Sebelum tahun 2014 berganti Dudung dan Bar sudah mengantongi visa untuk kembali memasuki China. Kali ini mereka memesan multiple visa, untuk dua kali kunjungan.
“ Da bedana ngan saeutik,” ujar Dudung yang mengurus visa ,” mun single 600rb an mun multiple 700 rb an.” Padahal belum tentu dalam enam bulan ini mereka mengunjungi China dua kali.
Namun ada yang sedikit mengganjal di pikiran Bar dalam perjalanan kali ini. Bulan Januari 2015 adalah musim dingin di China, walau di Selatan tak turun salju udaranya pasti mengiris kulit. Satu hal lagi, mereka akan singgah beberapa hari di Bangkok yang berudara panas. Tentu kurang elok menggabungkan gaya berpakaian musim dingin dan tropis ke dalam ransel minimalis mereka. Namun sebagai loyalis tiket-tiket promo, akhirnya berbagai bertimbangan itu tak menghalangi mereka menembus musim dingin di China. Selain Bangkok dan Guangzhou, kali ini mereka juga bermaksud singgah di Hongkong dan Shenzen.
Setelah tiga malam di Bangkok, penerbangan Air Asia sore hari yang delay dari Don Mueang (DMK) membuat mereka sampai di bandara Hong Kong International Airport di malam hari. Terlalu larut untuk menuju kota yang belum pernah mereka datangi dan masih buta berbagai informasinya. Pengalaman tak enak di Guangzhou tahun lalu membuat mereka lebih menahan diri untuk tak slonong boy lagi.
“Tarpak di dieu we lah, hese ormed na geus peuting mah,” usul Bar. Ia melokalisir sebuah kios circkle K untuk ngopi dan makan malam. Karena musim dingin, udara Hong Kong terasa menusuk kulit dan mereka segera menyadari bahwa para pengunjung lain bersepatu dan memakai jaket tebal. Hanya mereka yang memakai sandal dan bercelana pendek. “Saltum euy,” keluh Bar ,”gara-gara hoream ganti Don Mueang..”
Ketika malam semakin larut, udara dingin semakin brutal mengiris kulit mungkin sekitar 10 derajat Celcius. Sarung pun dikeluarkan sebagai pertahanan terakhir. Mereka berpindah-pindah ke beberapa lokasi mencari tempat menunggu yang lebih hangat. Sebetulnya di lantai dua HKIA juga cukup banyak yang tidur menunggu penerbangan, namun udara musim dingin kerap membuat terjaga. Namun akhirnya malam yang beku di bandara lewat juga.
Sebuah kios 7eleven yang buka 24 jam di lantai 2 menjadi tempat sarapan mereka pagi berikutnya. Sebuah paket nasi instan dan daging sapi menu sarapannya. Segera saja mereka menemukan sebuah pola untuk survival di Hong Kong. Datang saja ke kios-kios minimart semacam 7eleven untuk makan atau ngopi. Itu lebih hemat daripada bersantap di rumah makan yang paling hemat sekalipun!
Esoknya mereka meninggalkan HKIA naik bis untuk menuju Tsim Sha Tsui dan mendapatkan penginapan seharga 300 HKD tak jauh dari mesjid Kowloon. Kamarnya kurang lebih sebesar kamar di kapal ferry ASDP.
“Asa di kapal ferry, ngan euweuh ombak hungkul,” gumam Dudung dengan masygul. Bahkan untuk sholat pun susah. Tak apa, sebuah mesjid besar ada di seberang jalan.
Rupanya mesjid besar ini berada di area taman Kowloon Park, sebuah taman yang cukup luas dan apik di pusat kota Hongkong. Pada hari Sabtu dan Minggu, seperti juga di Victoria Park, taman ini dipenuhi oleh TKI yang bekerja disini. Hal ini membuat mereka berdua sumringah, karena banyak menemui orang Indonesia dan juga penganan khas Indonesia. Mulai dari bala-bala, goreng pisang, pecel lele atau nasi rawon. Harganya tentu lebih mahal dibanding di tanah air. Selain TKI juga banyak tenaga kerja dari Filipina yang menggunakan area taman untuk berkumpul. Namun jelas sekali para TKI lebih mendominasi. Tiba-tiba saja mereka langsung merasa familiar dengan suasana Hongkong, setelah bertemu dengan banyak TKI ini. Walau baru beberapa jam tiba disini.
Esok harinya mereka harus sudah meninggalkan Hongkong menuju Shenzhen, tak cukup waktu bila akan mengexplore kota berdua. Disepakati mereka berpisah untuk mengexplore bagian kota yang berbeda. Dudung menuju daerah Mongkok, sementara Bar menuju Causeway Bay di Hongkong Island. Sebelum jam checkout mereka bertemu kembali di hotel.
Sebelum meninggalkan Hongkong mereka sempat mengunjungi patung Bruce Lee di Avenue Star. Patung memoriam Bruce Lee paling banyak menarik minat turis untuk berfoto, disarankan datang pagi hari bila ingin berfoto tanpa banyak turis yang lain. Watawww…!