Selain Ubi, Cilembu juga Punya Curug Cirengganis

Diakses dari kebun pembibitan Kareumbi, pengunjung bisa menikmati sejuknya udara pegunungan khas Desa Cilembu serta mendengar lembutnya suara angin yang menggoyang pohon-pohon pinus serta merdunya suara gemercik air sungai. Sejatinya kebun pembibitan ini bukan tempat wisata komersil, namun dengan kunjungan yang memperhatikan konservasi tentunya akan disambut.

DESA Cilembu di Sumedang  dikenal sebagai pengasil ubi dengan cita rasa tinggi. Namun, selain terkenal dengan ubinya, Cilembu ternyata kini mempunyai air terjun perawan nan cantik alami yaitu curug Cirengganis. Lokasinya berada di Desa Cilembu, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang.

Diakses dari kebun pembibitan Kareumbi, pengunjung bisa menikmati sejuknya udara pegunungan khas Desa Cilembu serta mendengar lembutnya suara angin yang menggoyang pohon-pohon pinus serta merdunya suara gemercik air sungai. Sejatinya kebun pembibitan ini bukan tempat wisata komersil, namun dengan kunjungan yang memperhatikan konservasi tentunya akan disambut.

Untuk mencapai kebun pembibitan , jika berangkat dari Jatinangor dan dari pintu tol Cileunyi, kamu  bisa mengambil jalan ke arah Sumedang lalu belok ke kanan tepat setelah kantor Pegadaian Tanjungsari. Atau menuju arah Garut lalu belok kiri arah Cimanggung,  cek poin nya Alfamart.

Trek melipir bukit ini cukup family friendly sehingga bisa jadi ajang hiking keluarga. Rute hiking ke curug dilalui sekitar 1,5 jam mengikuti aliran air yang jernih. Walau dilalui saat kemarau dijamin keteduhan senantiasa menaungi dan hawa sejuk terasa dari kelembaban hutan. Pastikan kamu mengenal jalur supaya tidak nyasar dipercabangan. @districtonebdg

 

Terhanyut Aroma Pinus di Giri Wening

Wisata hutan pinus Giri Wening seluas 430,2 Ha berada di kawasan hutan milik Perum Perhutani di Desa Cikidang, Lembang. Tempat dan pemandangan alamnya sangat indah dan cocok untuk dinikmati. Harum pepohonan konifer langsung tercium di hidung begitu sampai di parkiran.

Berbagai fasilitas telah tersedia seperti tempat bermain anak, mushala, kamar mandi, camping ground hingga jembatan mini yang cocok sebagai lokasi swafoto. Dari segi akses juga gak susah, pake mobil sedan juga bisa cuma harus disiapin kendaraan yang fit karena nanjak-nanjak. Rekomendasi sih lewat Dago Giri biar lebih cepat.

Tempat ini tak jauh dari Puncak Eurad yang sudah lebih dahulu populer. Kelebihan dari Giri Wening adalah parkirannya yang lapang hingga tak perlu khawatir tak kebagian lapak parkir.  Karena tak jauh dari Puncak Eurad,  tentunya bisa sekalian main ke dua tempat sekaligus khan.

Jalur hiking darisini cukup banyak bisa ke Batu Belang,  Puncak Eurad,  Cikole bahkan curug Cibangban yang makan waktu tiga jam perjalanan. Karena banyak percabangan,  pastikan kamu mengenal baik jalurnya.  @districonebdg

Menguak Misteri Nama Gunung Bukit Tunggul

Bagi pemerhati toponimi perubahan nama menjadi Bukit Unggul bisa dikatakan sebagai  bullying terhadap toponimi. Toponimi adalah ilmu tentang nama tempat, asal-usulnya, arti atau makna, serta penggunaannya. Leluhur memberi nama tempat sesuai dengan karakteristik tempatnya atau asal-usulnya, dan bahkan mungkin dikaitkan dengan sesuatu yang lebih luhur.

Menurut legenda Sangkuriang, kayu yang digunakan  membuat perahu atas permintaan Dayang Sumbi ditebang dari sebuah pohon di sebelah timur (di G. Bukittunggul) dan daun-daunnya jatuh ke sebelah barat menjadi G. Burangrang (rangrang = rontokan dedaunan). Dekat dengan G. Bukittunggul sekarang terdapat G. Pangparang (parang untuk menebang pohon itu). Setelah pohon ditebang, tinggallah umbi tunggul dari pohon tersebut sehingga masyarakat Bandung lama memberinya nama Gunung Bukittunggul. Gunung berketinggian 2.209 meter dpl ini boleh dikatakan gunung tertinggi di utara Bandung, untuk mendakinya dapat dilakukan mulai dari tepi jalan Lembang – Ujungberung, naik ke arah perbukitan hutan pinus. Memasuki kawasan hutan, lereng sangat terjal sampai akhirnya menemukan dataran puncaknya.

Tapi sebentar… yang tertulis di tugu dekat Kampung Batuloceng, kira-kira 5 km timur Maribaya, Lembang, adalah Bukit Unggul. Lho… pigimane ini, tong.. Bagi pemerhati toponimi perubahan nama menjadi Bukit Unggul bisa dikatakan sebagai  bullying terhadap toponimi. Toponimi adalah ilmu tentang nama tempat, asal-usulnya, arti atau makna, serta penggunaannya. Leluhur memberi nama tempat sesuai dengan karakteristik tempatnya atau asal-usulnya, dan bahkan mungkin dikaitkan dengan sesuatu yang lebih luhur.

Walaupun sekarang kita terlanjur menggunakan nama Gunung Bukit Tunggul, tapi terungkap bahwa nama asalnya adalah Gunung Beutitunggul. Ini berdasarkan pada sebuah catatan dari Van der Pijl seorang ahli botani Belanda.  Dankzij van der Pijl merujuk pada: PIJL, L.v.d. Wandelgids voor den Tangkoeban Prahoe, Bandoeng Vooruit, Serie no. 5. Menurut referensi tersebut  nama itu tadinya Beuti Tunggul (beuti = umbi), tetapi karena kesalahan pemetaan berubah menjadi Bukit Tunggul. Nah.. misteri pun terpecahkan, setidaknya mulai terkuak. @districtonebdg

literatur : Budi Bramantyo,  Kompasiana

Melipir Gunung Keramat ke Perkebunan Teh Ciater

Jika kamu ingin mengisi waktu liburan dengan murah meriah, datanglah ke wisata Cikole Lembang yang berada di Bandung. Kawasan ini cocok untuk kamu yang ingin mencari  segar, jauh dari keramaian dengan dengan suasana alpinis. Hutan pinus memiliki daya magis tersendiri bagi wisatawan seolah dunia tersendiri. A walk between two pines is a door to another world

Siapa bilang liburan harus mengeluarkan biaya yang banyak? Jangan sampai kamu tidak memiliki waktu untuk melepas stres akibat hal ini. Jika kamu ingin mengisi waktu liburan dengan murah meriah, datanglah ke wisata Cikole Lembang yang berada di Bandung.

Kawasan ini cocok untuk kamu yang ingin mencari  segar, jauh dari keramaian dengan dengan suasana alpinis. Hutan pinus memiliki daya magis tersendiri bagi wisatawan seolah dunia tersendiri. A walk between two pines is a door to another world. 

Walaupun hanya sekedar hutan yang rindang, akan tetapi kawasan Cikole tidak pernah sepi pengunjung karena memiliki suasana yang sepi, pemandangan hutan yang indah, dan udara yang segar. Triknya adalah menghindari tempat-tempat konsentrasi turis alias melipir ke tempat non wisata komersial.

Jangan lupa untuk menjaga kebersihan serta kelestarian di area hutan pinus. Jangan sampai karena sampah yang kamu buang atau kerusakan yang disengaja membuat pengunjung lain jadi enggan untuk mampir ke Cikole. Take nothing but picture,  leave nothing but footprint,  kill nothing but time,  seperti ujar pelestari alam.

Salah satu rekomendasi kami adalah aktivitas hiking dengan mengeksplorasi wilayah sekitar perbatasan Bandung – Subang. Wilayah yang sering disebut Wates ini merupakan pertemuan vegetasi hutan dan perkebunan teh,  sehingga merupakan kombinasi yang indah. Pada kesempatan ini kami melakukan hiking dari tugu batas Bandung – Subang yang terletak diseberang pintu masuk wisata Tangkuban Perahu menuju perkebunan teh Ciater.

Banyak rute hiking tersembunyi yang indah di daerah Cikole. Tak banyak wisatawan yang mengetahui namun bila kita sedikit saja bersosialisasi dengan warga setempat maka banyak rute yang dapat diinformasikan mereka. @districtonebdg

 

 

Pasir Angling Bikin Susah Berpaling

Dari buper Pasir Angling ini bagi pecinta hiking dapat menjelajah ke beberapa destinasi yang menarik seperti curug Cibodas, curug Luhur, Batu Ampar hingga ke gunung Bukitunggul.

Pasir Angling  merupakan sebuah kawasan wisata alam yang terletak dibawah kaki Gunung Bukit Tunggul Cibodas Lembang. Sebagai bumi perkemahan,  Pasir Angling sudah sejak dulu dikenal oleh kalangan pecinta alam. Dikarenakan lokasinya berada di Desa Suntenjaya maka kawasan ini kini juga populer dengan sebutan Desa Wisata Suntenjaya.

Dari wilayah ini kita dapat menyaksikan keindahan dataran tinggi Lembang. Beberapa titik lokasi dapat dijadikan spot photografi seperti panorama alam, lahan pertanian, rumah penduduk dan hutan pinus.

Pemandangan hamparan perkebunan yang luas dan hijau akan dapat kita saksikan dikanan dan kiri kawasan setibanya di Desa Wisata Kampung Pasir Angling Suntenjaya.

Dari bumi perkemahan Pasir Angling ini bagi pecinta hiking dapat menjelajah ke beberapa destinasi yang menarik seperti curug Cibodas, curug Luhur, Batu Ampar, perkebunan kina hingga mendaki gunung Bukitunggul. Sedangkan penikmat kopi juga dapat merasakan seduhan kopi arabika yang berasal dari kebun kopi setempat. Menyesap kopi diantara hembusan angin gunung yang menyelinap diantara pepohonan pinus tentu sensasi yang tak akan didapat di cafe manapun di kota.

Rute menuju Desa Wisata Kampung Pasir Angling Suntenjaya tidaklah sulit. Jaraknya hanya sekitar 16 kilometer dari Alun-alun Lembang. Dari Lembang kearah timur menuju Cibodas dengan kondisi jalan beraspal berkelok-kelok, kurang lebih 13km ada tanjakan belok kiri untuk menuju ke desa wisata Pasir Angling. Dikarenakan jalannya kecil sehingga cukup galau bila berpapasan mobil,  sedang direncanakan untuk membuat jalur pulang pergi yang satu arah. Kita tunggu saja beberapa waktu kedepan sehingga perjalanan kesini akan semakin menyenangkan. @districtonebdg

 

Rokok Sosped Penunjang Survey

Merk-merk rokok kretek dari Jawa kini jadi andalan untuk sosped di jalur hiking, basecamp maupun perkampungan. Sengaja dipilih rokok coklat karena tampaknya lebih afdol dengan suasana rural yang sarat aroma kerja keras.

Dalam setiap kunjungan pertamanya saat mengunjungi sebuah pedesaan atau perkampungan, team survey selalu melakukan pendekatan personal terhadap penduduk lokal yang diistilahkan sebagai ‘sosped’ atau sosial-pedesaan dengan berinteraksi di warung-warung sekitar.

Perbincangan sepeminuman kopi di sebuah warung lokal seringkali memberi kesan tersendiri baik bagi kami maupun penduduk sekitar. Dari sini kita dapat saling memberi keuntungan, kami mendapat informasi mengenai sebuah destinasi dan mereka mendapat keuntungan secara ekonomi.

Senjata andalan dalam sosped apalagi kalau bukan rokok. Semakin digitalnya pasar rokok menjadi berkah untuk semakin gencar mengeluarkan jurus sosped.. ngiring bingah  istilahnya. Bila dulu bagi-bagi rokok tak terlalu terasa kini saat harganya makin mahal,  maka market place jadi tempat mencari rokok murah.

Bisa dibayangkan penghematannya,  bila kini Marlboro yang bertengger diharga 30ribuan bisa diganti dengan rokok-rokok dari Jawa yang hanya 6 – 12 ribuan saja.  Kalo sebulan sekali mungkin tak terasa,  tapi kalo seminggu sekali kegiatannya maka menjadi signifikan bedanya.

Merk-merk rokok dari Jawa kini jadi andalan untuk sosped di jalur hiking, basecamp maupun perkampungan. Sengaja dipilih rokok coklat karena tampaknya lebih afdol dengan suasana rural yang sarat aroma kerja keras. Rokok bertampilan cerutu juga menjadi favorit karena selain bertampilan eksklusif juga perbincangan bisa lebih panjang karena hisapnya lama.

Jadilah kini familiar dengan merk-merk rokok Sapeek,  L300 Jumbo,  Longsize DR, Jumbo Coklat,  Kanigoro, SA Coklat, Kerbau Jaya,  Lodji99, E Go dan sebagainya. Beramunisi 10-12 batang,  jelas lebih ekonomis dibanding rokok cerutu perkotaan Cigarillos yang hanya 6 batang. Terkadang untuk memperkuat soliditas ini, cerutu Kenner dari Temanggung pun tak jarang dimainkan. Harganya sangat terjangkau.

Namun tak selalu survey dilakukan di daerah pedesaan,  tak jarang juga menelusuri gang sempit perkotaan.  Tentu kurang ciamik bertukar obrolan disini dengan lisong dan klobot,  maka rokok filter jadi pilihan. Tentusaja market place jadi andalan menyediakan amunisi sosped yang murah.  Ragam rokok mild dibawah 10 ribu perak tinggal dipetik darisini sebut saja DAS mild, CC mild, Fred Super, Dalil,  Subur mild bahkan yang beraroma mint maupun fruty bertaburan. Rasanya konon tak terlalu jomplang dari merk kesohor,  entahlah saya bukan perokok murni semata hanya kebutuhan bersosped. @districtonebdg

Mengenal Minuman Teratai Salju

Penyebaran ramuan teratai salju menurut legenda bermula dari mereka yang mengidap penyakit kanker sewaktu berada di Tibet meminum ramuan Bhiksu Tibet hingga akhirnya tersembuhkan. Karena merasa bersyukur atas kesembuhan penyakitnya, mereka pun meminta izin untuk membawa ramuan Teratai Salju ke masing-masing negara asalnya untuk membantu orang-orang yang membutuhkan.

Teratai salju (Saussurea involucrate) adalah salah satu tanaman langka, memiliki sekitar 300 jenis spesies tanaman berbunga dalam keluarga Asteraceae, Karakteristik Teratai Salju atau orang Cina menyebutnya dengan nama Tian Shan Xue Lian merupakan bunga dengan bentuk yang unik.

Umumnya, bunga Teratai Salju memiliki kelopak berwarna putih, namun ada jenis tertentu yang memiliki warna berbeda seperti ungu. Habitat terbesar tanaman ini adalah di puncak pegunungan Himalaya.

Penyebaran ramuan teratai salju menurut legenda bermula dari mereka yang mengidap penyakit kanker sewaktu berada di Tibet meminum ramuan Bhiksu Tibet hingga akhirnya tersembuhkan. Karena merasa bersyukur atas kesembuhan penyakitnya, mereka pun meminta izin untuk membawa ramuan Teratai Salju ke masing-masing negara asalnya untuk membantu orang-orang yang membutuhkan.

Para Biksu Tibet mengizinkan, dengan syarat Ramuan Teratai Salju ini diperbolehkan hanya untuk berbagi dengan orang lain yang membutuhkan tanpa pamrih yang kemudian budaya saling menolong saling memberikan ini berlanjut sampai sekarang.

Buat yang penasaran rasa minuman salju ini bisa hiking ke kaki gunung Tangkuban Perahu tepatnya kampung Rimba Sagun. Tentu saja,  membeli online akan lebih mudah namun jelas sensasinya sangat berbeda.@districtonebdg

Menjelajah ke Cukang Rahong

Saat musim kemarau tiba beberapa bulan yang lalu, kami berkesempatan untuk mengunjungi Sanghyang Heuleut dan Sanghyang Poek. Minggu berikutnya lalu bergerak lebih ke atas lagi, yaitu ke Green Canyon Cikahuripan. Lokasinya sangat indah, namun karena dirasa “kurang berkeringat” dari sini kami bergerak lebih jauh lagi, yaitu ke Cukang Rahong dan Cukang Binbin.

Walau yakin dengan pengalaman tim, namun tidak demikian dengan abah pemilik warung. Beliau serta merta mengutus kakak beradik Kang Hendra dan Kang Budi menemani kami menuju Cukang Rahong.

” Bilih aya nanaon, ” pesannya. Kami manut saja. Sekitar satu jam kemudian dalam cuaca panas ngajeos, tim pun sampai ditujuan setelah meliuk-liuk melewati medan sungai kering dengan bebatuan “sagarede bangsat” kalo istilah para surveyor DO yang memang sering hiperbol.

Diantara tebing beralaskan dasar sungai, kamipun rehat membuka bekal berupa buah alpukat yang tadi dibeli di warung parkiran. Walau cuaca ngajeos, dalam keteduhan tebing sungai dan aliran jernih sisa kemarau ini, sebuah dahaga akan petualangan di Citarum Purba terpuaskan dengan penuh kesegaran.

Aliran sungai Citarum yang dibendung untuk keperluan power house telah membuat beberapa aliran sungai Citarum ini surut, sehingga yang dulunya Cukang (jembatan) kini sudah tidak ada tapi kita bisa melihat jejaknya dengan mengunjungi Grand Canyon Cikahuripan Rajamandala dimana ada beberapa Cukang di sini. Teman-teman tinggal menengadah ke atas sana, lihat tebing di sisi kiri kanannya, bayangkan pada tahun puluhan tahun lalu disana pernah terdapat jembatan yang menghubungkan tebing-tebing tinggi tersebut, sementara jalur setapak yang kita lalui adalah dasar sungainya.

Maka ketika mengunjungi tempat ini, imaji kita mungkin akan berkeliaran membayangkan masa Citarum purba, atau mungkin malah jadi teringat film Flinstone. (2019)

 

Penulis : TB

Senior Hiking To Kawah Upas

Mengapa harus cemas kembali ke alam, sahabat yang setia menemani kita hingga usia tua. Bukankah kita sedang mengunjungi sahabat lama untuk kembali bercengkerama seperti kekasih yang lama tak bersua. Bila samudera rindu pada nelayan, pegunungan memendam rindunya pada para pendaki.

28.02.2021 Sunday Hike to Upas Hill, kali ini ikut pula beberapa peserta senior range umur 60th – 67th. Mereka ABG tahun 70’an yang senang hiking pada jamannya. Sekarang mulai berkegiatan lagi seiring fenomena maraknya grup-grup hiking saat ini yang bertebaran di Kota Bandung.

Bagi mereka, kembali ke alam melakukan hiking secara rutin seperti mengenang nostalgia jaman-jaman kukurusukan dulu. “Age is only a number”, benar adanya, dengan semangat yang kuat mereka pun bisa sampai ke Kawah Upas via perkebunan teh Sukawana. Bahkan disaat para grup pendaki lain dari generasi yang jauh lebih muda memilih mencegat mobil pick up saat turun dari Kawah Upas,  mereka teguh berjalan kaki.

“Berapa kali trekking ngajak sahabat senior usia 60-an, semangat mereka jangan diragukan👍🏼👍🏼 Setiap nemu tanjakan pasti komennya tong sieun mun nimu tanjakan berarti bakal nimu pudunan..intinya dijalani aja.. pelajaran hidupnya : you’ll never know till you try❤️ ,” demikian kesan Melly salah seorang peserta.

Beranjak tua tak membuat manusia harus berkeluh kesah dan mengemis kemudahan dalam bertualang, melainkan tetap mengumpulkan keberanian dan teguh  menghadapinya. Jalani hidup ini dengan berani. @districtonebdg

 

Citarum Journal : Trilogi Sanghyang Plus Curug Halimun

Dimulai dari kunjungan ke waduk Saguling beberapa tahun lalu. Saat itu mulai mendengar Sanghyang Heuleut yang kabarnya sudah bisa dijambangi dengan trekking 2 jam-an. Sayang, saat itu sedang musim hujan dan kondisi tidak memungkinkan.

Tahun 2019 saat musim kemarau mulai menghampiri, kami tidak ingin menyia-nyiakan waktu yang tepat untuk mengunjungi Sanghyang Heuleut dan Sanghyang Poek. Setelah selesai, Minggu berikutnya bergerak lebih ke atas lagi, yaitu ke Green Canyon Cikahuripan. Dari sini kami bergerak lebih jauh lagi, yaitu ke Cukang Rahong dan Cukang Binbin.

The Sanghyang journey berlanjut saling melengkapi dengan explore Sanghyang Kenit, tidak lupa melirik sebentar ke arah Sanghyang Tikoro yang penuh misteri itu.

Lengkaplah sudah jelajah the Sanghyang, menyempurnakan Saguling Trilogy yang membiarkan imaji berkelana ke tahun-tahun dimana air deras mengalir berbaur dengan legenda petualangan arung jeram pada masanya, mengisi katel- katel air berselimut tebing, terbentang sepanjang aliran sungai Citarum yang saat ini dasarnya bisa kita injak dengan leluasa. Saguling Trilogy acomplished!

Lalu, apakah cerita Citarum ini berhenti sampai di sini? Tentu tidak.

*****

Rencana survey ke Curug Halimun sudah bergulir sejak dua bulan lalu sejak terdengar kabar kawasan ini sudah dibuka dan dikelola warga sekitar. Posisi curug ini terletak antara Cukang Rahong dan Sanghyang Heuleut.

Jadwal survey tertunda tatkala ada dari kami yamg harus menuntaskan dahulu proses menjadi relawan uji klinis vaksin covid 19.

Ketika ada event Kamis MODO (Mom’s Day Out-door) jadilah sekalian saja menuntaskan bonus dari Sanghyang Trilogy ini, sehingga akhirnya kami pun ikut melakukan survey ke curug Halimun. Kesimpulan dari trek dengan view yang luarbiasa ini adalah, singkat saja, pondok tapi nyugak.

 

Penulis : Tanti Brahmawati