Sehat Badan dan Sehat Jiwa Kaum Perempuan dalam Women’s Run 5K Sukawana

-Untuk menggapai sesuatu yang lebih besar, lakukan hal kecil secara konsisten-

Mungkin kalimat itulah yang membuat kami memiliki inisiatif membuat program Women’s Run Sukawana 5 K dalam rangka memperingati perjuangan kaum perempuan.  Kawasan yang dijadikan spot kegiatan adalah area Curug Layung- Sukawana, Parongpong Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

Pada awal event mulai dipublikasikan, beberapa calon peserta mulai menghubungi kami. Seperti biasa pertanyaan paling sering dijumpai adlaah  “Apakah peserta mendapatkan medali?”, “COT nya berapa jam?”, “Hadiah untuk pemenang?” dst.

Karena misi  fun green run yang diusung,  kami jelaskan bahwa tidak diberikan medali  tetapi sebagai gantinya  diberikan bibit pohon untuk ditanam di lingkungan sekitar kita. COT (cut off time) memang tidak ditentukan, tetapi kami akan menutup acara dan membagikan doorprizes setelah 3 jam kegiatan berlangsung. Kami pun tidak akan memberikan hadiah untuk podium karena kegiatan ini bersifat fun, bukan race.

Sasaran even Women’s Run ini adalah masyarakat umum, bukan runners yang biasa mengikuti race yang berpacu dengan waktu. Banyak yang akhirnya mundur menjadi peserta, tetapi ada beberapa yang memutuskan ikut. Beberapa teman berkomentar, women run di jalan aspal aja belum tentu ada peminatnya, apalagi ini trail running.  Ya dipikir-pikir memang benar adanya tapi kalau tidak pernah diadakan lalu mau kapan memulainya. Lakukan saja walau dengan sekelompok kecil.

Panitia lebih aktif menyebar informasi ke lembaga-lembaga perempuan dan komunitas daripada menunggu pendaftaran . Tampaknya cara ini  membuahkan hasil, sampai hari terakhir kami  masih merasakan antusiasme calon peserta dari komunitas perempuan dalam bidang hiking, volley, renang,  juga dari ibu-ibu penggerak PKK Kota Bandung.  Umur peserta bervariasi dari usia SMP hingga mencapi 65 tahun.

Mendapat antusisme dari peserta lansia merupakan tantangan tersendiri... But wait, remember this…when the students are ready  the teacher will appear”. OK ini tantangan, kami harus mencobanya. Beruntung ada adik-adik panitia dari Palawa Unpad di lapangan yang sabar membimbing para peserta lansia ini di trek. Ada rasa lega mengetahui mereka rata-rata biasa melakukan hiking mingguan dengan kelompoknya dan ingin mencoba lari-lari kecil selain memang ingin tahu kawasan alam Curug Layung – Sukawana. Ada juga perasaan malu sebagai generasi perempuan yang lebih muda, mendengar mereka sangat antusias berpartisipasi.

Ya, sepertinya memang segmen Women’s Run ini lebih masuk pada masyarakat pecinta olahraga,  terutama yang memiliki hobi hiking tingkat advanced yang ingin juga menjajal trail raining dengan kategori ringan.

Mengajak masyarakat umum mencoba trail running di perbukitan Bandung Utara bahwa apa yang awalnya dianggap tidak bisa dilakukan sebenarnya bisa dilakukan. Seperti  Kartini berinisiatif memberdayakan kaumnya yang belum terpelajar bukan.

Diharapkan dengan pendekatan seperti ini, selain meningkatkan kepercayaan diri, juga memancing masyarakat untuk lebih aktif berkegiatan outdoor yang kemudian akan timbul self awareness untuk lebih menghargai, mencintai alam dan lingkungan.

Pada hari Minggu tanggal 29 April 2018, event women trail running  ini pun berjalan dengan lancar.  Peserta perempuan dari range umur remaja sampai lansia berkumpul di sini dari beragam profesi antara lain pelajar SMP, SMA, mahasiswa, anggota komunitas, guru, dosen, penggiat organisasi perempuan, pegawai swasta, PNS, sampai mompreneur hadir meramaikan. Semoga kegiatan ini bisa menginspirasi lahirnya Kartini-Kartini baru dijamannya.

Dibandingkan event running di kota yang pesertanya mencapai ratusan orang, memang hanya puluhan perempuan tangguh yang mengikuti event ini.   Ini bukan masalah besar bagi kami. Tuhan selalu memberikan jalan dengan caraNya.   Bantuan berupa bibit pohon,  outdoor gears, dan dana dari beberapa donatur yang memang concern akan hal ini mendorong kami untuk lebih semangat mensukseskan acara. Melihat peserta merasa bahagia, pulang dengan membawa bibit pohon yang akan mereka tanam sudah cukup membuat kami puas.

“Ada kebanggaan dalam diriku, melihat anak-anak yang seusia dg cucuku, semangat untuk melintas alam. Bersyukur karena di zaman yg penuh tantangan dengan segala persoalan masih ada yang mau ikut terjun menjaga lingkungan hidup. Semoga acara seperti ini sering diadakan untuk menjaring dan memikat  masyarakat umumnya, para remaja khususnya. Selain sehat berolah raga, juga sehat jiwanya,”  tulis Ibu Atie Soeciati seorang peserta

Sebuah pengakuan tulus menyentuh hati yang membuat semakin yakin bahwa apa yang kami kerjakan telah berada di jalur yang tepat. Memberdayakan kaum perempuan di hari besar tentang perjuangan kaum perempuan.

Ya, wajah-wajah bahagia di hari yang cerah itu tak akan kami lupakan.  Sampai jumpa di Women’s Run berikutnya. Jayalah kaum perempuan.

 

Penulis : Tanti Brahmawati

D1VA Organizer

-Hiking for Therapy and Detox Believer

-Trail Running Enthusiast

Women’s Run 5K Sukawana : Let’s Run Beautifully

Memperingati Hari Kartini dan perjuangan kaum perempuan, tanggal 29 April 2018 DistrictOne menyelenggarakan trail running khusus perempuan di kaki gunung Tangkuban Parahu, tepatnya kawasan perkebunan teh Sukawana. Sejak awal ide ini cukup menantang… Lah lari di jalanan kota saja jarang ada event khusus kaum perempuan apalagi ini di gunung. Buset dah..

Namun disitulah ide dasarnya, meyakinkan kaum perempuan terutama yang tidak biasa rutin berlari bahwa mereka bisa melakukannya dengan tetap mempertahankan keanggunan seorang wanita. Let’s run beautifully.

Sekali tantangan berat itu berhasil dilewati, akan muncul kepercayaan diri untuk melalui hal-hal berat lainnya. Sekali muncul kesadaran akan kekuatan diri sendiri, maka self awareness itu tak akan menghilang. Oleh sebab itu event ini sengaja tak menyasar komunitas lari, melainkan masyarakat umum. Dalam memberdayakan kaumnya, Kartini pun tidak menyasar kalangan yang sudah terpelajar bukan?

Desa Sukawana di kawasan Parongpong, Lembang menjadi perkebunan teh paling dekat yang bisa dicapai dari kota Bandung, sekitar 20 kilometeran dari pusat kota. Suasana perkebunan teh sangat asri, apalagi semakin mendekati perbatasan hutan. Kabut dan gerimis senantiasa datang dan pergi. Gunung Burangrang akan tampak mengundang dan gunung Tangkuban Parahu seolah dalam jangkauan lengan. Terdapat beberapa curug disekitar Sukawana yang sangat ideal untuk dijelajahi dengan berjalan kaki. Salah satunya adalah Curug Layung yang merupakan tempat start dan finish event Women’s Run ini.

Peserta even ini beragam dari perorangan, anggota komunitas, anak sekolah, perwakilan lembaga hingga pegiat organisasi perempuan. Trek sepanjang 5K yang dilalui melewati hutan pinus, air terjun dan perkebunan teh yang indah memanjakan mata. Salah satu misi event  trail running yang diselenggarakan DistrictOne memang untuk menumbuhkan cinta alam dengan mengenalkan jalur-jalur setapak yang indah sekitar Bandung.

Selain dimanjakan trek yang indah, di akhir acara dibagikan doorprize apparel perlengkapan outdoor berkualitas merk-merk branded seperti The North Face, Deuter, Camelbak dll. Sementara itu, karena mengusung tema hijau maka sebagai pengganti medali finisher dibagikan benih pohon untuk ditanam.

 

@districtonebdg

 

 

Lari Mengakrabi Alam di Fun Green Run Sukawana

Pada hari Minggu, 18 Februari 2018 DistrictOne menyelenggarakan event trail running untuk publik yang pertama. Walau sering melakukan trail running internal, baru tahun 2018 ini program untuk mengenalkan trek-trek alam di sekitar kota Bandung. Event trail running merupakan lanjutan dari program hiking yang telah rutin disosialisasikan sejak beberapa tahun lalu.

Misi utama dari event Fun Green Run 5K adalah membuka mata publik kepada trek-trek alam yang indah disekitar kota Bandung dengan berlari santai. Fun Green Run samasekali tak dimaksudkan untuk race melainkan sebuah acara fun untuk mengajak lari dan cinta alam. Dengan cut off time tiga jam untuk menempuh jarak 5K, banyak waktu untuk beristirahat dan mengabadikan spot indah sepanjang trek.

Rute yang dilalui mulai dari curug Layung hingga Sukawana menawarkan trek yang indah berupa hutan pinus, air terjun dan perkebunan teh yang menghijau dengan latar belakang gunung Tangkuban Perahu dan Burangrang. Trek ini akan “memaksa” para peserta berhenti untuk mengabadikan view lanskap yang indah. Disamping trek yang indah, di akhir acara dibagikan doorprize apparel perlengkapan outdoor berkualitas khas DistrictOne yaitu merk2 branded seperti The North Face, Deuter, Camelbak dll. Sementara itu, sebagai pengganti medali finisher dibagikan benih pohon untuk ditanam.

Bila menyukai trail running yang relax  seraya menikmati keindahan view lanskap atau hutan di pegunungan, Anda bisa menantikan event fun run berikutnya di trek-trek yang sunyi dan indah yang merupakan ciri khas trek lari maupun hiking dari DistrictOne. Kebanyakan trek mengambil tempat di Bandung Utara dan Timur seperti Sukawana, Cikole, Cibodas, Bukittunggul hingga Manglayang. Namun sewaktu-waktu juga berlokasi teramat dekat dari kota seperti Tahura atau Cikapundung trail. @districtonebdg

Marathon dengan View Indah di Rute Jatinangor-Dago

Bagi penyuka trail running jarak jauh, rute Jatinangor- Dago ini layak dicoba. Selain viewnya yang indah, medannya pun bervariatif dan dijamin sepi karena tak melewati jalur yang umum. Bahkan mungkin para pegiat lari pun belum banyak yang tahu jalur “lingkar luar” Bandung ini. Hanya goweser yang sering kami liat menjajal sepotong demi sepotong jalur ini sejak dari Dago, namun di jalur setapak Palintang ke Barubeureum masih jarang terdeteksi keberadaanya.

Sebetulnya jalur ini bisa dibalik dari Dago ke Jatinangor namun mengingat rute terahir menjelang finish adalah gunung Manglayang, bisa dibayangkan extra effort yang dikerahkan nantinya. Jadi mumpung ada banyak tenaga di awal, rute tanjakan gunung ini ada baiknya didahulukan.

Dimulai dari belakang kampus UNPAD Jatinangor, rute tanah sudah mulai mencumbu telapak kaki sejak awal. Ada baiknya rute ladang ini dilalui sepagi mungkin karena jelang siang cuaca disini ngajeos alias membakar ubun-ubun. Jalur setapak ini akan keluar di jalan aspal yang mengelupas di desa Barubeureum, tak jauh didepan berganti jadi jalan koral yang rusak. Ini adalah jalan yang mengarah ke jalur pendakian Manglayang. Bila ingin menghindari puncak, ambil jalan melipir ke Timur. Jalan melipir dan jalur puncak nanti akan bertemu di jalur Palintang.

Jalur Palintang ini menuntun kita ke jalan aspal desa Palintang lalu hamparan kebun kina daerah Gunung Kasur hingga Patrol. Siapkan tenaga untuk melahap tanjakan terakhir berupa jalan setapak ke arah Bukit Moko maka kita akan sampai ke view spektakuler Patahan Lembang dipuncaknya.

Bila tak ingin melewati jalan raya sepanjang kebun kina saat keluar dari gunung Manglayang jangan belok kanan ke desa Palintang tapi belok kiri menuju Palalangon dimana ada jalan menuju Oray Tapa lalu terus hingga Bukit Moko juga.

Darisini tinggal mengikuti jalur pinus menuju Tebing Keraton, bila tak hapal jalurnya lebih gampang ikuti saja jalan aspal pedesaan yang menuju Warung Bandrek. Setiba disini tinggal turun ke Dago, bisa lewat jalur aspal atau paving blok di dalam Tahura. Bila dihitung-hitung jarak jalur ini akan mencukupi jarak marathon. @districtonebdg

Trail Running Tahura Jalur Batu Garok

Lari di tengah kesegaran hutan Tahura (Taman Hutan Raya) Djuanda di Dago Pakar sudah tak asing bagi penggemar trail running di Bandung. Namun adakalanya berlari diatas permukaan jalan paving blok ini membuat jenuh juga akhirnya, dan beberapa orang mulai melirik jalan tanah di hutan Tahura sebagai alternatifnya. Setelah beberapa kali mencari jalur, akhirnya kami berkesimpulan jalur Batu Garok adalah yang paling mengesankan.

Jalur Batu Garok sebetulnya rute yang dibuat untuk bersepeda pada awalnya, namun karena dianggap kurang safety akhirnya terbengkalai. Namun jalur ini masih dipakai sebagai salah satu rute di event tahunan Tahura trail running. Sungguhpun demikian, kebanyakan pengunjung Tahura tetap tak mengetahui keberadaan jalur ini. Hanya segelintir penggiat yang tetap rutin melewati jalur ini dalam berkegiatan.

Akses masuk jalur ini adalah hutan pinus yang terletak diantara pintu utama Tahura dan Warung Bandrek, tepatnya di kawasan di RW 02 Kampung Batu Garok, Desa Ciburial, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung. Beberapa tahun lalu kawasan ini mash berupa semak belukar tak terurus namun sejak Lebaran 2017 kawasan ini sudah mulai marak dengan atraksi antara lain rest area, hammocking dan arena ngopi.

Sayangnya pengelolaan area wisata baru di Batu Garok masih sebatas di pintu masuk jalur setapak saja. Bila kita menelusuri jalur ini maka masih dijumpai jembatan yang bobrok bahkan shelter yang hampir rubuh. Namun hal tersebut tentu tak pernah menjadi halangan untuk berlari, malah single track di tengah hutan yang sepi inilah menjadi penawar rindu untuk bermesraan dengan alam. Terkadang kita akan ditemani pekikan elang dari angkasa, seakan para jawara langit itu ikut menyemangati.

Bagi yang baru mencoba berlari di jalur ini kami menyarankan sebuah rute loop  pendek dulu dengan jarak sekitar 5 kilometer yaitu Batu Garok – shelter – jembatan Maribaya – desa Sekejolang – shelter – kembali ke start awal. Kami juga menyarankan bila berlari disini untuk memakai legging dan manset untuk menghindari daun pulus yang mengintai di jalur ini, terutama setelah melewati shelter.  ( lihat Daun Pulus Mengintai di Jalur Patahan Lembang  ).

@districtonebdg

 

Trail Running Melipir Bukit dari Moko Menuju Oray Tapa

Jalur Bukit Moko – Oray Tapa telah sejak tahun lalu masuk kedalam bucket list sebagai medan untuk berlari. Rute  trail running ini pulang pergi sekitar 13 kilometer dengan medan melipir bukit dan sedikit naik turun di hutan pinus. Percobaan pertama beberapa bulan lalu gagal karena jalanan yang berlumpur dimusim penghujan. Kala itu hanya sempat meneruskan beberapa ratus meter dari pertigaan Patahan Lembang. Daripada kaki terbenam lumpur lebih baik balik kanan dan menunggu musim kemarau datang agar jalanan bisa dilalui dengan berlari.

Pada tanggal 20 Mei 2017, saat musim kemarau datang menghampir jalur ini kembali dicoba. Setelah memarkir motor di parkiran bawah Bukit Moko, kami memulai lari-lari kecil di jalur setapak dibelakang pos retribusi parkir. Hari masih pagi saat kami mulai berlari, sehingga sinar matahari pagi yang menerobos dari sela-sela pepohonan pinus menemani sepanjang jalan. Udara yang sejuk dengan aroma hutan yang kuat semakin membuat trail running ini menyenangkan. Suasana lari di alam yang luarbiasa inilah salah satu alasan saya agak enggan berlari dijalanan aspal.

Jalur setapak yang menanjak ini langsung menuju ke arah Patahan Lembang dimana kita akan melalui sebuah warung di hutan pinus yang cukup ideal sebagai water station. Bila belum merasa haus lanjutkan saja lari hingga warung kedua di pertigaan Patahan Lembang, dan setelah itu tak ada lagi warung hingga di Oray Tapa.

Jalur menuju Oray Tapa adalah belokan ke kanan dari pertigaan Patahan Lembang-Oray Tapa-Bukit Moko. Para penikmat selfie biasanya melakukan hiking sampai ke view patahan ini lalu kembali ke Bukit Moko. Nah,  ikuti saja jalur utama yang melipir di perkebunan kopi dan hutan pinus. Nanti akan menemui jalan tanah yang dari arah Jatihandap. Darisini jalur sudah terbuka dan kita berlari di jalan kampung yang rimbun. Berlari terus ke arah Timur, akan bertemu lagi jalan dari arah Merak Dampit dan Pasir Impun. Teruskan berlari di jalanan koral dan tanah merah ini,  tak akan sulit mencari arah ke Oray Tapa dan sesampainya disana ada hadiah gorengan pisang dan gehu yang masih hangat. Bonus tambahan bila ada kopi Arabika yang telah digiling dan siap untuk diseduh.  @districtonebdg

Lari Marathon Jatinangor-Dipati Ukur

Menghubungkan Jatinangor menuju jalan Dipati Ukur lewat jalur pegunungan  di Bandung Utara adalah ide  lawas yang tetap relevan hingga kini. Maka pada hari Minggu, tanggal 18 Desember 2016 dari Jatinangor  langkah-langkah lari dimulai dari belakang kampus Unpad dipandu Bobby sebagai marshall.

Rute kebun mengawali perjalanan jauh menuju Kiarapayung-Barubeureum-melipir mengelilingi gunung Manglayang –Palintang-kebun kina-bukit Moko-tebing Keraton –tahura –Dago-Dipati Ukur. Sebagian jalur ini akan terlewati bila pernah mengikuti kategori apapun dalam even lari Manglayang Trail Running (MTR) yang rutin digelar Palawa Unpad.

Karena baru pertama menempuh rute panjang ini awalnya sebagian merasa kurang yakin, namun tak mengurangi tekad untuk berlari. Maklum saja dalam even MTR pun saya paling hanya ikut 21K (half marathon) -dan belum terpikir untuk top up. Kali ini pun diam-diam memang tak berniat mengikutinya hingga finish.

Jarak keseluruhan ternyata tak sampai 42 kilometer, hanya 40 kilometer namun trek ini sangat menjanjikan untuk kelak dikembangkan menjadi Marathon atau bahkan Ultra bila suatu hari akan ada event serupa karena variasi jalur sangat kaya. Nilai lebih dari jalur ini adalah view nya yang menawan. Di beberapa tempat bahkan kami tak bisa menahan diri untuk berhenti, mengabadikan jalur dengan wefie.

Tentu saja, jalur yang panjang ini bisa dipotong-potong sesuai selera tak harus menunaikan rute marathon bila bukan peminat long run. Bahkan menurut saya jarak 10-15 K adalah yang paling pas untuk berlari santai sambil menikmati pemandangan alam yang luar biasa disini. Dan seperti yang sudah direncanakan sebelumnya, sesampai di warung kopi Palintang saya tak mengikuti rombongan meneruskan marathon melainkan turun ke alun-alun Ujungberung. Selain memang tak berencana, sejak Palintang medan lari akan banyak menemui beton dan jalan aspal; ogah melewatinya. @districtonebdg

Berlari dalam Naungan Keteduhan Gunung Palasari

Bila kita memandang ke arah Utara kota Bandung akan mudah terlihat sebuah gunung berbentuk segitiga sama kaki. Itulah gunung Palasari, disebelah kiri belakangnya akan tampak gunung Bukittunggul dan disebelah kanannya adalah gunung Manglayang. Walau bukan gunung berapi dan  tampak mungil, gunung Palasari sebenarnya menyimpan kekuatan alam yang destruktif. Kawasan ini merupakan salah satu sesar aktif di pulau Jawa yang berhubungan dengan aktivitas gunung Sunda purba. Seperti diketahui setelah gunung Sunda purba meletus dengan dahsyat, disekitar kaki gunungnya tumbuh gunung-gunung parasit seperti Bukittunggul dan Palasari.

Selain hutannya yang lebih homogen, tak ada yang aneh di gunung Palasari. Hutan pinus dan kebun kopi mendominasi hingga mendekati  puncak, semak belukar dan pepohonan besar yang lebih heterogen baru dijumpai menjelang puncak. Dulu saat masih suka camping disini pada jaman kuliah, hanya pinus yang mendominasi kaki gunungnya. Kini kebun kopi tampak menjadi salahsatu tanaman andalan para petani disini, tumbuh di setiap celah pepohonan pinus.

Seperti biasa, kami memulai lari dari warung di Gunung kasur. Jalan koral kebun kina merupakan awal medan lari sebelum belok kiri ke hutan pinus di jembatan. Jalur lari yang kami lalui adalah setapak didalam hutan pinus dan kebun kopi. Berbeda dengan medan lari di perkebunan kina yang sering harus melewati koral, disini medannya berupa tanah hutan yang empuk memanjakan telapak kaki. Keteduhan yang disediakan oleh pepohonan pinus dan hawa segar pegunungan membuat lari menjadi lebih mengasyikkan.

Di area pinus Palasari kita harus cukup berlapang dada dengan beberapa lokasi jalur yang rusak oleh sepeda motor trail. Perlawanan pasif para pekebun terhadap aktifitas motor trail ini tampak jelas dengan larangan masuk di beberapa lokasi kebun. Tampaknya perilaku kurang arif  para motor trailer ini akan selalu kita jumpai di banyak jalan setapak. Jangan sampai rusaknya jalur oleh motor trail menyurutkan semangat untuk terus berlari. Suasana pegunungan dan aroma hutan mengobatinya dengan instan.

Jalur melipir kontur gunung Palasari yang kami lewati hanya berjarak 5 km. Namun trek lari  10 km bisa diditambahkan dengan menggabungan antara trek lari di area gunung Kasur di sebelah kanan jalan dan gunung Palasari di kiri jalan. Banyak jalur setapak dan persimpangan yang dijumpai mengarah ke segala arah. Terus terang tak semua jalur yang kami coba disini, namun dengan memperhatikan kontur ikuti saja insting untuk kembali kearah warung. @districtonebdg

Gunung Kasur Tempat Favorit Baru untuk Trail Running

Nama Gunung Kasur sebenarnya merujuk ke sebuah kampung, bukan nama gunung. Wilayah ini terletak di area perkebunan kina Bukittunggul. Lebih spesifik lagi, biasanya para pelintas menyebut sebuah area lapang di pinggir jalan sebagai lokasinya. Walau kurang tepat, lokasi ini memang  strategis sebagai meeting point. Sebuah warung senantiasa menyambut para pelintas dengan tangan terbuka menghadirkan menu standar seperti kopi instan, indomie telor, snack kemasan dan aqua.

Menu yang bersahaja ini menjadi tampak mewah diantara lansekap alam yang indah disini. Dari arah warung, tepat didepan tampak gunung Palasari yang tampak lembut namun misterius, Bukittunggul di samping kanan dan Manglayang tersembunyi disamping kiri. Sementara bukit-bukit tampak menghijau disekeliling.

Warung ini biasanya menjadi meeting point kami bila akan melakukan trail running disekitar sini. Dari arah alun-alun Ujungberung dengan sepeda motor hanya setengah jam untuk sampai kesini. Survey jalur lari disini sebenarnya telah dilakukan setidaknya dua tahun lalu, namun baru sekarang menjadi area rutin untuk berlari ( lihat Trail Running di Perkebunan Kina, Kenapa Tidak? ).

Walau kali ini kami hanya lari-lari kecil sambil orientasi medan dengan jarak tempuh sekitar 5 km, kawasan ini sangat menjanjikan untuk berlari lebih jauh lagi. Di jalur ini kita akan menemukan lintasan single track yang melalui beragam vegetasi seperti eucalyptus, kina, kopi, pinus dan ladang sayuran sehingga tidak membosankan. Jalurnya melingkar hingga akan kembali menuju warung. Tentu saja, bila terasa masih kurang kita bisa mengeksplorasi lebih jauh jalanan koral hingga menuju Bukittunggul, Sanggara atau Pangparang. Jangan terlalu khawatir akan tersesat di perkebunan kina, karena arahnya cukup jelas dengan medannya yang terbuka.  Bila kurang yakin dengan arah yang dituju disini kita akan sering menjumpai pekerja kebun untuk menanyakan arah, seperti yang sering kami lakukan. @districtonebdg

Selamat berlari..!

 

camera by : Ronni Simbolon

 

Trail Running Bernuansa Mistis ke Tower Tangkuban Parahu

13912764_10210099686552525_3846388434855161441_nSemalamam hujan terus mengguyur kota Bandung, membuat berpikir  beberapa kali untuk kegiatan outdoor besok di kawasan Utara. Rencanya besok akan trail running dari Sukawana menuju tower Tangkuban Parahu. Semoga saja besok cuaca lebih ramah, tak perlu cerah.

Namun esoknya cuaca tetap muram, maka dengan sedikit memaksakan diri kami bermotor menembus hujan dan tiba di perkebunan teh Sukawana pukul 8.30 pagi. Cukup menjadi tantangan juga memakai motor matic hingga ke warung terakhir. Walau warga setempat tampak terbiasa, dalam kabut tebal berhujan ini motor sempat beberapa kali sempoyongan.

Setelah ngobrol sebentar dengan empunya warung, dengan sedikit enggan kami mengganti kostum seraya menatap ragu pada dinding putih yang tebal di depan. Pergulatan antara rasa ragu dengan adrenalin yang malah meronta.  Setelah sejenak dibuai kopi panas dan indomie telor, wajar bila tekad yang kemarin terasa membaja kini sedikit meleleh. Namun seperti ada panggilan dari balik kabut, yang halus menyelinap kerelung hati. Menggoda, dan membuat adrenalin terpesona. Akhirnya kami memantapkan diri menembus gerimis dan kabut.

“Moal make raincoat?” tanya Bais.

“Kagok, mening babaseuhan,” ujar Bar.

Jarak Sukawana ke tower sekitar enam kilometer, jadi pulang pergi sekitar 12 kilometer. Jalur ini sebelumnya pernah kami survey memakai jip (lihat Tower Tangkuban Parahu yang Bersejarah ). Medan nya sangat menarik dimana perbukitan teh yang meliuk-liuk akan membawa kita naik ke perbukitan. Dari atas perbukitan teh ini  kota Bandung akan terlihat. Namun cuaca muram kala itu, sehingga percuma mengabadikannya.

Setelah perkebunan teh habis, jalur koral mulai memasuki area pinus dan kebun kopi sebelum akhirnya memasuki hutan. Sebuah pohon tumbang yang bulan lalu masih menutupi jalan, tampak sudah dibersihkan namun tak ada yang berubah dari jalanan koral yang rusak ini. Bila jalan diperbaiki, sangat mungkin kawasan ini marak menjadi atraksi turis. Namun disisi lain, rasa sunyi ini akan hilang. Dan bila boleh memilih, kami lebih suka keheningan yang syahdu ini.

Beberapa tempat bisa menjadi cek point di trek koral ini antara lain : warung Sukawana, warung proyek di sebelah atas, shelter pemanen getah pinus/kopi, area camping dan tower. Spot-spot itu dapat menjadi tempat acuan untuk ‘push’ sebelum menarik nafas sejenak. Terus terang, kamipun banyak menarik nafas di jalur ini. Hanya tiga kilometer pertama saja terus berlari, selebihnya harus berhenti-berhenti menarik nafas.

Tantangan terbesar meneruskan langkah menuju tower didapat menjelang hutan. Hujan mengguyur semakin deras, jalan koral menjadi aliran sungai. Bad weather, hard terrain, easy decision: keep on running.  Dalam hutan yang diselimuti kabut sesekali terdengar suara dari hutan. Hanya suara burung sebetulnya, namun cukup membuat suasana agak tegang bila jarak berjauhan.  Nuansa sedikit mistis tak dipungkiri sedikit menyeruak. Saya akan berpikir beberapa kali bila lari sendirian disini.

13925385_10210099687392546_4871397669768162953_nAkhirnya sampai juga di tower,  cuaca yang muram tak membuat ingin lama-lama disana. Bisa-bisa terkena hipotermi.  Bila diam, dingin mulai terasa hinggap dibadan, siap meremukkan persendian secara perlahan. Kamipun meneruskan lari-lari kecil kembali menuju Sukawana, kali ini tanpa berhenti karena ingin segera berteduh dan menikmati keajaiban minuman teh panas di warung. @districtonebdg