Categories : Hiking

 

IMG_20150916_00201924

Wisata ke Tangkuban Parahu tentu sebuah bukan hal baru bila berwisata ke kota Bandung. Namun bila anda penggemar wisata alam dan tak keberatan sedikit berkeringat untuk berjalan di hutan, sungguh sayang melewatkan hiking di hutan sekitar Wates. Kawasan ini merupakan perbatasan antara perkebunan teh dan hutan, hanya beberapa puluh meter di seberang pintu masuk ke kawasan wisata Tangkuban Perahu. Perkebunan teh di kawasan ini merupakan bagian dari perkebunan Ciater yang luas, sehingga bila berkendara melewati Tangkuban Perahu ke arah Subang untuk beberapa lama kita akan dimanjakan oleh pemandangan indah dari hamparan teh yang menghijau.

Perkebunan Ciater terletak dikaki gunung Tangkuban Perahu pada ketinggian dari permukaan laut ± 1050 Mtr dan suhu rata-rata 18-25ºC . Terletak diantara jalan raya Subang – Bandung yang mana wilayah bagian selatan berbatasan dengan kabupaten Bandung terletak di daerah Wates, Tangkuban perahu.Batas sebelah utara terletak di kecamatan Serangpanjang antara jalur Jalan raya Jalancagak dan Wanayasa.   Sejarah perkebunan teh disini berawal tahun 1915 ketika Belanda mulai membudidayakan tanaman teh. Sekitar tahun 1920 mulailah didirikan pabrik untuk pengolahan teh di tiap – tiap perkebunan yang ada di Jawa Barat termasuk di Tambakan, Kasomalang dan Serengsari. Pada tahun 1934 pabrik teh di daerah Ciater didirikan, dan dioperasikan pada tahun 1937.

Namun view kebun teh hanyalah sebagian yang dinikmati kala hiking di kawasan Wates. Keindahan lebih dalam menunggu untuk tersibak, yang bisa membawa kita hanyut dibuainya. Jalur hiking pilihan kami dimulai dibelakang warung-warung yang berjejer disisi jalan Raya Tangkuban Perahu. Sebuah jalan  koral disisi warung yang paling tepi –kalau tak salah tempat tambal ban-  akan membawa kita ke sebuah kedalaman hutan.

Saat mulai melangkahkan kaki meninggalkan warung-warung, kita sudah disambut oleh keteduhan pohon pinus. Tak seperti perkebunan teh yang terik, suasana perjalanan selama hiking bisa dibilang teduh. Tak berapa lama harum khas dari  hutan pinus pun terhirup, sesekali aroma kecut getah pinus yang sedang disadap pun tak terelakkan. Vegetasi ini kemudian beragam dengan tanaman kopi, lalu hutan primer. Setelah setengah jam berjalan, tepatnya disekitar kebun kopi, akan ada pertigaan antara lurus dan ke kiri. Disini, tergantung pilihan anda akan mengarah kemana. Ke kiri menuju Ciater atau lurus ke Cipunagara, dan bila diteruskan menuju Bukittunggul.

Keduanya menjanjikan perjalanan yang menarik, namun bila punya waktu beberapa jam ambillah jalan ke kiri menuju Ciater. Hutan pinus perlahan seperti lenyap ditelan lumut dan epifit hutan, lalu berubah menjadi hutan yang lebat. Ini benar-benar hutan yang lebat, yang bahkan jarang dilewati oleh penduduk setempat.Walaupun begitu, jalurnya cukup jelas walau kerap tertutup dedaunan yang berguguran. Dua jam berjalan di hutan maka akan tiba di sebuah kampung adat, darisini Ciater tinggal sejam lagi perjalanan kaki.

Namun bila waktu luang anda lebih singkat lagi cukuplah berjalan-jalan di jalur setapak ini saja, misalnya hingga perbatasan hutan. Tak ada pos retsibusi wisata dan sebagainya disini, jalur ini hanyalah sebuah jalan setapak sederhana yang ramah. Namun menjejakinya bisa membawa siapapun ke masa lampaunya, merengkuh beragam kelebatan peristiwa masa lampau saat kita begitu akrab dengan alam.

 

 Posted on : September 27, 2015
Tags :

Facebook Comments