Saturday Outdoor yang diadakan District One Sabtu kemarin mengambil rute Hiking Barubeureum – Curug Antani. Saya, Bobby,Teti dan putrinya Abil, Rany, Yussa, dan tentu saja tim leader Baiz rasanya sudah tidak sabar untuk menjelajah.
Dalam rangkaian ‘waterfall hunting’ yang diadakan oleh District One, Curug Antani adalah destinasi favorit saya setelah Curug Cibareubeuy / Kampung Senyum (lihat Hiking for Theraphy : Menuju Kampung Hobbit).
Trekking menuju Curug ini dimulai dari Desa Barubeureum di kaki gunung Manglayang. Pemanasan dimulai dengan jalanan berbatu yang cukup lebar dan sedikit menanjak, kemudian tersambung dengan setapak memasuki kawasan hutan. Cuaca cerah, langit biru menyambut kami. Awalnya saya menyangka akan mendapatkan suasana hening dengan semilir angin, ternyata salah duga. Ketika memasuki hutan, terdengar riuh suara berbagai hewan, terutama suara burung-burung yang tersembunyi di balik rimbunnya pepohonan. Ramai sekali, membayangkan mereka seakan akan sedang berpesta lepas bebas tanpa gangguan. Ah, semoga saja kedatangan kami tidak mengganggu kenyamanan mereka.
Setelah kurang lebih 1,5 jam berjalan dan beristirahat, sampai juga kami di Curug Antani. Rasa penasaran pun terjawab, terlihat tebing tinggi menjulang dan Curug Antani tampak terlihat mungil namun anggun, airnya mengalir kecil, perlahan tapi pasti, seakan akan telah berjanji mengaliri kehidupan yang bergerak terus ke muara-muara tak berjarak. Bagaikan sebuah bintang jauh yang selalu datang tepat waktu, cahaya kecilnya tak pernah ingkar berkilau hangat ke ujung terjauh waktu.
Lama kami beristirahat di sini. Berfoto, bermain air, membuka bekal, dan bercengkrama sampai Baiz mengintruksikan untuk kembali pulang tetapi dengan rute yang berbeda. Kami pun berkemas dan bersiap pulang.
Pada saat perjalanan pulang, kami mendengar suara teriakan-teriakan 2 orang pria saling bersahutan, diikuti gonggongan segerombolan anjing. Rasa penasaran terjawab ketika kami memasuki setapak yang rimbun oleh pohon-pohon kerdil yang rapat. Kami bertemu seorang pria dan segerombolan anjing pemburu celeng. Rupanya rute pulang yang kami ambil merupakan habitat celeng di wilayah hutan ini. Baiz pun bercakap sebentar meminta ijin memasuki jalur setapak rimbun di depan kami. Pria tersebut tak banyak bicara, dari gerakan badannya ia mengintruksikan kami untuk mengikutinya. Tak kami sangka kami pun terlibat dalam perburuan kecil tersebut. Dari kiri kanan setapak rimbun yang dilalui terdengar suara celeng mendengus, sepertinya lebih dari 2 ekor, tak lama diikuti suara anjing pemburu dan teriakan 2 orang pria yang saling bersahutan dari arah yang berbeda. Oh, rupanya begitulah cara mereka berburu celeng. Rasa deg-degan dan penasaran bercampur aduk, ada rasa takut kami diserbu anjing atau malah tertubruk celeng yang sedang diburu. Kami pun berjalan tergesa-gesa sambil saling dorong dan tertawa-tawa juga saling mengingatkan jangan terlalu ribut ataupun takut. Ya, ini pengalaman pertama saya menyaksikan perburuan celeng. Sungguh menggelikan. What a simple joy of life.
Rasa lega datang ketika akhirnya kami keluar dari jalur celeng, semacam lahan terbuka dengan pemandangan indah. Di sini kami menghabiskan waktu berfoto ria dan bercengkrama. Ah sepertinya enggan sekali untuk beranjak dari sini. Suasananya sangat mengasikkan.
Saya mengakui ini adalah rute hiking yang sangat cantik, recommended untuk dijadikan hiking favorit lintas usia, mulai anak sampai lansia. Walaupun termasuk rute yang aman, minim cedera ataupun terjatuh, sebaiknya bila ingin menjajal alam ke wilayah ini tetap harus didampingi oleh guide/tour leader yang handal dan menguasai medan seperti kawan-kawan kami dari District One. Selamat Mencoba.
Blowing wind, chirping birds, bluest sky.
I long for yesterday.
Once more.
-QA-
Penulis
Tanti B
Hiking for Theraphy and Detox Believer