Kampung Senyum, Peradaban Di Tengah Belantara

unnamed (1)“Wilujeng sumping…” (selamat datang). Sebuah sapaan hangat menyambut kami saat tiba di sebuah desa wisata yang terletak di antara pertemuan lembah di tengah belantara di kawasan Wates kabupaten Subang. Sebuah air terjun menghiasi dengan anggunnya di ujung desa itu. Desa wisata yang terletak di tengah hutan ini bernama “Desa Senyum” mengerumuni sebuah air terjun yang tinggi bernama “Curug Cibareubeuy”.

Berdasarkan informasi dari seorang teman yang mengatakan adanya sebuah desa dan air terjun yang indah di tengah hutan di kawasan Wates, Lembang maka saya, Shake dan Yussa berniat untuk menjajagi dan mendatangi tempat itu. Setelah kami di drop oleh rekan Bayu Bhar yang akan menyusuri jalur lain di kawasan Jayagiri, tepat pukul sepuluh pagi perjalanan pun dimulai.

Medan jalan koral di tengah hutan pinus menyambut kami dinaungi sejuknya udara khas wilayah utara kota Bandung. Beberapa “Mountain Biker” menyapa dan melewati kami, rupanya jalur ini juga merupakan jalur favorite para biker. Tidak berapa lama kami memasuki vegetasi kebun kopi hingga persimpangan jalan setapak, kami pun berbelok mengikuti petunjuk arah yang terpaku di sebuah pohon menuju “Curug Cibareubeuy”.

Jalanan pun mulai menanjak dan agak menyempit, tebaran daun kering menyelimuti jalur yang kami lalui. Kami pun mulai memasuki kawasan hutan heterogen. Rimbunnya pepohonan besar menaungi kami, langkah-langkah pun kian bersemangat. Kepenasaran & keiingintahuan kami tentang Curug Cibareubeuy memicu adrenalin kami. Betapa tidak, seorang teman bercerita tentang ke-eksotis-an tempat tersebut, tentang curugnya (air terjun)nya yang indah dan  tentang keramahan penduduk Desa Wisatanya ditengah hutan.

Selang satu setengah jam kemudian, kami mulai memasuki hutan bambu, sayup-sayup mulai terdengar suara gemericik air. “Tah sora cai euy!” ungkap Yussa tiba-tiba…”ah halusinasi meureun maneh?” sahut Shake. Tapi hal itu membuat kami bertiga memasang telinga. Sepanjang perjalanan, gesekkan dahan & ranting pohon disertai hembusan angin seringkali mengkamuflase seolah suaran gemercik air. Hingga saat itu, kami benar-benar mendengar suara deburan air.

Tidak lama berselang di sebelah kanan kami terlihat jelas keanggunan sebuah air terjun, “Tuh itu meureun curug Cibareubeuy teh?” ujar Yussa. “Wah tereh nepi yeuh jigana” sambung saya. Kami pun segera melanjutkan perjalanan setelah sebelumnya rehat sejenak sambil menikmati sedikit cemilan.

Jalur yang kami lalui semakin lama semakin menurun khas medan yang menuju lembah, beberapa atap rumah mulai terlihat di sebelah kiri jalur yang kami lalui di antara rerimbunan lebatnya hutan. Hingga kami pun tiba di sebuah bukaan yang di atasnya berdiri rumah-rumah panggung.

Rasa lelah setelah melakukan perjalanan sejauh kurang lebih 6km dengan durasi kira-kira dua jam terbayar sudah saat gorengan hangat yang dibumbui sambal yang tersedia di salah satu warung di desa itu menyambut kami. Keramahan penduduk “Desa Senyum” mewarnai obrolan diantara kami, sementara di sudut desa terlihat “Curug Cibareubeuy” dengan anggunnya.

Saat itu kami seperti menemukan “peradaban” di tengah belantara hehehehe, Seperti sebuah “kota” yang terisolir dari dunia luar yang menawarkan keindahan yang natural…

Curug Cibareubeuy adalah salah satu air terjun yang secara administratif  termasuk Desa Cibeusi Kecamatan Jalan Cagak Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat. Secara wilayah pengelolaan hutan, Curug Cibareubeuy termasuk pada petak 4 RPH Gn.Karamat BKPH Cisalak KPH Bandung Utara Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten.

Kondisi air dari Curug Cibareubeuy ini lumayan jernih, alirannya menganak sungai menjalari Desa Senyum, menambah keasrian wilayah tersebut. Menurut penduduk setempat, aliran sungai ini dihuni oleh ikan Beunter yang bisa dipancing, sehingga tidak jarang orang-orang yang berkinjung ke tempat itu membawa alat pancing untuk mengail ikan, hmmm…sungguh suasana yang sangat alami…

Setelah sekitar dua jam menikmati keindahan desa & air terjun, kami pun melanjutkan perjalanan untuk pulang. Kali ini jalur yang kami lalui yaitu jalan setapak menuju Desa Cibeusi yang berjarak kurang lebih 2 km. Kali ini hutan heterogen & pesawahan menemani perjalanan kami hingga Desa Cibeusi.

Keindahan Tersembunyi di Jalur Hiking Wates, Tangkuban Perahu

IMG_20150916_00201924

Wisata ke Tangkuban Parahu tentu sebuah bukan hal baru bila berwisata ke kota Bandung. Namun bila anda penggemar wisata alam dan tak keberatan sedikit berkeringat untuk berjalan di hutan, sungguh sayang melewatkan hiking di hutan sekitar Wates. Kawasan ini merupakan perbatasan antara perkebunan teh dan hutan, hanya beberapa puluh meter di seberang pintu masuk ke kawasan wisata Tangkuban Perahu. Perkebunan teh di kawasan ini merupakan bagian dari perkebunan Ciater yang luas, sehingga bila berkendara melewati Tangkuban Perahu ke arah Subang untuk beberapa lama kita akan dimanjakan oleh pemandangan indah dari hamparan teh yang menghijau.

Perkebunan Ciater terletak dikaki gunung Tangkuban Perahu pada ketinggian dari permukaan laut ± 1050 Mtr dan suhu rata-rata 18-25ºC . Terletak diantara jalan raya Subang – Bandung yang mana wilayah bagian selatan berbatasan dengan kabupaten Bandung terletak di daerah Wates, Tangkuban perahu.Batas sebelah utara terletak di kecamatan Serangpanjang antara jalur Jalan raya Jalancagak dan Wanayasa.   Sejarah perkebunan teh disini berawal tahun 1915 ketika Belanda mulai membudidayakan tanaman teh. Sekitar tahun 1920 mulailah didirikan pabrik untuk pengolahan teh di tiap – tiap perkebunan yang ada di Jawa Barat termasuk di Tambakan, Kasomalang dan Serengsari. Pada tahun 1934 pabrik teh di daerah Ciater didirikan, dan dioperasikan pada tahun 1937.

Namun view kebun teh hanyalah sebagian yang dinikmati kala hiking di kawasan Wates. Keindahan lebih dalam menunggu untuk tersibak, yang bisa membawa kita hanyut dibuainya. Jalur hiking pilihan kami dimulai dibelakang warung-warung yang berjejer disisi jalan Raya Tangkuban Perahu. Sebuah jalan  koral disisi warung yang paling tepi –kalau tak salah tempat tambal ban-  akan membawa kita ke sebuah kedalaman hutan.

Saat mulai melangkahkan kaki meninggalkan warung-warung, kita sudah disambut oleh keteduhan pohon pinus. Tak seperti perkebunan teh yang terik, suasana perjalanan selama hiking bisa dibilang teduh. Tak berapa lama harum khas dari  hutan pinus pun terhirup, sesekali aroma kecut getah pinus yang sedang disadap pun tak terelakkan. Vegetasi ini kemudian beragam dengan tanaman kopi, lalu hutan primer. Setelah setengah jam berjalan, tepatnya disekitar kebun kopi, akan ada pertigaan antara lurus dan ke kiri. Disini, tergantung pilihan anda akan mengarah kemana. Ke kiri menuju Ciater atau lurus ke Cipunagara, dan bila diteruskan menuju Bukittunggul.

Keduanya menjanjikan perjalanan yang menarik, namun bila punya waktu beberapa jam ambillah jalan ke kiri menuju Ciater. Hutan pinus perlahan seperti lenyap ditelan lumut dan epifit hutan, lalu berubah menjadi hutan yang lebat. Ini benar-benar hutan yang lebat, yang bahkan jarang dilewati oleh penduduk setempat.Walaupun begitu, jalurnya cukup jelas walau kerap tertutup dedaunan yang berguguran. Dua jam berjalan di hutan maka akan tiba di sebuah kampung adat, darisini Ciater tinggal sejam lagi perjalanan kaki.

Namun bila waktu luang anda lebih singkat lagi cukuplah berjalan-jalan di jalur setapak ini saja, misalnya hingga perbatasan hutan. Tak ada pos retsibusi wisata dan sebagainya disini, jalur ini hanyalah sebuah jalan setapak sederhana yang ramah. Namun menjejakinya bisa membawa siapapun ke masa lampaunya, merengkuh beragam kelebatan peristiwa masa lampau saat kita begitu akrab dengan alam.

 

Terpapar Virus Blitzkrieg di Bandung

IMG-20150905-01502

SaturdayOutdoor adalah program kegiatan alam bebas rutin mingguan dari District One. Berawal dari keinginan untuk sekedar bernostalgia menapaki jalur jalur yang punya nilai history kala dulu mulai mengenal dunia outdoor, sehingga akhirnya menjadi “candu”. Maka untuk memenuhi ketagihan ini setiap hari Sabtu selalu menyelenggarakan kegiatan alam bebas seperti hiking, trail running, dll. Kegiatan ini kami namakan Saturday Outdoor.

Waktu berkegiatan relative singkat, terpaksa  hanya 4 – 5  jam waktu luang saja sebab hari Sabtu toko tetap harus buka saat tengah hari. Karena itu tempat berkegiatan tak pernah jauh-jauh dari kota Bandung. Demikian pula tak banyak waktu berleha-leha dilokasi, pergerakan yang sigap dan taktis selalu mewarnai event mingguan ini. Wajar saja, karena harus segera selesai.

Mencari jalur hiking yang ringkas namun indah merupakan tantangan tersendiri, bahkan kalau  bisa waktu yang hanya beberapa jam itu bisa menguras tenaga peserta. Semakin ekstrem akan semakin puas. Pegunungan di sekitar Bandung nyatanya cocok untuk dikejar hanya dalam beberapa jam ini. Hiking di gunung Burangrang, Manglayang, Puntang  dan sebagainya selalu diupayakan dikejar dalam maksimal 4-5 jam. Wajar bila beberapa orang yang pernah mengikuti menilai  SaturdayoOutdoor seperti suatu blitzkrieg (serangan kilat) ke tempat tujuan.

Waktu yang singkat ini ternyata cukup diminati kalangan yang sibuk. Bisa dibayangkan, mereka yang bekerja di luar kota seperti Jabotabek hanya punya sedikit waktu diakhir pekan untuk bergabung karena harus membagi waktu pula bersama keluarga. Jadi mereka bergegas ke Bandung memakai travel yang paling malam lalu esok  paginya segera kick and rush, sehingga pada saat tengah hari bisa langsung kembali memakai travel yang sama. Sebuah blitzkrieg!

Wahyu, librarian yang bekerja di Jakarta, suatu waktu sampai di pool travel pukul 01:30  setelah beristirahat sejenak ia bergerak ke perbukitan Manglayang untuk trail running. Sigit, staff IT sebuah news media tiba di Bandung malam hari, esok pagi-paginya ia pun bergegas ke kaki gunung Burangrang demi menggapai puncak, waktunya hanya empat jam untuk pulang pergi dari kaki gunung ke puncak. Lelah? Tentu saja, namun sungguh kepuasan yang berlipat saat waktu yang tersedia untuk bercumbu dengan alam amatlah singkat. Singkatnya waktu melakukan petualangan di alam memberi pesan betapa berharganya waktu dan betapa rindunya manusia kembali ke alam.

Siapa pun yang ingin ikut merasakan segarnya udara pegunungan, dinginnya embun, melihat indahnya hijau daun dan aroma tanah basah, terbuka untuk bergabung. Bagi yang berminat mengikuti mari gabung di grup facebook  untuk mengetahui tempat-tempat yang akan dituju beserta jadwalnya

Jalur Melipir nan Cantik di Punggungan Manglayang

 

MELIPIR punggungan bukit Manglayang dari bumi perkemahan Batu Kuda, Cileunyi ke arah Baru Beureum, Jatinangor merupakan  jalur hikingnya yang sepi, indah dengan variasi medan yang beragam dan pemandangannya eksotis, sehingga bisa membuat ketagihan penyuka hiking. Jalan kaki dalam acara ‪#‎SaturdayOutdoor tanggal 12 September 2015 ini ditempuh sekitar tiga jam pulang pergi

Dari buper Batu Kuda kami mulai meretas jalur di punggungan gunung Manglayang, arah yang diambil adalah melalui jalan setapak kearah Timur, melipir perbukitan sehingga jalannya naik turun. Setelah melewati ladang perbukitan di Batu Kuda, jalan setapak mulai melipir hutan pinus di sepanjang punggungan gunung. Terdapat dengan beberapa spot puncak bukit dimana kita bisa memandang view yang luas ke arah Bandung Timur.

Tak lama setelah berjalan di dalam hutan pinus, jalan setapak akan memasuki kerimbunan hutan bambu. Hutan pinus sendiri merupakan persimpangan, antara mengambil jalan yang mengarah turun ke Kiara Payung atau terus menuju Baru Beureum. Jadi jika akan menuju Baru Beureum, jangan sampai salah arah dengan turun menuju Kiara Payung.

Di dalam hutan bambu jalan setapak mulai memudar. Banyak jalan yang mengarah ke berbagai tempat, namun bila kita hati-hati dan tetap seksama dengan arah tujuan, pada akhirnya jalur setapak di hutan bambu yang rimbun ini berakhir pada sebuah air terjun kecil di tengah hutan. Air yang mengalir di antara bebatuan ini sangatlah segar, amat berharga meluangkan waktu sejenak disini untuk menyegarkan badan.

Melewati sungai kecil,  jalur berubah dengan vegetasi khas pegunungan. Sedikit menanjak lalu kita bertemu dengan punggungan terbuka. Darisini tampak jelas jalur yang menuju Baru Beureum dan Kiara Payung. Tampaknya ini adalah jalur menuju puncak bayangan gunung Manglayang dari arah Kiara Payung. Bumi perkemahan Kiara Payung maupun Baru Beureum tampak jelas di ketinggian ini. Ada beberapa spot bukit yang terbuka disini, menyuguhkan view yang dramatis memandang kearah bandung Timur.

dok terbaru 2020

Kami tak melanjutkan perjalanan menuju puncak karena memang tak berencana demikan. Setelah mengabadikan pemandangan yang dramatis dari puncak bukit, segera mengevakuasi diri kearah semula. Harus diakui, ini merupakan jalur terbaik diantara jalur-jalur lainnya di sekitar Manglayang yang kami tahu. Medannya naik turun, vegetasi beragam, amat sepi, rimbun dan view yang fantastis. Jalur ini memang tak mengarah ke puncak, namun para penyuka kegiatan hiking pegunungan harus sudah mulai melupakan puncak sebagai simbol. Rengkuhlah pegunungan dari berbagai arah keindahan yang ditawarkannya, maka kita akan menyibakkan sebuah keindahan yang lain dari biasa.

Damai Tapi Gersang di Gunung Geulis

IMG-20141101-00172

Waktu telah menunjukkan pukul 09.15 saat kami tiba di pelataran parkir kampus UNPAD Jatinangor. Cuaca saat itu mulai panas, namun kami bertiga sudah memantapkan diri untuk akan memulai hiking ke Gunung Geulis. Tak lama kemudian kami diantar Ichsan Karyo salah satu anggota Palawa Unpad untuk mengantar sampai di Jatiroke, tempat mulai hiking ke gunung Geulis.

Sekitar pukul 09.45 kami tiba di desa Jatiroke, sengatan matahari yang semakin menjadi mengiringi langkah pertama kami untuk mulai menapaki jalanan setapak.

Gunung Geulis yang berketinggian 1281 mdpl, bukan lah gunung yang tinggi, tapi gunung ini di waktu masa-masa kuliah dulu  merupakan gunung favorit bagi para mahasiswa untuk sekedar melatih fisik atau sekedar ingin menikmati kesejukan suasana pegunungan.

Akan tetapi Gunung Geulis sekarang sangat berbeda, sepanjang perjalanan sedikit sekali kesejukan yang kami dapat. Diawal pendakian sejauh mata memandang kami melihat tanah2 gersang, sebagian malah ada yg sudah digerus traktor untuk sebuah pembangunan, entah apartemen atau perumahan.

Hari padahal belumlah begitu siang, tapi panas matahari seolah sudah mendidihkan ubun-ubun. Setelah melewati area perkebunan penduduk, kami mulai memasuki wilayah hutan atau lebih tepatnya “semak belukar” hehehe… Rupanya hujan yang sudah lama tidak turun membuat jalan setapak yang kami lalui sedikit retak-retak. Kami mulai melalui jalanan menanjak, di dataran yang agak meninggi, kami mulai terhibur dengan pemandangan pohon-pohon hijau dari punggungan Manglayang diseberang.. ”yah lumayan untuk sekedar menjernihkan mata…”.

Memang, sulit rasanya di sini kami menemukan view yang indah untuk didokumentasikan. Banyak pepohonan yang kering oleh kemarau panjang. Bahkan saat kami akan mulai memasuki area puncak, kami mendapati area yang pepohonannya habis terbakar ! Kami melihat batang, ranting dan pucuk  pohon yang hangus menghitam, hal ini menambah kegersangan yang kami rasakan saat mencoba menghayati kedamaian alam sekitar. Damai tapi gersang, seperti judul lagu tahun 80-an karya Adjie Bandi.

Akhirnya setelah melalui area tersebut, kami mulai memasuki area  lumayan sejuk oleh rimbunnya pohon. Dan tidak berapa lama sekitar pukul 10.45 kami tiba di puncak gunung Geulis yang diatasnya terdapat kompleks makam.

Setelah beristirahat sejenak, kami pun melanjutkan perjalanan untuk kembali turun. Tidak banyak rupanya view keindahan yang dapat didokumentasikan pada hiking kali ini, tapi cukup banyak pelajaran yang dapat kami ambil tentang pentingnya sebuah pelestarian dan pemeliharaan lingkungan untuk keseimbangan ekosistem. (Baiz/DO)

Gn. Geulis – Jatinangor, 1 November 2014

IMG-20141101-00168IMG-20141101-00171

Hiking di Perbukitan Kiarapayung Mengasyikan

IMG-20150528-01107IMG-20150528-01109IMG-20150528-01106

Kiarapayung terletak di daerah Jatinangor Kabupaten Sumedang pada ketinggian 900 M-dpl (meter dari permukaan laut) dan sebagian besar wilayahnya terletak di kecamatan Tanjungsari. Kiarapayung lebih dikenal sebagai tempat Bumi Perkemahan Pramuka, pernah diadakan Jambore Pramuka Nasional disini pada tahun 2006. Pintu masuk Buper berupa pintu gerbang dan sebuah tugu tunas kelapa.

Udara Kiarapayung cukup sejuk dengan bentangan pemandangan alam yang indah. Kita sudah bisa melihat hamparan kota Bandung Timur hingga Tengah.  Kiarapayung adalah satu dari banyak tempat keren buat trekking di Bandung. Konon, nama Kiarapayung berasal dari bahasa Sunda, yaitu kiara (pohon) dan payung (bernaung). Udara yang sejuk dan alam pegunungan yang eksotik di sekitar Kiara Payung membuat lokasinyat sangat indah.

Akses jalan ke lokasi wisata Buper Kiarapayung Jatinangor sangat mudah. Bagi anda yang datang dari Jakarta dengan mobil, cukup melintasi jalan tol exit di pintu Cileunyi (paling ujung). Dari pintu gerbang tol Cileunyi sudah dekat ambil arah ke Jatinangor, hanya butuh waktu sekitar 15 menit.

Dua puluh tahun lalu Kiarapayung identik dengan tempat ospek mahasiswa dari berbagai kampus sekitar Jatinangor seperti Unpad, Unwim dll.Tanahnya merah gersang, debu beterbangan, cuaca panas kering kerontang. Seperti gambaran Mexico di film-film koboi wild west. Itulah yang menyebabkan males kuliah di Jatinangor 🙂 , lebih sering nangkring saja di kampus Dipati Ukur.

Kini Kiarapayung sudah menjelma menjadi tempat yang lebih rimbun. Sejuk, teduh dengan bayangan pohon-pohon yang menaungi. Kawasan ini bisa menjadi alternative tempat main yang lebih sehat ketimbang main ke mall. Sebuah taman alam yaitu Taman Keanekaragaman Hayati terdapat dibelakang buper. Melakukan hiking disini bisa sangat mengasyikkan. Bisa menambah wawasan pengetahuan tentang berbagai macam tumbuhan ataupun serangga yang sudah jarang ditemui dalam keseharian wargakota.

Bila enggan masuk ke bumi perkemahan , kita bisa melipir ke sekitar area buper. Bila membawa kendaraan, sebelum gate buper belok kanan saja ke arah Barubeureum, lalu mencari sendiri spot hiking di bebukitan. Salah satu yang terbaik adalah melewati Taman Keanekaragaman Hayati.

Menurut kami, hiking di perbukitan Kiarapayung malah lebih mengasyikkan ketimbang bermain di buper nya sendiri. Suasananya lebih alami, bahkan di beberapa tempat masih liar. Salah satu pemandangan terbaik adalah bebukitan antara Kiarapayung dan Barubeureum, dimana gunung Geulis tampak di kejauhan dan gunung Manglayang tampak anggun dan tersenyum menyambut kita.

Perkebunan Teh Sukawana, Hanya Sepelemparan Batu dari Kota Bandung

Desa Sukawana menjadi kawasan perkebunan teh paling dekat yang bisa dicapai dari kota Bandung, sekitar 20 kilometeran dari pusat kota. Meski arealnya tidak seluas di Bandung Selatan, suasana perkebunan tehnya tak kalah indah dibandingkan Pangalengan dan Ciwidey. Suasana perkebunan teh sangat asri, apalagi semakin mendekati perbatasan hutan. Kabut dan gerimis senantiasa datang dan pergi. Gunung Burangrang akan tampak mengundang, seolah tak jauh dari jangkauan lengan.

Sebelumnya perkebunan teh ini lebih  dikenal dengan nama perkebunan teh Pangheotan. Masih terdapat plang nama menuju ke vila ini juga tertulis Pangheotan. Namun pihak pengelola perkebunan (PTPN VIII) sudah mempopulerkan nama baru yakni Sukawana  untuk perkebunan teh di sini.

Kata “pangheotan” ini diduga berasal dari kata Van Houten yang dahulunya merupakan nama salah seorang preangerplanter dimasa kolonial Belanda. Bila demikian, wajar bila nama Pangheotan juga ada di kawasan  perkebunan teh di Cikalong Wetan.

Banyak yang dapat dilakukan di area perkebunan teh Sukawana dari mulai hiking, camping, berolahraga hingga offroad. Banyak tour offroad yang ditawarkan dengan rute umumnya Cikole-Sukawana. Jalur off road Sukawana-Cikole Lembang tak asing bagi para off roader Bandung. Jalan yang mengular di kaki Gunung Tangkuban Perahu cukup menantang. Medan off road Sukawana-Cikole terbilang berat. Jalur yang membelah Hutan Jatiwangi ini memiliki tiga cekungan berlumpur dan dalam. Sudah tak terbilang kendaraan off road yang ‘stuck’ disini.

Di area pertemuan kebun dan hutan sekitar sini dipercaya terdapat tiga tempat yang dianggap menyimpan energi mistis yaitu Leuweung Kunthi, jalan batu, dan rumpun bambu. Leuweng Khunti, menurut hikayat adalah kampungnya siluman.

Menuju perkebunan teh Sukawana, dari arah Cimahi setelah Universitas Advent di kawasan Parongpong, sekitar 500 meter akan melewati pasar, kemudian di sebelah kiri ada plang “Perkebunan Nusantara Sukawana”. Bila dari arah Bandung, dari jalan Sersan Bajuri kemudian akan bertemu pertigaan dengan jalan Kol. Masturi. Ambil arah ke kiri menuju Parongpong, sekitar 100 meter ada jalan masuk ke kanan menuju perkebunan Sukawana. Dipintu masuk perkebunan diminta tiket masuk yang bersahaja : 5000 rupiah per mobil dan 2000 rupiah per motor.

11880717_10206068475083385_1435883878_n

 

Bila ingin menjelajah lebih jauh namun dengan waktu tak terlalu lama, beberapa curug disekitar Sukawana ini sangat ideal untuk dijajagi dengan berjalan kaki. Salah satunya Curug Layung yang berjarak tak sampai setengah jam perjalanan.

Bila membawa kendaraan, bisa diparkirkan di lapangan depan Villa Merah atau lebih jauh di lapangan desa atau warung terakhir. Menuju curug, ikuti jalan koral utama sampai melewati desa, setelah warung paling ujung yang terletak dikiri jalan ada jalur setapak yang cukup lebar masuk ke kebun teh. Ikuti setapak ini hingga bertemu dengan pertigaan antara ke kiri (Ciwangun Indah Camp) dan kanan (curug Layung). Ikuti arah setapak yang ke curug Layung ini dengan seksama, nantinya akan mengarah kekiri.  Seharusnya dari pertigaan itu curug tak terlalu jauh lagi. Jangan sampai kebablasan menuju area hutan lebat Cisuren.

Jalur Sukawana juga bisa menjadi akses menuju kawah gunung Tangkuban Perahu, yaitu dengan melewati tower pemancar radio. Bila anda  menuju tower, dari tugu perkebunan (foto bertiga) ambil ke kiri menuju desa karena jalur ke kanan akan menuju Cikole dengan jalan yang rusak berat akibat dijadikan jalur off road. Walau nanti kedua jalur ini juga bisa bertemu, namun berpapasan dengan hingar bingar  rombongan offroad dan trail  kurang nikmat. Dari warung terakhir, perjalanan kaki menuju tower sekitar tiga  jam.

Berminat hiking di sekitar  perkebunan teh ini? Silakan cek paket hiking Sukawana yang melewati kawasan ini.

 

 

 

Buang Kolesterol Lebaran di Gunung Burangrang

IMG02304-20150725-1150IMG02278-20150725-0956IMG02301-20150725-1148

Seperti halnya tahun lalu  ke Gn. Rakutak, Majalaya, kali ini District One  menyelenggarakan hiking pasca lebaran di Gn. Burangrang yang terletak di wilayah utara kota Bandung. Hiking pasca lebaran ini dilakukan pada hari Sabtu tgl 25 Juli 2015 pukul 09.00 WIB. Titik kumpul di Resort Dusun Bambu.Ini merupakan program tahunan “Buang Kolesterol” setelah selama hari raya kita makan-makan enak & berlemak.

Setelah selama bulan puasa keinginan untuk hiking yang menggebu terpaksa dipendam maka kala Lebaran lewat  DistrictOne pun kembali memulai aktivitas hiking. Kali ini dengan tema  membantai kolesterol usai makan enak saat hari raya.

Seminggu  usai lebaran saat sebagian masih bergumul dengan kemacetan arus balik kami menuju puncak Burangrang di wilayah Bandung utara, untuk melepas rindu akan harumnya pinus, aroma rumput dan semerbak hutan. Setelah terhenti lebih dari sebulan akhirnya kembali menghirup segarnya udara pegunungan di kawasan Bandung.

Dari resort Dusun Bambu bila membawa kendaraan masih bisa diteruskan ke arah mesjid Al Karim atau popular disebut mesjid Aa Gym. Motor bisa diparkir disini, mobil diluar pekarangan. Darisini tinggal mengikuti jalan setapak yang mengarah ke hutan pinus. Perjalanan pulang pergi ke puncak tak lebih dari empat jam.

Gunung Burangrang merupakan sebuah gunung api mati yang terdapat di pulau Jawa, Indonesia. Gunung Burangrang mempunyai ketinggian setinggi 2.064 meter. Gunung ini merupakan salah-satu sisa dari hasil letusan besar Gunung Sunda di Zaman Prasejarah. Gunung ini bersebelahan dengan Gunung Sunda, mempunyai kawasan hutan Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan hutan Ericaceous atau hutan gunung.

 

The Expendables : In Search of the Waterfall

IMG-20150404-00882

Hiking kali ini sedikit berbeda dengan sebelum-sebelumnya, tidak ke gunung melainkan menuju lokasi curug (air terjun) yang tersembunyi di dalam hutan. Curug Siliwangi berada di dalam area wisata alam Gunung Puntang, Banjaran.  Terdapat beberapa curug didalam hutan gunung Puntang, namun yang mereka tuju adalah yang terjauh dengan  jarak dari bumi perkemahan sekitar 3,5 kilometer. Kali  para veteran yang bergabung dalam misi hiking adalah Erfan, Bais, Bar, Asnur, Boas, Nurlaela, dan Kang Ferry. Boas yang memiliki sanak family di Banjaran didaulat menjadi danop (komandan operasional) dari kegiatan hiking kali ini. Ia membawa serta dua saudara iparnya yaitu Dadan dan Candra.

Sejak awal yang dikhawatirkan dalam acara hiking di awal bulan April ini adalah curah hujan.  Karakter jalan setapak di gunung Puntang yang sering menyebrangi sungai-sungai kecil di dalam hutan akan semakin menantang bila curah hujan semakin tinggi. Namun walau intensitas hujan masih tinggi hingga bulan ini, semangat tak menjadi surut. Pukul 10.30 mereka memulai hiking, setelah sebelumnya berpesan kepada ibu penjaga warung untuk menyiapkan nasi liwet untuk dinikmati sepulang dari curug.

Dua jam berlalu di dalam hutan, sudah empat kali mereka menyeberangi sungai kecil dengan yang terdalam sepaha orang dewasa. Belum tampak ada tanda-tanda curug, namun gemuruh sudah berdentuman di langit tanda hujan besar akan segera mengguyur. Benar saja, tak lama kemudian hujan besar mengguyur deras. Rombongan berhenti sejenak untuk melindungi diri dengan raincoat. Kamera tv yang dibawa Erfan terpaksa diistirahatkan dan dibungkus dengan plastic untuk melindunginya dari air. Rimbunnya hutan masih menahan curahan debit air yang luar biasa dari langit, namun setapak di dalam hutan berubah menjadi selokan. Walau dilapis raincoat, basah tak akan terhindarkan.

Sejam kemudian barulah mereka tiba di Curug Siliwang yang sempurna tersembunyi di dalam hutan.  Boas segera mengeluarkan flysheet dan membuat tempat berteduh darurat, selain untuk sedikit menjinakkan guyuran hujan juga agar kamera tv bisa dioperasikan. Sayang sekali bila curug yang megah ini luput didokumentasikan karena cuaca buruk, karena factor cuaca sudah harus dipertimbangkan sejak awal. Peralatan masak pun dikeluarkan dan bahan-bahan masakan disiapkan. Tak berapa lama aroma indomie dan parafin tercium, mengingatkan semua orang pada aroma diklat. Kopi panas dan asupan makanan ini segera memberi tambahan semangat bagi rombongan yang sedang kedinginan.

Tak banyak yang dapat didokumentasikan dalam hujan deras, namun setidaknya beberapa footage terselamatkan. Tim segera packing untuk kembali ke warung. Kini yang dikhawatirkan adalah debit sungai yang airnya sedingin es, semoga arusnya tak terlalu deras untuk diseberangi.  Syukurlah dengan perjalanan ekstra hati-hati walau arus sungai semakin deras dapat dilalui dengan lancar. Perjalanan pulang ke pangkalan ini dilalui dengan jatuh bangun, setiap orang bergiliran jatuh merasakan licinnya jalur setapak yang luber oleh air hujan.

Pukul empat sore barulah rombongan sampai kembali di warung tempat mereka memulai hiking. Rupanya empunya warung sudah mempersiapkan nasi liwet pesanan satu panci besar. Goreng tahu, jengkol dan ikan asin yang masih panas tampak terhidang pula. Tak ketinggalan sambal dadakan dan lalab segar menyemarakkan suasana.  Setelah melewati perjalanan yang cukup menguras tenaga, sambutan ini benar-benar sebuah ending yang manis.

 

Saturday Outdoor

10805724_10204083838268705_5400738807360613885_nBerawal dari keinginan untuk sekedar bernostalgia melakukan kegiatan outdoor dengan menapaki jalur-jalur sekitar kota Bandung yang punya nilai histori bagi kami, sehingga kemudian menjadi “candu”.

Maka untuk memenuhi ketagihan ini, maka komunitas District One setiap hari Sabtu selalu menyelenggarakan kegiatan alam bebas seperti hiking, trail running, wisata alam dan aktifitas lain di alam bebas. Karena selalu dilakukan dihari Sabtu maka kegiatan lalu kami namakan Saturday Outdoor. Namun sebetulnya waktunya fleksibel di akhir pekan atau pada hari libur pun bisa saja dilakukan.

Bagi siapa pun yang ingin ikut merasakan segarnya udara pegunungan, dinginnya embun, melihat indahnya hijau daun dan aroma tanah basah, tangan kami selalu terbuka untuk bergabung. @districtonebdg