-Untuk menggapai sesuatu yang lebih besar, lakukan hal kecil secara konsisten-
Mungkin kalimat itulah yang membuat kami memiliki inisiatif membuat program Women’s Run Sukawana 5 K dalam rangka memperingati perjuangan kaum perempuan. Kawasan yang dijadikan spot kegiatan adalah area Curug Layung- Sukawana, Parongpong Lembang, Kabupaten Bandung Barat.
Pada awal event mulai dipublikasikan, beberapa calon peserta mulai menghubungi kami. Seperti biasa pertanyaan paling sering dijumpai adlaah “Apakah peserta mendapatkan medali?”, “COT nya berapa jam?”, “Hadiah untuk pemenang?” dst.
Karena misi fun green run yang diusung, kami jelaskan bahwa tidak diberikan medali tetapi sebagai gantinya diberikan bibit pohon untuk ditanam di lingkungan sekitar kita. COT (cut off time) memang tidak ditentukan, tetapi kami akan menutup acara dan membagikan doorprizes setelah 3 jam kegiatan berlangsung. Kami pun tidak akan memberikan hadiah untuk podium karena kegiatan ini bersifat fun, bukan race.
Sasaran even Women’s Run ini adalah masyarakat umum, bukan runners yang biasa mengikuti race yang berpacu dengan waktu. Banyak yang akhirnya mundur menjadi peserta, tetapi ada beberapa yang memutuskan ikut. Beberapa teman berkomentar, women run di jalan aspal aja belum tentu ada peminatnya, apalagi ini trail running. Ya dipikir-pikir memang benar adanya tapi kalau tidak pernah diadakan lalu mau kapan memulainya. Lakukan saja walau dengan sekelompok kecil.
Panitia lebih aktif menyebar informasi ke lembaga-lembaga perempuan dan komunitas daripada menunggu pendaftaran . Tampaknya cara ini membuahkan hasil, sampai hari terakhir kami masih merasakan antusiasme calon peserta dari komunitas perempuan dalam bidang hiking, volley, renang, juga dari ibu-ibu penggerak PKK Kota Bandung. Umur peserta bervariasi dari usia SMP hingga mencapi 65 tahun.
Mendapat antusisme dari peserta lansia merupakan tantangan tersendiri... But wait, remember this… “when the students are ready the teacher will appear”. OK ini tantangan, kami harus mencobanya. Beruntung ada adik-adik panitia dari Palawa Unpad di lapangan yang sabar membimbing para peserta lansia ini di trek. Ada rasa lega mengetahui mereka rata-rata biasa melakukan hiking mingguan dengan kelompoknya dan ingin mencoba lari-lari kecil selain memang ingin tahu kawasan alam Curug Layung – Sukawana. Ada juga perasaan malu sebagai generasi perempuan yang lebih muda, mendengar mereka sangat antusias berpartisipasi.
Ya, sepertinya memang segmen Women’s Run ini lebih masuk pada masyarakat pecinta olahraga, terutama yang memiliki hobi hiking tingkat advanced yang ingin juga menjajal trail raining dengan kategori ringan.
Mengajak masyarakat umum mencoba trail running di perbukitan Bandung Utara bahwa apa yang awalnya dianggap tidak bisa dilakukan sebenarnya bisa dilakukan. Seperti Kartini berinisiatif memberdayakan kaumnya yang belum terpelajar bukan.
Diharapkan dengan pendekatan seperti ini, selain meningkatkan kepercayaan diri, juga memancing masyarakat untuk lebih aktif berkegiatan outdoor yang kemudian akan timbul self awareness untuk lebih menghargai, mencintai alam dan lingkungan.
Pada hari Minggu tanggal 29 April 2018, event women trail running ini pun berjalan dengan lancar. Peserta perempuan dari range umur remaja sampai lansia berkumpul di sini dari beragam profesi antara lain pelajar SMP, SMA, mahasiswa, anggota komunitas, guru, dosen, penggiat organisasi perempuan, pegawai swasta, PNS, sampai mompreneur hadir meramaikan. Semoga kegiatan ini bisa menginspirasi lahirnya Kartini-Kartini baru dijamannya.
Dibandingkan event running di kota yang pesertanya mencapai ratusan orang, memang hanya puluhan perempuan tangguh yang mengikuti event ini. Ini bukan masalah besar bagi kami. Tuhan selalu memberikan jalan dengan caraNya. Bantuan berupa bibit pohon, outdoor gears, dan dana dari beberapa donatur yang memang concern akan hal ini mendorong kami untuk lebih semangat mensukseskan acara. Melihat peserta merasa bahagia, pulang dengan membawa bibit pohon yang akan mereka tanam sudah cukup membuat kami puas.
“Ada kebanggaan dalam diriku, melihat anak-anak yang seusia dg cucuku, semangat untuk melintas alam. Bersyukur karena di zaman yg penuh tantangan dengan segala persoalan masih ada yang mau ikut terjun menjaga lingkungan hidup. Semoga acara seperti ini sering diadakan untuk menjaring dan memikat masyarakat umumnya, para remaja khususnya. Selain sehat berolah raga, juga sehat jiwanya,” tulis Ibu Atie Soeciati seorang peserta
Sebuah pengakuan tulus menyentuh hati yang membuat semakin yakin bahwa apa yang kami kerjakan telah berada di jalur yang tepat. Memberdayakan kaum perempuan di hari besar tentang perjuangan kaum perempuan.
Ya, wajah-wajah bahagia di hari yang cerah itu tak akan kami lupakan. Sampai jumpa di Women’s Run berikutnya. Jayalah kaum perempuan.
Penulis : Tanti Brahmawati
D1VA Organizer
-Hiking for Therapy and Detox Believer
-Trail Running Enthusiast
Peserta even ini beragam dari perorangan, anggota komunitas, anak sekolah, perwakilan lembaga hingga pegiat organisasi perempuan. Trek sepanjang 5K yang dilalui melewati hutan pinus, air terjun dan perkebunan teh yang indah memanjakan mata. Salah satu misi event trail running yang diselenggarakan DistrictOne memang untuk menumbuhkan cinta alam dengan mengenalkan jalur-jalur setapak yang indah sekitar Bandung.
Pada hari Minggu, 18 Februari 2018 DistrictOne menyelenggarakan event trail running untuk publik yang pertama. Walau sering melakukan trail running internal, baru tahun 2018 ini program untuk mengenalkan trek-trek alam di sekitar kota Bandung. Event trail running merupakan lanjutan dari program hiking yang telah rutin disosialisasikan sejak beberapa tahun lalu.
Bagi penyuka trail running jarak jauh, rute Jatinangor- Dago ini layak dicoba. Selain viewnya yang indah, medannya pun bervariatif dan dijamin sepi karena tak melewati jalur yang umum. Bahkan mungkin para pegiat lari pun belum banyak yang tahu jalur “lingkar luar” Bandung ini. Hanya goweser yang sering kami liat menjajal sepotong demi sepotong jalur ini sejak dari Dago, namun di jalur setapak Palintang ke Barubeureum masih jarang terdeteksi keberadaanya.
Bila tak ingin melewati jalan raya sepanjang kebun kina saat keluar dari gunung Manglayang jangan belok kanan ke desa Palintang tapi belok kiri menuju Palalangon dimana ada jalan menuju Oray Tapa lalu terus hingga Bukit Moko juga.
Lari di tengah kesegaran hutan Tahura (Taman Hutan Raya) Djuanda di Dago Pakar sudah tak asing bagi penggemar trail running di Bandung. Namun adakalanya berlari diatas permukaan jalan paving blok ini membuat jenuh juga akhirnya, dan beberapa orang mulai melirik jalan tanah di hutan Tahura sebagai alternatifnya. Setelah beberapa kali mencari jalur, akhirnya kami berkesimpulan jalur Batu Garok adalah yang paling mengesankan.
Jalur Bukit Moko – Oray Tapa telah sejak tahun lalu masuk kedalam bucket list sebagai medan untuk berlari. Rute trail running ini pulang pergi sekitar 13 kilometer dengan medan melipir bukit dan sedikit naik turun di hutan pinus. Percobaan pertama beberapa bulan lalu gagal karena jalanan yang berlumpur dimusim penghujan. Kala itu hanya sempat meneruskan beberapa ratus meter dari pertigaan Patahan Lembang. Daripada kaki terbenam lumpur lebih baik balik kanan dan menunggu musim kemarau datang agar jalanan bisa dilalui dengan berlari.
Menghubungkan Jatinangor menuju jalan Dipati Ukur lewat jalur pegunungan di Bandung Utara adalah ide lawas yang tetap relevan hingga kini. Maka pada hari Minggu, tanggal 18 Desember 2016 dari Jatinangor langkah-langkah lari dimulai dari belakang kampus Unpad dipandu Bobby sebagai marshall.
Bila kita memandang ke arah Utara kota Bandung akan mudah terlihat sebuah gunung berbentuk segitiga sama kaki. Itulah gunung Palasari, disebelah kiri belakangnya akan tampak gunung Bukittunggul dan disebelah kanannya adalah gunung Manglayang. Walau bukan gunung berapi dan tampak mungil, gunung Palasari sebenarnya menyimpan kekuatan alam yang destruktif. Kawasan ini merupakan salah satu sesar aktif di pulau Jawa yang berhubungan dengan aktivitas gunung Sunda purba. Seperti diketahui setelah gunung Sunda purba meletus dengan dahsyat, disekitar kaki gunungnya tumbuh gunung-gunung parasit seperti Bukittunggul dan Palasari.
Di area pinus Palasari kita harus cukup berlapang dada dengan beberapa lokasi jalur yang rusak oleh sepeda motor trail. Perlawanan pasif para pekebun terhadap aktifitas motor trail ini tampak jelas dengan larangan masuk di beberapa lokasi kebun. Tampaknya perilaku kurang arif para motor trailer ini akan selalu kita jumpai di banyak jalan setapak. Jangan sampai rusaknya jalur oleh motor trail menyurutkan semangat untuk terus berlari. Suasana pegunungan dan aroma hutan mengobatinya dengan instan.
Semalamam hujan terus mengguyur kota Bandung, membuat berpikir beberapa kali untuk kegiatan outdoor besok di kawasan Utara. Rencanya besok akan trail running dari Sukawana menuju tower Tangkuban Parahu. Semoga saja besok cuaca lebih ramah, tak perlu cerah.
Akhirnya sampai juga di tower, cuaca yang muram tak membuat ingin lama-lama disana. Bisa-bisa terkena hipotermi. Bila diam, dingin mulai terasa hinggap dibadan, siap meremukkan persendian secara perlahan. Kamipun meneruskan lari-lari kecil kembali menuju Sukawana, kali ini tanpa berhenti karena ingin segera berteduh dan menikmati keajaiban minuman teh panas di warung. @districtonebdg