang diperhitungkan oleh para penyuka kegiatan outdoor, berharap cuaca bagus sepanjang hari. Siapkan perlengkapan yang memadai karena cuaca buruk dapat mampir sejenak karena seperti dikatakan mereka yang berpengalaman : there’s no such thing as bad weather only bad clothes. @districtonebdg

 

Sensasi Rumah Pohon di Kareumbi

Taman Buru Masigit Kareumbi (TMBK) telah ada sejak tahun 1976 namun pada perkembangannya pernah mengalami kerusakan akibat penggundulan hutan sebagian wilayahnya. Sedikit demi sedikit reboisasi kawasan ini mulai menampakkan hasil. TBMK populer disebut oleh masyarakat sekitar sebagai Blok KW (Kawasan Wisata) dan merupakan batas timur wilayah Bandung. Memiliki luas 12.420,70 hektar, TBMK secara administratif berada di Kabupaten Bandung, Kabupaten Garut dan Kabupaten Sumedang, namun sebagian besar area berada di Garut dan Sumedang.

Kala berkunjung ke Kareumbi, yang sedang hangat diperpincangkan di Cicalengka adalah tewasnya 40 orang karena miras oplosan. Tema itulah yang  menjadi bahan obrolan sepanjang jalan dengan supir angkot  warna kuning trayek alun-alun Cicalengka-KW ini.

Bisa dibilang, survey ke Kareumbi ini terbilang amat lambat, bahkan ini merupakan upaya kedua setelah survey pertama hanya sampai stasiun Cicalengka lalu pulang lagi. Benar-benar kurang niat… yah namanya juga anggaran cekak hehe. Kali ini kami lebih bertekad, salah satunya karena hampir kehabisan tempat juga untuk disurvey di Bandung Utara. Males ah kalo ke Bandung Selatan, maceet…jadilah tempat-tempat yang bisa diakses kereta jadi pilihan. Dari stasiun kereta naik angkot ke alun-alun Cicalengka lalu naik angkot lagi ke Kareumbi.

Setelah turun dari angkot, jarak ke pintu masuk hanya sekitar 300 meter jadi berjalan saja dalam keteduhan hutan. Tiket masuknya Rp7.500,- lebih murah dari kebanyakan tiket wisata alam Perhutani di sekitar Bandung yang rata-rata Rp 10.000,- .

Gerimis turun tak lama sesampai di pos tiket, kamipun  melipir ke kantin dekat pintu masuk. Menyeruput kopi sambil menunggu hujan reda. Kantinnya luas bernuansa kayu, cukup menyenangkan bila dijadikan sebagai tempat kongkow juga.

Setelah hujan reda barulah sedikit bereksplorasi antara lain ke kandang rusa dan rumah pohon. Atraksi utama di Kareumbi ini adalah rumah pohon ditengah hutan, yang menurut kami lebih cocok disebut pondok kayu. Karena letaknya pun bukan diatas pohon  😀 . Sewa rumah pohon ternyata tidak murah juga mulai dari 500ribu , nah bagi yang mau melewatkan malam dihutan dengan murah meriah  sebaiknya camping saja. Rumah pohon cukup dijadikan arena instagram saja.

Kawasan rumah pohon memiliki area lapang cukup luas yang  dikelilingi pepohonan besar. Lumut yang tumbuh dipepohonan menunjukkan tuanya hutan disini. Kita akan mendapat sebuah kesan berada di suatu masa lalu, mungkin masa jurrasic park. Hati-hati dengan T-Rex yang bisa muncul dengan tiba-tiba 😀 . Disini kami sempat berkenalan dengan Bella, si cantik jinak yang merupakan primadona Kareumbi. Liat saja fotonya..imut kan?

Hutan di kawasan Kareumbi tampak cukup terjaga keasriannya, sekilas mengingatkan pada kawasan gunung Puntang. Sejak turun dari angkot tadi pepohonan besar telah menyambut, dan semakin kedalam tampaknya akan semakin lebat. Sinar matahari tampak kesulitan menembus rapatnya atap hutan. Bisa dibayangkan bila hari sudah gelap yang ada hanya kegelapan total. Namun saya tak merasa asing disini.

Sayangnya kala akan pulang angkot sudah tak ada, padahal baru jam 2 siang. Terpaksalah memakai jasa ojek hingga ke stasiun kereta. Dalam perjalanan ojek pulang saya menanyakan lokasi daerah-daerah sekitar Kareumbi seperti Pangragajian, Kubang dan Cilejet. Waktu kecil pernah kesana.

“Eta mah tebih deui. ti Tanjungwangi aya belokan teras we mun ka Pangragajian.. pami Kubang komo Cilejet mah perbatasan Garut, tebih keneh” jawab ojek.

Hmm..barangkali itu yang membuat saya tak merasa asing di Kareumbi, ada memori masa kecil yang kembali mengenali aroma hutan itu. @districtonebdg

Curug Batu Templek yang Tersembunyi di Pasir Impun

Bagi yang tak punya banyak waktu namun ingin menjelajah curug silakan datang ke kawasan Pasir Impun di jalan raya Ujungberung. Disini terdapat curug Batu Templek yang cukup tersembunyi dari keriuhan wisata. Mungkin karena letaknya didalam area penambangan atau aksesnya bukan jalan umum dan kurang leluasa. Maklum saja hanya truk pengangkut batu atau pasir yang keluar masuk jalan curam menuju curug. Maka kebanyakan pengunjung yang datang tampak memakai motor, itu pun bisa dihitung dengan jari.

Menuju kesini, bila datang dari arah Cicaheum maka setelah penjara Sukamiskin ada jalan belok kiri yang menanjak. Ikuti terus jalan utama maka akan sampai di kawasan penambangan batu tempat curug Batu Templek berada. Jalan menuju curug berupa turunan di area rumpun bambu yang cukup curam di sebelah kanan jalan. Tampak ada seperti pos tiket yang sederhana, namun saat kami datang di hari Kamis tak ada yang menyambut. Hanya warung yang tetap buka, segera saja kami melakukan protap yaitu ngopi dan sosped.

Sebenarnya curug ini cukup indah  berupa tebing batu yang lebar dan tinggi, dengan curahan air yang tak terlalu besar namun warnanya keruh kecoklatan seperti curug Dago. Sekedar memandanginya dari dekat atau kejauhan sudah memberi kesan yang damai tanpa perlu menceburkan diri ke curahan airnya. Namun tentu saja, berada demikian dekat dengan curug akan selalu menggoda untuk sekedar merasakan basah.

Jalan Pasir Impun ini bila ditelusuri terus ke atas akan menyambung ke tempat wisata Oray Tapa yang biasa diakses dari jalan Sindanglaya. Namun dibeberapa lajur jalan akan tampak memaksakan untuk meneruskannya walau kami tetap melaluinya dengan motor matic. Terkadang dalam perjalanan memang kadung muncul semangat kamikaze 😀

@districtonebdg

Cipanas Nagrak yang Luput dari Perhatian

Wisata alam Cipanas Nagrak di Parongpong terbilang baru muncul ke permukaan jagad maya. Padahal bagi masyarakat Cihideung sudah turun temurun diketahui, terbukti kala kami menanyakan lokasinya kepada warga dibeberapa tempat yang berbeda semua tahu lokasinya.  Lokasi tepatnya di jalan Nagrak Kulon, tak jauh dari  pertigaan Sersan Bajuri-Kolonel Masturi ke arah SPBU/Lembang. Dari jalan masuk Nagrak Kulon, sekitar 300 meter di sebelah kiri kendaraan sudah bisa parkir  di lokasi sekedarnya. Dari lokasi parkir berjalan sektar 100 meter menyusuri selokan makan akan sampai di lokas cipanas Nagrak ini.

Terus terang kami sendiri merasa sedikit “kecolongan” ihwal keberadaannya. Rupanya jurus-jurus sosped yang selama ini jadi andalan belum sempurna hehe.. Bagaimana tidak, rumah di belokan masuk Nagrak Kulon merupakan teman tempat kami singgah bila survey di daerah sini, dan 200 meter masuk ke jalan itu juga tempat sowan sambil ngopi-ngopi kala dulu masih sering ikut-ikutan offroad  jalur Gunung Putri-Sukawana. Entah kenapa dulu tak ada hawar-hawarnya info tentang sumber air panas ini, padahal kan enak bila berendam setelah capek survey atau offroad ><‘

Bermunculannya wisata alam baru di Lembang menjadi momentum bagi warga memperkenalkan Cipanas Nagrak ke khalayak untuk menambah pemasukan. Walau tampaknya termasuk yang paling bersahaja dibanding wisata-wisata alam baru itu, justru kesederhanaan ini yang menarik. Sejalan dengan konsep jalan-jalan DistrictOne yang menghindari wisata populer namun lebih mendekatkan diri pada community-based eco tourism. Kami percaya uang yang dibelanjakan lebih bermanfaat bagi warga, tidak masuk ke rekening koran pemilik modal besar. Demikian juga interaksi yang sejajar dengan warga setempat akan berdampak positif bagi turis kota.

Jangan terlalu berharap berendam air panas seperti di Ciater disini, karena airnya pun hanya hangat suam-suam kuku. Mungkin kalau Parongpong sedang beku, walau berendam disini masih akan tetap ada rasa dingin yang mengusap kulit. Namun kandungan belerang dari mata air panas ini dipercaya menyembuhkan, sehingga sayang kalau datang kesini tak berendam mereguk khasiatnya. Menurut warga, airnya akan lebih panas kala subuh atau lewat magrib. @districtonebdg

 

Tergoda Bukit Senyum di Burangrang Selatan

Salah satu tempat wisata di kawasan Perhutani yang baru dibuka tahun 2017 ini adalah Bukit Senyum di Burangrang, mungkin relatif bersamaan dengan curug Cibodas di Bukittunggul. Biasanya bentuk pengelolaannya merupakan kerjasama antara Perhutani dengan masyarakat desa (Lembaga Masyarakat Desa Hutan/LMDH). Atraksi yang ditawarkan pun tipikal, yaitu suasana hutan dan view alam sekitar. Tak ketinggalan warung, saung dan menara selfie.

Menuju Bukit Senyum ini baik dari  Parongpong maupun Cimahi ambillah arah ke Cisarua lalu ikuti jalan menuju Cipada. Jalan ke arah Cipada ini sudah aspal walau tak mulus, namun sayangnya hanya sampai perbatasan kebun teh. Darisana bersiap-siaplah melalui jalan koral hingga sebuah pertigaan terdapat papan petunjuk kecil yang mengarah ke Wisata Alam Burangrang Selatan. Plang kecil dari kayu ini mengingatkan pada petunjuk serupa menuju Sindang Geulis Kahuripan, dan memang jalurnya juga lewat sini. Entah memang tak ingin terlalu mencolok atau memang sekedarnya.

Bukit Senyum atau Wisata Alam Burangrang Selatan entah mana yang benar, mengingatkan pada ambiguitas penyebutan Puncak Bintang dan Bukit Moko di kawasan Tahura. Namun bila membaca di plang, tampaknya Wisata Alam Burangrang Selatan lah nama yang ingin ditonjolkan. Barangkali Bukit Senyum merupakan bagian dari tempat wisata ini.

Banyak jalan setapak di sekitar tempat wisata ini, sehingga tampaknya bagi yang suka hiking bisa melanjutkan dengan berjalan kaki menuju spot agak jauh seputar hutan pinus dan kebun kopi yang mendominasi kawasan sekitar. Dari parkiran masih ada jalan yang cukup lebar untuk diteruskan memakai motor, namun lebih baik berjalan kaki saja menikmati suasana hutan. Lebih syahdu rasanya.

Gunung Burangrang memang tampak amat dekat dari menara selfie, seperti tersenyum dan berbisik pada mereka yang menaikinya. Entah tiap orang merasakannya atau tidak. Menurut warga, jalur setapak dari sini bisa menuju ke puncak gunung Burangrang. Hemm.. informasi yang cukup menggoda, mungkin lain waktu perlu dicari juga jalurnya supaya tak penasaran akan makna senyum sang Gunung. @districtonebdg

 

Mutiara Terpendam di Lereng Burangrang

Kawasan lereng gunung Burangrang bagian Selatan kini sedang getol dikembangkan pariwisatanya, beberapa spot wisata alam dibenahi infrastrukturnya untuk menarik pengunjung. Tempat wisata yang paling baru dibuka tahun 2017 ini adalah Bukit Senyum atau Wisata Alam Burangrang Selatan. Entah mana yang tepat, mengingatkan pada ambiguitas penyebutan Puncak Bintang dan Bukit Moko di kawasan Tahura.

Menuju sisi Selatan Burangrang ini baik dari  Parongpong maupun Cimahi ambillah arah ke Cisarua lalu ikuti jalan menuju Cipada. Jalan ke arah Cipada ini sudah aspal walau tak mulus, namun sayangnya hanya sampai perbatasan kebun teh. Darisana bersiap-siaplah melalui jalan koral hingga melewati perkebunan teh ini, darisitu barulah akan ditemui jalan aspal kembali. Bila diteruskan jalur  ini bisa tembus ke jalan raya Purwakarta.

Salah satu view yang menonjol di sisi sebelah Selatan ini adalah perkebunan teh Pangheotan, yang segera akan mengingatkan kita kepada kembarannya yaitu perkebunan teh Sukawana disisi Burangrang lainnya. Namun di Pangheotan ini jelas lebih sepi, tak seperti di Sukawana yang kini semakin ramai keluar masuk mobil bak yang loading sepeda dan warung yang semakin jauh masuk ke perkebunan.

Selain view perkebunan teh yang menawan terdapat beberapa spot wisata di lereng Burangrang  yang belum banyak diketahui antara lain curug Cipalasari, Bukit Senyum, dan Sendang Geulis Kahuripan. Itu yang sudah menjadi tempat wisata, tentu lebih banyak lagi spot indah lain yang belum tergali. Jalur pendakian gunung Burangrang pun bisa dari sisi Selatan ini. Beberapa kekurangan menuju kawasan ini adalah jalan yang rusak dan kurangnya papan informasi petunjuk arah menuju tempat wisata. @districtonebdg

Kawah Kamojang yang Legendaris di Perbatasan Bandung – Garut

Kawasan wisata Kamojang merupakan kawasan cagar alam di ketinggian sekitar 1.730 meter di atas permukaan laut di punggung Gunung Guntur. Disinilah untuk pertama kalinya energi panas bumi dimanfaatkan secara komersial pada tahun 1983, seperti yang diusulkan  JB Van Dijk tahun 1918. Menuju Bandung Selatan sebetulnya diluar kebiasaan kam melakukan survey bahkan agak dihindari,  mengingat lalulintasnya yang sering macet parah. Namun menuju ke Kamojang  ini masih ada jalur alternatif yaitu lewat Cukang Monteng dimana lalu lintasnya masih bersahabat. Jalur alternatif menuju Majalaya in bisa dicapai dari Rancaekek, Bojongsoang, Gedebage dan Ciwastra

Kawah Kamojang terletak hanya sekitar 40 kilometer di selatan Kota Bandung, jalur yang bisa dikami lalui adalah melalui Majalaya melewati tanjakan panjang Cukang Monteng. Setelah jembatan Kamojang Hill Bridge, maka tak berapa lama kami pun sampai di tujuan. Jika melalui Garut, jalan yang ditempuh lebih landai dengan jarak dari Garut ke Kamojang sekitar 25 kilometer.

Memasuki kawasan kawah Kamojang  kita akan langsung disambut pipa-pipa besar milik beberapa bangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang dikelola oleh PT. Pertamina dan PT. Indonesia Power. Di sini terdapat 23 kawah, dua di antaranya berbentuk danau dengan asap yang mengepul dari permukaan airnya. Di sini dapat ditemukan fumarol, kawah lumpur, danau panas, dan asap yang muncul dari rekahan tanah. Di Kawah Hujan pengunjung dapat merasakan sensasi spa dengan gratis dan terapi pijat dari cipratan air belerang yang dipercaya menyembuhkan.

Salah satu yang menyenangkan dari wisata alam dibanding taman wisata buatan, adalah terdapat banyak jalur setapak yang asri. Jalurnya mengarah ke segala arah, bila berminat menelusurinya. Bagi yang senang mengeksplorasi, banyak jalur untuk hiking ringan disini dengan suasana hutan yang rimbun.

Di sekitar Kamojang ditengarai masih banyak satwa langka yang masih bisa dijumpai kalau kita beruntung menemukannya. Di cagar alam ini, berdasarkan hasil penelitian, masih ada macan tutul, trenggiling, surili, lutung, ayam hutan, monyet, dan beraneka jenis burung. @districtonebdg