China Sebagai Destinasi Pendakian Salju

Terdapat beberapa gugusan pegunungan salju di Asia namun yang paling termahsyur tentunya adalah Himalaya dan Karakoram yang memborong seluruh 14 puncak tertinggi di dunia dengan Mount Everest sebagai puncak tertingginya (8.848 mdpl). Dari keempat belas puncak tertinggi di Himalaya dan Karakoram itu, China (9), Nepal (7) dan Pakistan (5) saling berbagi wilayah. Perlu diketahui bahwa Tibet adalah salah satu provinsi di China sehingga dikategorikan sebagai China.

Puncak-puncak dibawah 8000 meter hampir tak terhitung banyaknya, dari yang sering hingga belum pernah didaki. Gugusan pegunungan Himalaya dan Karakoram ini sebagian masuk kedalam wilayah China, yang berbagi wilayah dengan Nepal, Bhutan, Myanmar, India dan Pakistan. Selain itu China juga memliki beberapa gugusan pegunungan salju lain seperti Kunlun, Pamir, Tian Shan dan lainnya yang rata-rata berketinggian diatas 5.000 meter. Gugusan pegunungan ini berbagi wilayah dengan negara-begara Asia Tengah seperti Kyrgistan, Tajkistan dan Kazhakstan.

Sebagai negara maju, China memiliki beberapa keunggulan mutlak dari tetangga-tetangganya yang sebagian masih miskin itu terutama dalam bidang infrastruktur. Keunggulan di bidang teknologi membangun ini memungkinkan akses ke pegunungan menjadi lebih mudah dan murah. Bila basecamp Everest Nepal bisa dicapai dengan berjalan kaki seminggu, maka basecamp Everest Tibet bisa dicapai dengan bis turis. Bahkan beberapa puncak salju seperti Yulong di Yunnan bisa dicapai dengan kereta gantung.

Perjalanan menuju desa-desa terakhir kawasan pegunungan salju juga lebih mudah dicapai. Keunggulan infrastruktur transportasi ini menjadikan biaya pencapaian menjadi lebih murah. Bila dari Kathmandu harus memakai pesawat ke Lukla, maka dari kota-kota di China ke Lhasa (Tibet) cukup dengan kereta. Bila desa terakhir dicapai dengan jalan mobil, maka itu biasanya adalah jalan raya yang lebar, bukan jalan koral sempit berlubang. Bahkan China terus membangun bandara-bandara tertinggi di dunia seperti yang telah beroperasi di Kangding, Sichuan.

Medan pendakian salju di China sangat beragam dari yang mudah hingga tersulit, membuat turis yang datang semakin beragam dari turis massal hingga para pendaki hard core. Puncak-puncak salju berketinggian hingga 7.000-an meter di China sebagian termasuk kedalam puncak-puncak yang paling dapat dicapai oleh pendaki awam. Sebut saja misalnya Haba (5.396 dpl) di Yunnan, Yuzhu Feng (6.224 dpl)  di Sichuan dan Muztag Ata (7.546 dpl) di Xinjiang tak memerlukan teknikal climbing  mencapai puncaknya. Namun tentu saja berapapun ketinggiannya pendakian gunung salju merupakan hal yang amat serius terutama karena faktor cuaca dan ketinggian. Berita baiknya, gunung-gunung ini selalu open season untuk pendakian.

Jadi apabila kita bertanya apakah China akan menyaingi Nepal sebagai destinasi pendakian gunung maka jawabannya bukan lagi ya atau tidak, melainkan kapan. Hal yang membuat China terkesan belum serius menggarap wisata pendakian salju seperti halnya Nepal terutama dua hal, pertama masih melayani pasar turis domestiknya sendiri dan kedua keengganan membuka penuh akses Tibet bagi turis asing. Dan tentu saja bagi negara kaya seperti China, turisme bukan satu-satunya industri yang diandalkan untuk menghasilkan devisa. Sementara Nepal sangat bergantung pada datangnya turis ke negaranya. @bayubhar

 

 

 

 

 

 

Mau Trekking Kemana di Nepal?

Bagi penyuka trekking, tiba di airport Tribuvan, Kathmandu saja sudah terasa ada denyut adrenalin. Sebuah semangat petualangan yang lebih dibanding kota-kota tujuan wisata yang lain. Nepal dengan pegunungan Himalaya nya memang identik dengan wisata trekking, dan dengan koleksi puncak 8.000-an meternya telah menjadi Mekah-nya dunia petualangan.  Ada 14 puncak berketinggian lebih dari 8.000-an meter di dunia dimana sebagian besar terletak di Nepal.

Secara mudahnya, wilayah trekking di Nepal bisa dibagi menjadi beberapa region yaitu Western (Dhaulagiri), Pokhara (Annapurna), Central (Langtang), Kathmandu valley, Khumbu (Everest) dan Eastern (Kanchenjunga). Selain  Kathmandu valley yang didominasi oleh kota tua dan perbukitan, wilayah-wilayah lainnya merupakan medan trekking dipegunungan tinggi. Rute yang paling populer adalah Annapurna dan Everest.

Rata-rata waktu tempuh major route di pegunungan tinggi Nepal adalah diatas seminggu walau terdapat beragam trek pendek yang merupakan variasi jalurnya. Namun bila hanya ingin jalan-jalan sekitar Kahmandu pun bisa, dengan menyasar rute-rute pendek di pebukitan. Yang menarik, terdapat rute trekking dari Kathmandu menuju Lukla via rute Shivalaya, yaitu rute tradisional ekspedisi Everest sebelum ada bandara di Lukla. Waktu tempuhnya sekitar enam hari.

Untuk mencapai wilayah Khumbu (Everest) kita harus menggunakan flight lanjutan ke Lukla. Ini setidaknya perlu $260 pulang pergi (2017). Bila ingin lebih hemat menghindari biaya flight maka menjadikan Pokhara sebagai starting point adalah pilihan yang logis untuk trekking di Annapurna region. Pokhara bisa dicapai delapan jam dengan bis dari Kathmandu.

Wilayah Central (Langtang-Manaslu) juga  bisa dicapai dengan perjalanan bis dari Kathmandu yaitu menuju Syabrubesi atau Sundarijal namun wilayah ini terdampak besar oleh gempa 2015. Sehingga dalam beberapa tahun terahir popularitas region ini menurun, beberapa rute bahkan tertutup.

Wilayah Eastern dan Western relatif lebih jarang dilalui karena selain lebih terpencil juga akan memerlukan manajemen logistik yang lebih kompleks. Dibeberapa rute tak terdapat pondokan sementara rute lain tak tersedia porter. namun biasanya ditempat-tempat seperti inilah terdapat mutiara-mutiara terpendam, keindahan yang tersembunyi. @districtonebdg

Gunung Toubkal Puncak Tertinggi di Afrika Utara

Terobsesi menggapai puncak-puncak gunung sub kontinen? Mengapa tidak mencoba mendaki gunung Toubkal atau Tubkal di barat daya Maroko, yang terletak di Toubkal National Park. Menjulang pada ketinggian 4.167 meter, itu adalah puncak di Pegunungan Atlas ini adalah yang tertinggi di Afrika Utara dan Dunia Arab. Gunung ini terletak tak terlalu jauh sekitar 63 km di sebelah selatan kota Marrakesh, dan merupakan tujuan mendaki yang populer.

Pendaki biasanya memulai pendakian dari desa terakhir Imlil yang berada di ketinggian 1.700 mdpl. Guide yang qualified dapat disewa demikian pula porter, untuk membawa peralatan dan pasokan makanan  ke pegunungan.

Di musim dingin, gunung-gunung tertutup salju dan es, dan bisa rentan longsoran salju.Pendakian selama akhir musim dingin dan musim semi (Februari / Maret) lebih sulit. Crampon diperlukan untuk naik melalui salju dan kadang lapisan es.

Pendakian selama musim panas (dari bulan Mei) tidak teknis namun cukup menantang, dimana lereng curam dan licin serta mountain sickness akan membayangi. Sepatu bot yang kokoh dan pakaian windproof diperlukan, dan tiang trekking akan  membantu. Kapak es mungkin diperlukan pada beberapa tempat disisa-sisa ladang salju yang ada. Di musim panas cuaca di gunung bisa sangat kering, tetapi kadang-kadang terbentuk badai. Meskipun suhu tetap di atas nol pada siang hari, setelah ketinggian 3.500m suhu beku bisa menghampiri.

Terdapat beberapa pilihan rute untuk melakukan pendakian tergantung berapa hari Anda ingin berada di pegunungan. Walaupun begitu adalah mungkin untuk mendaki gunung dalam dua hari dengan starting point dari desa Imlil; hari pertama hingga La Refuge (sebuah basecamp) sekitar tujuh jam, lalu hari kedua ke puncak sekitar lima jam dan kembali ke Imlil  dalam waktu  lima jam. Dari desa lain, pendakian bisa mencapai 3-4 hari lamanya. @districtonebdg

 

Jabal Sham Puncak Tertinggi di Semenanjung Arab

Jabal Shams atau Jebel Syams adalah puncak tertinggi di Oman sering disebut roof of Arabian Peninsula.  Puncak Jabal Sham (3.028 meter dpl) terletak tepat di jantung rantai pegunungan Hajar sebelah Barat di wilayah Al Dakhiliyah, dimana terletak juga Jabal Akhdar. Jabal Shams adalah salah satu atraksi yang harus dilihat untuk setiap pengunjung ke Oman, dengan pemandangan Al Nakhr Canyon begitu spektakuler untuk diberi label sebagai “The Grand Canyon” dari Arabia, serta iklimnya yang sejuk, jalur pendakian yang menarik dan petualangan off road yang ditawarkannya.

Jabal Shams secara harfiah berarti “Gunung Matahari” dalam bahasa Arab,  disebut demikian karena ini adalah tempat pertama di Oman yang menerima matahari terbit karena memiliki puncak tertinggi. Suhu di gunung sejuk sekitar 10-15 ° C lebih dingin daripada di Al Hamra, cukup menyenangkan di musim panas dan agak dingin di musim dingin dengan salju sesekali turun. Jabal Shams menawarkan berbagai kegiatan untuk semua orang, apakah Anda tertarik dengan fotografi malam,  mendaki ke puncak, menjelajahi desa-desa yang ditinggalkan, berkemah di bawah bintang-bintang atau hanya sedikit off-road.

Ada tiga rute mendaki menuju Jabal Shams yaitu: Al Nakhur Rim Hike (Rute W6), Al Khitaym ke Wadi Ghul Hike (Rute W6a) dan Jabal Shams Summit Hike (Rute W4).  Rute pertama yaitu Al Nakhur Rim Hike (Rute W6) paling direkomendasikan untuk pendakian santai karena ini adalah pendakian yang mudah melalui tepi ‘Grand Canyon’ mulai dari desa Al Khitaym. Ini adalah desa di ujung jalan di Jabal Shams, tepat di tepi ngarai. Ketika Anda sampai di desa dan melewati ‘warung’ yang didirikan oleh penduduk desa, Anda akan melihat bendera putih, merah dan kuning yang menunjukkan awal rute W6 & W6a.

Jabal Shams terletak sekitar 250 km dari Muscat, dan dapat diakses dari desa Al Hamra yang berjarak sekitar 2 jam perjalanan dari Muscat. Perjalanan dari Al Hamra ke Jabal Shams paling lama satu jam, dan sebagian diaspal dengan bagian besar yang dinilai dan curam. Meskipun mobil yang lebih kecil kadang-kadang dapat dilihat di Jabal Shams, mobil 4WD sangati direkomendasikan mengingat jalan gunung yang curam. Bahkan kadang banjir akibat sehingga tak memungkinkan dilalui kendaraan kecil. @districtonebdg

sumber : www.omantripper.com

Puncak 7.000 meter yang Paling Mudah Didaki

Kawasan Asia Tengah mengoleksi banyak puncak salju menjulang tinggi yang terutama didominasi oleh gugusan pegunungan Himalaya dan Karakoram. Namun bukan hanya kedua gugusan pegunungan itu saja yang ada di kawasan ini, beberapa lainnya seperti Pamir dan Tianshan kurang begitu dikenal padahal merupakan destinasi pendakian yang menarik. Pik Lenin dan Muztagh Ata di gugusan pegunungan Pamir  telah banyak menarik para pendaki karena medannya yang lebih ramah.

Pik Lenin (7.134 mdpl) di Kyrgistan dan Muztagh Ata (7.509 mdpl) di China disebut-sebut sebagai puncak 7.000-an yang paling accesible bagi pendaki alpinis awam. Mudah disini bukan berarti menggapainya tak memerlukan banyak perjuangan, namun dibanding puncak-puncak salju lainnya berketinggian diatas 7.000 m, kedua puncak ini relatif accesible.

Tentu disarankan mempunyai pengalaman mendaki salju sebelumnya.  Cermatlah memilih pengalaman mendaki sebelum benar-benar menuju puncak 7.000 meter. Medan ketinggian 4.000 meter seringkali salju belum tampak, baru diatas 4.500 bisa dikatakan salju akan menghampiri. Namun di beberapa tempat bila pendakian dilakukan musim panas bisa jadi tetap medan berbatu yang mendominasi hingga puncak seperti dijumpai di Kilimanjaro (Tanzania) dan Darmavand (Iran).

Puncak diatas 7.000 meter seperti Pik Lenin dan Muztag Ata sangat direkomendasikan bagi pendaki alpinis awam oleh banyak ekspedisi komersial karena tak memerlukan skill pendakian gunung es yang mumpuni, hanya endurance trekking hingga ke puncak. Tentu saja perlengkapan standar seperti crampon, kapak es, tali dan harnes tetap akan dipakai. Teknik berjalan moving together pun dilakukan dengan tali tersambung, namun sebatas itulah teknis kesulitannya. Teknik mendaki yang sudah dipakai sejak pendakian salju 5.000 meter dpl.

Riset yang dilakukan DistrictOne memperkirakan pendakian kedua puncak itu masih lebih ekonomis daripada mendaki kebanyakan puncak 5.000-an di Nepal.  Hal ini terutama memperhitungkan pencapaian basecamp yang relatif cepat, perijinan, public transport , infrastruktur basecamp dan popularitas gunung bersangkutan. @districtonebdg

foto : summitpost

 

Seven Summits Nusantara, Pilih Kinabalu atau Bukit Raya?

Ide seven summits nusantara sudah mewacana sejak tahun 90-an meniru ide romantis seven summits dunia awal tahun 80-an yang dicetuskan Dick Bass. Puncak-puncak gunung yang diincar adalah atap-atap pulau dan kepulauan maka akan didapatlah puncak Semeru (Jawa), Rinjani (Nusa tenggara), Kerinci (Sumatera), Latimojong (Sulawesi), Binaiya (Maluku), Bukit Raya atau Kinabalu (Kalimantan) dan Carstenz (Papua). Kecuali Bukit Raya, lainnya berketinggan diatas 3,000 meter dpl apalagi Carstenz menjulang diketinggian 4.884 meter dpl.

Loh, kok ada delapan puncak… piye iki.. katanya seven summits. Begitulah, ada sedikit perbedaaan selera mengoleksi puncak pulau Kalimantan antara gunung Bukit Raya (2.278 mdpl) atau gunung Kinabalu (4.095 mdpl). Kalau atap pulau Kalimantan jelas gunung Kinabalu di Malaysia namun kalau atap pulau Kalimantan yang berada di wilayah Indonesia jelas gunung Bukit Raya di Kalimantan tengah. Tergantung pilihan anda.

Perbedaan selera juga terjadi dalam perdebatan seven summits dunia dimana puncak Carstenz (Papua) atau Kosciusko (Australia) kah yang akan menggenapi seven summits. Menurut Dick Bas puncak tu adalah Kosciusko (2.228 mdpl) di Australia, namun bagi Henrich Herrier itu adalah Carstenz Pyramid di Oceania. Mayoritas pendaki cenderung mengamini pendapat kedua karena Carstenz jelas lebih menantang, namun sebagian lagi tak ambil pusing dan mendaki saja dua-duanya. Mengundang kepenasaran juga bagi saya, mengapa Bass tak memilih Mount Cook (3.724 mdpl) di Selandia Baru yang lebih tinggi dari Kosciusko.

Dulu ide seven summits nusantara tampak begitu megah dan saya pun ikut terobsesi. Namun setelah mengoleksi puncak keempat tahun 1995, lalu surut mendaki dan berhenti melakukan perburuan. Baru pada tahun 2010 menggapai puncak Kinabalu setelah tidur yang panjang. Alasannya kembali mengepak ransel sederhana saja, seperti kata John Muir : the mountains are calling and i must go. Namun terus terang kini  sayapun tak tergesa-gesa mengejar dua puncak sisanya karena sejak hibernasi itu motivasinya sudah bergeser.

Nah, apabila anda menyukai pendakian gunung dan terpikat oleh romantisme seven summits nusantara ini mana yang menjadi pilihan: gunung Bukit Raya atau Kinabalu? Menurut saya gampang saja, daki saja dua-duanya 😀

@bayubhar

In The Shadow of Kawa Karpo

Pegunungan salju Kawa Karpo (Meili Xueshan) di  kawasan perbatasan Tibet – Yunnan adalah gunung suci bagi pemeluk Budhisme Tibet. Puncak tertingginya yang dinamai Kagebo (6.740 mdpl) hingga kini belum tersentuh jejak manusia dimana sejak tahun 1902 berbagai ekspedisi telah mencoba namun selalu gagal. Ekspedisi  Sino-Japan di tahun 1991 bahkan berakhir fatal. Keseluruhan tim berjumlah 17 orang hilang di kakinya dan baru ditemukan tujuh tahun kemudian. Hal ini semakin memperkuat kepercayaan lokal bahwa gunung Kawa Karpo adalah sakral, mereka yang mencoba mendakinya akan berujung kematian. Disisi lain, sulitnya pendakian gunung ini bisa jadi karena medan saljunya yang rawan longsor sehingga amat berbahaya.

Ketinggian yang masih aman untuk dicapai adalah 4.385 meter dpl, yaitu sebuah danau es terletak sedikit diatas base camp ekspedisi Sino-Japan. Menuju kesini adalah melalui desa terakhir Yubeng (3.100 meter dpl) yang hanya bisa dicapai dengan berjalan kaki selama 5-6 jam. Yubeng sendiri desa yang indah sebagai destinasi, beberapa orang meyakini inilah Shangri La sebenarnya. Dari Yubeng terdapat beberapa pilihan untuk trekking selain ke danau es, yaitu sacred waterfalls (3.650 meter dpl), Nazongla Pass (3.680 meter dpl)  dan tentu saja ritual Kawa Karpo kora yaitu sebuah perjalanan spiritual untuk mengelilingi gunung yang memakan waktu setidaknya dua minggu.

Perjalanan panjang menuju desa Yubeng dimulai dari Kunming, China Selatan. Menuju ibukota provinsi Yunnan ini terdapat penerbangan langsung AirAsia dari Kuala Lumpur atau bisa juga melalui jalur darat dari Thailand/Laos memakai bis. Dari Kunming ambil sleeper train menuju Lijiang lalu lanjutkan dengan bis ke kota Shangri La (Zongdiyan). Patut dipertimbangkan menginap semalam di Shangri La sebelum melanjutkan perjalanan bis selanjutnya ke Deqin, lalu Feila Shi dan terus ke Xidang. Darisinilah trek panjang menuju desa Yubeng dimulai.

Bila  penasaran dengan adrenalin trekking di pegunungan bersalju namun hanya menganggarkan dana terbatas maka salju abadi di pegunungan Kawa Karpo bisa menjadi pilihan.  Anda mungkin terkejut, namun bila berangkat dari Jakarta maka pegunungan salju di China Selatan  pencapaiannya jauh lebih terjangkau daripada gugusan gunung salju di kawasan lainnya seperti Nepal, Myanmar atau Papua. @districtonebdg

 

Treking Melipir Jurang di Tiger Leaping Gorge

Tiger Leaping Gorge merupakan kawasan ngarai yang diukir oleh sungai Yang Tze Kiang dengan kedalaman yang bisa mencapai 4 km pada titik palng ekstrimnya. Melakukan hiking di ngarai ini sangat cocok bagi penyuka hiking dan memerlukan waktu 2-3 hari untuk nyaman mengeksplorasinya. Tak banyak manfaatnya bila ingin bergegas menyelesaikan jalur yang indah ini dengan tergesa-gesa melewatinya, karena akan banyak kehilangan suasana pegunungannya yang khas.

Menuju ke kawasan Tiger Leaping Gorge dimulai dari Lijiang dengan bis menuju kota kecil Qiaotou. Bis-bis rute Lijiang – Shangri La akan melewati kota pertambangan yang berdebu ini. Mungkin mirip dengan kawasan tambang kapur di Padalarang, dekat Bandung. Setelah turun dari bis  berjalan sekitar 300 meter akan sampai di pos dimana tiket untuk masuk adalah 65 CNY (sekitar Rp 130.000 ). Cukup mahal, memang kawasan wisata di China dikenal dengan harga tiketnya yang mencekik, bahkan menurut warganya sendiri.

Tak jauh dari pos, terdapat beberapa guesthouse dimana kita bisa menginap atau menitipkan bawaan bila hendak ditinggalkan saat melakukan treking. Salah satunya Jane Guesthouse yang dengan senang hati akan menawarkan jasa left luggage ini dengan mengutip biaya 5 yuan. Jalur treking sendiri dimulai tak jauh setelah melewati guesthouse ini.

Sebuah perjalanan selama 4-5 jam melipir jurang akan dilewatkan sambil menikmati pemandangan ngarai yang ekstrim namun indah. Perlu diantisipasi cuaca yang terik di musim panas dan angin yang membeku di musim dingin. Jalur treking melewati beberapa guesthouse diatas gunung, sehingga bila ingin menikmati suasana pegunungan dengan lebih dalam maka bermalam diatas gunung pun is not a bad idea. Kapan lagi toh akan kesini?

Ujung rute treking ini adalah jalur menurun ke jalan aspal, tepat ke hotel Tina’s Guest House yang letaknya sangat strategis sebagai penutup treking  etape pertama. Kita bisa bermalam disini sambil recovery untuk perjalanan besok atau kembali ke Qiaotou. Di  Tina’s atau guesthouse lain yang dilewati selama treking, turis bisa memesan tiket bis menuju Lijiang atau Shangri La. Bahkan bila sejak awal tak berniat treking bisa memakai bis pagi yang langsung ke Tina’s dari Old Town Lijiang.

Etape dua dimulai dari Tina’s menuju middle gorge, dengan jarak tempuh yang tak selama etape satu. Dikawasan ini juga tersedia guesthouse yang menawan seperti Walnut Garden atau Woody’s dengan pemandangan ngarai yang tak kalah mempesona. Direkomendasikan melewatkan malam disini untuk meresapi suasana pegunungan bersalju disekitar guesthouse. Esok paginya kita bisa memesan tiket bis untuk pulang atau meneruskan perjalanan selanjutnya dari hotel tempat menginap. Tertarik mencoba? @districtonebdg

 

Gunung Fansipan yang Berubah Wajah

Saat jalur setapak berakhir, saya tertegun memandangi  tembok megah memanjang yang menandakan kita sudah tiba di zona puncak. Puncak tertinggi Vietnam tinggal 200 meter lagi namun tak terlihat karena kabut yang tebal.  Biasanya inilah saatnya  untuk “push” mengeluarkan sisa-sisa tenaga menuju puncak gunung namun justru kini rasanya motivasi pendakian sudah hilang. Zona puncak Fansipan sudah berupa kompleks bangunan megah yang tertata untuk turis. Hanya beberapa puluh meter kemudian, kamipun berdesakan dengan turis-turis yang berdatangan dengan cable car. Dari balita hingga lansia.

Saya tersenyum kecut, teringat pengalaman enam tahun lalu kala pertama mendaki Fansipan tahun 2011. Hanya ada jalan setapak menuju puncak, sisa-sisa rebahan salju di rumpun bambu dan bermalam di shelter bobrok. Namun kini sudah berubah  samasekali, Camp 1 dan camp 2 tempat dulu bermalam sudah dibangun tertata seperti kampung kecil. Struktur shelterya dari baja ringan dengan atap aluminium, beberapa bangunan yang ada di camp bisa menampung puluhan orang. Sebagian jalan setapak sudah berupa tangga dari batu dan sepanjang jalur pendakian berdiri tiang-tiang pancang. Beberapa kamp pekerja terus dilewati hingga mendekati puncak.

Cable car yang mulai beroperasi tahun 2016 lalu benar-benar mengubah wajah gunung Fansipan. Seperti puncak Doi Inthanon di Thailand, kini setiap orang bisa sampai ke puncak tertinggi dengan mudah. Bagi yang ingin sampai ke puncak gunung Fansipan untuk sekali jalan siap-siap merogok kocek 600.000 VND (Vietnam dong) untuk cable car plus 100.000VND untuk kereta shuttle (funicular).  Walau sudah tahu sebelumnya kondisi terkini Fansipan dari browsing internet, tetap saja ada rasa kurang menerima yang menohok. Ada aura yang hilang dari puncak yang dijuluki “roof of Indochina” berketinggian 3.143 meter dpl itu.

Semakin lama di puncak rasanya semakin banyak suasana yang hilang, namun saya tak bisa egois. Gunung adalah milik semua orang bukan cuma para pendaki, setiap orang berhak menggapainya.  Sensasi untuk berada di puncak gunung adalah hak setiap orang, bukan mereka saja yang cukup kuat melakukan pendakian. Mungkin dengan tarif 700.000 VND  (sekitar 420.000 IDR) itu, sejumlah dana bisa terkumpul untuk pelestarian, bahkan mungkin keberadaan cable car itu pun malah membuat jalur pendakian menjadi lebih lestari. Hanya orang-orang yang mengerti kelestarian alam yang akan melewatinya.

Bagi mereka yang tetap lebih suka mencapai puncak gunung Fansipan dengan cara mendaki seperti kami, masih bisa melalui rute pendakian tradisional  yaitu melalui jalur Tram Ton, Sinchai atau Cat Cat. Jalur Tram Ton atau Heaven Gate adalah yang paling populer karena lebih landai. Di tahun 2011, kami memulai pendakian dari jalur Tram Ton dan turun lewat jalur Sinchai. Namun kini bahkan saya pun tergoda untuk ikut merasakan sensasi  cable car yang disebut-sebut terpanjang di dunia ini.  Maka setiba di puncak, kami memutuskan turun dengan cable car dan mau tak mau dibuat kagum dengan kemewahan ini.

Stasiun  atas cable car tidak terletak tepat dipuncak gunung melainkan disediakan funicular untuk turun menuju kesana, dimana restoran yang megah dan fasilitas lain tersedia.  Segera sesampai di area stasiun atas cable car, kami beristirahat di sebuah restoran yang ada di lobby. Disini udaranya hangat karena suhu dijaga sebatas suhu ruangan. Sambil menunggu keberangkatan cablecar, saya pun menyesap  ca phe den nuom

(hot black coffe) serta cinnamon aple tea  seraya mencoba mencerna kemewahan suasana. Bila kekurangan VND untuk menikmati suasana puncak gunung ini, jangan khawatir kartu Visa juga sakti untuk digunakan di berbagai booth disini.

Pondokan Laban  Rata di gunung Kinabalu akan tampak terlalu sederhana dibandingkan dengan skala bangunan disini.  Agak mirip cable car di Langkawi, namun jelas lebih spektakuler. Tampak  jelas bahwa Vietnam ingin menjadi yang terdepan dalam wisata pegunungan di Asia Tenggara. Saya lalu tak ingin berandai-andai kapan wisata pegunungan di tanah air bergerak lebih maju.

Dari stasiun atas cable car barulah perjalanan pulang menuju kaki gunung dimulai, waktu tempuhnya selama 20 menit. Rasanya seperti melayang diatas awan, semakin rendah ketinggian yang dilewati maka kabut tebal yang menyelimuti puncak gunung perlahan-lahan tersibak. Hutan lebat, air tejun dan pesawahan menjadi view yang spektakuler dari cable car. Masih ingin berlama-lama menikmati view dari cable car, tanpa terasa kami sudah tiba di stasiun bawah, jangan kaget, yaitu sebuah mall di tengah resort. Enam tahun lalu fasilitas gunung Fansipan masih sama seperti gunung Ciremai, namun kini keduanya sudah seperti bumi dan langit. @districtonebdg

Ekspedisi Budget ke Luar Negeri

Suka kegiatan petualangan atau ingin petualangan yang lebih? Maka bergabung dalam kegiatan ekspedisi adalah salah satu jawabannya. Petualangan bisa dilakukan sendiri, namun petualangan  yang berskala ekspedisi  seringkali harus  melibatkan  manajemen berpengalaman.  Maka dalam kegiatan eskpedisi,  kekurangan skill teknis individu bisa ditutup oleh manajemen yang kompeten. Oleh karena itulah dalam bisnis petualangan, salah satu segmen yang dijual adalah ekspedisi.

Individu yang bosan dengan liburan leisure dan mendambakan liburan “life changing experience” bisa bergabung dalam sebuah tim ekspedisi yang dimanajemeni  tim yang berpengalaman. Skill teknis yang mumpuni bukan hal mutlak, namun wajib mencapai standar bugar untuk beraktifitas di medan yang dituju.

Kini banyak kegiatan petualangan yang menawarkan open trip, terutama ke pegunungan.  Batasan apakah sebuah petualangan dapat dikategorikan ekspedisi atau bukan, bisa sangat bias. Yang jelas, sebuah ekspedisi  mestinya lebih dari  sebuah petualangan biasa. Bagi anda yang tak terbiasa dalam dunia petualangan, ini memang dapat membuat kening berkenyit. Namun kita tak sedang memperdebatkan itu, melainkan melihat ekspedisi sebagai sebuah segmen khusus dalam bisnis petualangan.

Hal yang menantang dalam manajemen ekspedisi adalah “mengakali” anggaran yang besar, hal ini seringkali tak terelakkan karena kegiatannya pun dicanangkan untuk melebihi standar. Apakah itu menuju lokasi baru, menemukan hal baru, menggunakan cara baru, menguji ide baru dan sebagainya. Namun terlalu banyak cara untuk menekan biaya supaya anggaran menjadi terjangkau. Untuk itu, anda perlu memiliki idealisme.. dan bisnis petualangan tanpa idealisme bagi kami adalah hal yang memprihatinkan. Perlu dipahami, ekspedisi bagi beberapa orang belum tentu dirasakan ekspedisi bagi yang lain. Ini terkait hal-hal tersebut tadi dan banyak hal lainnya. Mereka yang sudah berpengalaman dapat menjadi mentor bagi yang baru. Oleh karena itu tak perlu terlalu khawatir, karena selalu ada tim pendukung berpengalaman yang mendampingi.

Seperti disebutkan tadi tantangan bisnis ekspedisi adalah biayanya yang seringkali mahal. Sebetulnya hal ini dapat memancing prasangka, karena banyak lokasi yang bisa dicapai dengan biaya terjangkau. Jangan-jangan memang hanya ingin menjual produk yang mahal. Mengapa harus memaksakan menuju lokasi yang sulit atau jauh  apabila tujuan untuk membuat  “life changing experience” bagi peserta dapat tercapai.

Berbicara tentang dinamika kegiatan petualangan di tanah air, secara mengejutkan, melakukan ekspedisi ke luarnegeri bisa lebih murah daripada menuju ujung negeri ini.  Dari pengalaman kami, petualangan secara tim di kawasan Asia Tenggara bisa dijangkau dengan budget 5 juta/orang (termasuk flight!), sedikit bergeser ke utara seperti pegunungan salju di China masih bisa dikisaran 7 juta. Bandingkan bila ingin ke pedalaman Papua, maka itu hanyalah biaya pesawat nya saja. Tentu saja jangan samakan dengan ekspedisi ke gunung Everest 🙂 .

Bagi yang telah merasa cocok dengan petulangan domestik, tentu tak perlu merubah haluan. Masih begitu banyak tempat di dalam negeri menunggu untuk dieksplorasi. Namun bagi yang sudah berancang-ancang melakoni petualangan di mancanegara, akan merasakan atmosfer baru petualangan yang menyegarkan.

Kami sangat antusias untuk mengenalkan atmosfer petualangan mancanegara dengan budget yang terjangkau, bahkan disesuaikan dengan budget yang ada. Karena menurut idealisme kami, petualangan  -dengan menaati standar safety- haruslah bisa murah. Hanya saja perlu diingat, ekspedisi bukanlah glamping; beberapa kenyamanan mungkin akan jarang ditemui. Oleh karena itu kami masih membatasi sekitar Asia Tenggara sebagai lokasi ajang petualangan berekspedisi. Artinya walau dibayangi budget yang ketat, bila ingin menjajal ekspedisi ke prehistoric rock di Thailand, roof of Indochina di Vietnam, gua karst yang perawan di Laos, etnik pedalaman di Myanmar  atau reruntuhan candi terpencil di Kamboja, pengalaman kami di kawasan itu bisa membantu.

Now everyone can do expedition.

@districtonebdg

Photo : Fansipan Trail via Tom Tram (Heaven Gate)