Categories : ASEAN Countries Jalan Jalan

 

Geliat Industri Busana Muslim di Vietnam
by Luthfi Rantaprasaja

Sebagai sebuah negara yang sedang berkembang, Vietnam nampak haus mengejar kemajuan ekonominya di segala bidang. Tak heran, Vietnam menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dibandingkan dengan negara-negara kawasan Asia, Indo-China & Indonesia sendiri, pertumbuhannya termasuk diatas rata-rata. Bahkan dalam salah satu studi dari PwC, Vietnam adalah salah satu ‘the fastest growing of emerging economies’… luaarr biasaaa! Sistem pemerintahan yg komunis sama sekali tak tercermin dalam bagaimana masyarakat melakukan usahanya. Nyaris tak ada bedanya bernegosiasi dengan pedagang di Benh Tanh Market dengan pedagang di Pasar Baru. Bahkan mungkin, dengan sistem kepartaian tunggal, otoritarian & masyarakat yg relatif homogen membuat negaranya lebih mudah diatur…. barangkali ya. Walaupun, kalo meminjam riset2 para ekonom dan bankir maka kemajuan yg mereka dapatkan sekarang kemungkinan besar adalah akibat berhasilnya reformasi politik dan ekonomi, Doi Moi, pada medio tahun 80an lalu. Orientasi ekonomi yang tadinya sangat tersentralisasi digeser menjadi berorientasi ekonomi pasar namun tetap dengan jiwa sosialis dimana kendali utama ada pada negara. Mungkin mirip2 dengan apa yg sedang berjalan di China, namun dengan peran swasta yang tidak terlalu dibiarkan lepas seperti di China.
64719_359101374198425_422396498_n

Pertumbuhan ekonomi dipacu dengan terbukanya peluang pasar di berbagai sektor usaha. Salah satu efek hausnya mereka melihat peluang pasar adalah dengan semakin bergeliatnya industri busana muslim di Vietnam, khususnya di Saigon. Sehubungan dengan seringnya kami mengunjungi daerah ini untuk urusan bisnis, maka pemandangan akan dinamika pertumbuhan usaha busana muslim tak dapat terelakan, terlihat dalam level yang paling riil. Dari hal yang paling kecil saja, bahwa toko2 atau butik2 yang menjual baju muslim terlihat semakin marak. Kalaupun mungkin tidak dalam artian pertambahan jumlah yang progresif, namun dari aktivitasnya yang semakin ramai. Karena umumnya toko2 atau butik2 tersebut tidak terletak di dalam pasar melainkan di pinggir jalan, dimana jam operasionalnya pun lebih lama. Sehingga sering tidak sengaja kami perhatikan, kesibukan bongkar bungkus angkut barang sampai larut… saat kami keluar malam mencari kopi, mereka yang didalam toko masih sibuk merapihkan barang dagangan berkoli2 mungkin untuk dikirim besok harinya.
Padahal jumlah penduduk moslem di Vietnam sangatlah minoritas. Satu sumber mengatakan tidak sampai 1% namun sumber lain mengatakan 5%, itupun kebanyakan berada di daerah kantong-kantong komunitas Champ di daerah pinggir selatan Vietnam, bukan di kota2 besar seperti Saigon. Sehingga tentunya, tidak salah kalo kami menyimpulkan bahwa target market dari penjualan baju muslim tersebut sejatinya adalah para turis muslim atau pedagang atau pekerja yang berkunjung ke kota ini. Saat kami iseng bertanya pun memang demikian adanya, bisa dibilang orang lokal sangat minimal… seringnya adalah pada turis yang sebagian besar adalah turis2 Malaysia, Singapore atau Brunei. Maka tak heran, penamaan atau istilah produk dan desainnya pun disesuaikan dengan target market utamanya sehingga ‘melayu banget’, misalnya: baju kurung, telekung, half moon, jubah dll…
Sebagaimana halnya kios-kios di Tanah Abang, pemilik toko atau penjual baju muslim di Saigon tidak mesti muslim. Namun untuk menarik minat perhatian pengunjung yg umumnya turis tadi, dipekerjakanlah sebagian yang memang muslim. Pastinya, sebagian besar dari mereka bisa bahasa melayu… dan aktif mengajak berbahasa melayu kepada siapapun yang bertampang melayu. Walaupun bagi kami lebih nyambung sepertinya pake bahasa Inggris daripada bahasa Melayu, mungkin juga karena bahasanya yang aneh ditambah dialeknya dan logatnya yang semakin aneh…
Bicara soal muslim melayu, memang terlihat sekali betapa komunitas muslim yang kami lihat disini perkembangan keislamannya memang sangat kuat didukung & mengacu ke Malaysia. Bukan hanya karena kedekatan historis & geografis, namun juga misi-misi keagamaan yang diprakarsai masyarakat Malaysia, kalau bukan dari negara, cukup banyak artefaknya terlihat di Saigon. Apalagi, dengan level ekonomi Malaysia yang cukup tinggi, berpelancongan ke Vietnam sepertinya sudah biasa. Yang menguasai udara pun sejatinya maskapai Malaysia. Sehingga tidak heran sering kami lihat, banyak bus-bus turis Malaysia setiap hari masuk ke hotel-hotel di sekitar Saigon kota… yang perempuan berkerudung half moon sementara yang laki-laki berpeci melayu yg khas. Katanya sih mereka ikut moslem-tour, tapi yg dikunjungi ya tempat2 standar spt city tour ke gedung2 ex perancis, cu chi tunnel, tay minh temple, mekong delta dll… muslim taste-nya karena selain itu, mereka mengunjungi mesjid biru & mesjid2 lain yg ada disekitar kota dan makan di restoran2 halal yang cukup banyak juga hingga akhirnya ditutup oleh… belanjaaaa ke toko2 atau butik2 busana muslim.
24315_359101570865072_1354659392_n

Saya tidak ahli soal busana muslim, apalagi yg wanita. Pengalaman saya satu-satunya adalah melihat koleksi baju istri di rumah dan menemani istri jalan-jalan ke toko-toko busana muslim baik yang butik maupun toko/kios biasa di tanah abang. Nah kalo dibandingkan dengan model2 baju yang ada tersebut, sepertinya mazhab baju muslim di Saigon ya masih lebih ke model2 konservatif-tradisional. Kalo saya lihat di negara kita, model2 baju muslim sudah semakin modern, ada yang gaya casual, distro bahkan ada gaya ala artis yang cetaaar punya. Namun karena penasaran, saya tanya juga, ada ga sih busana muslim khas Vietnam? Karena yang saya perhatikan, model2nya ya Melayu banget. Ternyata ada juga yang mereka punya, yakni model baju muslim biasa namun dengan bahan lokal yg khas mereka… walaupun jumlahnya ternyata sedikit dan sepertinya bukan hot selling item juga karena posisinya tidak ditempatkan di rak yg strategis. Hal mana membuat saya cukup heran, artinya para turis itu membeli barang yang tidak khas negara yang dikunjunginya? Apakah berarti mereka membeli untuk dijual ke negaranya? Wah, kalau begitu Tanah Abang bisa punya pesaing nih… Apalagi ketika tanya-tanya soal harga ya, cukup murah juga ternyata…

Seperti diketahui, Tanah Abang adalah pusat busana muslim yang cukup kondang di mancanegara. Selain karena harganya yang relatif murah, alias bisa jadi barang dagangan. Perkembangan modelnya pun cukup maju. Bahkan di beberapa literatur dikatakan, keunggulan industri busana muslim di Indonesia adalah kreativitas desain & modelnya yang belum bisa dikalahkan negara2 lain. Buktinya, para pedagang2 dari seantero dunia, target operasi rutinnya ya di Tanah Abang. Termasuk pedagang dari Malaysia, Brunei, Singapura tadi. Kalo saya pernah tahu, omset perdagangan di Tanah Abang itu sekitar 100-200milyar per hari… dalam satu bulan berarti paling sedikit 3 trilyun omsetnya! Bayangkan, kios yang jualan pun ada ribuan disana. Mmmmhh… kalo sudah gini sih, masih jauh sepertinya buat ngejar Tanah Abang. Wallahualam bissawab.(2013)

 Posted on : November 13, 2015
Tags :

Facebook Comments