Sepanjang Jalan Koral dari Sukawana ke Cikole

Meski tidak seluas di Bandung Selatan, suasana perkebunan teh Sukawana tak kalah indah dibandingkan Pangalengan dan Ciwidey. Bahkan karena letaknya dekat dari kota, Sukawana memiliki point lebih.

Kabut dan gerimis senantiasa datang dan pergi. Tampak gagah gunung Burangrang diseberang lembah dan Gunung Tangkuban Parahu didepan menunggu pinangan. Kopi seduh arabika yang senantiasa tersedia di warung Ma Onah menjadi tandem ideal saat cuaca syahdu.

Jalan koral terhampar jauh dari Sukawana ini menuju Cikole dan Gunung Putri, sekitar tiga jam jalan kaki. Hanya yang cukup aral saja melakoni hiking jalur panjang ini. Nah itulah kami yang kurang kerjaan hehe

Secara tradisional jalan batu rusak ini merupakan jalur off-road, hingga kinipun tetap demikian. Namun kini lebih ke off-road komersial daripada hobby. Konvoy Land Rover bisa menjadi atraksi hiburan saat merayapi trek ini.

Beberapa tempat wisata alam akan dilewati jalur hiking ini yaitu berturut-turut Talaga Warna, Nyawang Bandung, Cikahuripan lalu disekitar pertengahan jarak Sukawana – Cikole kita bisa beristirahat di puncak Jayagiri yang legendaris. Mau sampai sini pun sebenarnya sudah cukup jauh, tapi kalo masih penasaran silahkan lanjut ke Cikole atau Gunung Putri. Kagok edan 😁

Di Jayagiri kita bisa mampir ke lorong lumut yang hits itu. Walau jalur puncak Jayagiri ke lorong lumut terhalang resort Jungle Milk sialan sehingga terpaksa melipir lebih jauh. Bila sudah berjalan sejauh ini memang sayang bila tidak diteruskan sedikit lagi ke lorong lumut, biar tidak penasaran saja toh.

@districtonebdg

Senior Hiking To Kawah Upas

Mengapa harus cemas kembali ke alam, sahabat yang setia menemani kita hingga usia tua. Bukankah kita sedang mengunjungi sahabat lama untuk kembali bercengkerama seperti kekasih yang lama tak bersua. Bila samudera rindu pada nelayan, pegunungan memendam rindunya pada para pendaki.

28.02.2021 Sunday Hike to Upas Hill, kali ini ikut pula beberapa peserta senior range umur 60th – 67th. Mereka ABG tahun 70’an yang senang hiking pada jamannya. Sekarang mulai berkegiatan lagi seiring fenomena maraknya grup-grup hiking saat ini yang bertebaran di Kota Bandung.

Bagi mereka, kembali ke alam melakukan hiking secara rutin seperti mengenang nostalgia jaman-jaman kukurusukan dulu. “Age is only a number”, benar adanya, dengan semangat yang kuat mereka pun bisa sampai ke Kawah Upas via perkebunan teh Sukawana. Bahkan disaat para grup pendaki lain dari generasi yang jauh lebih muda memilih mencegat mobil pick up saat turun dari Kawah Upas,  mereka teguh berjalan kaki.

“Berapa kali trekking ngajak sahabat senior usia 60-an, semangat mereka jangan diragukan👍🏼👍🏼 Setiap nemu tanjakan pasti komennya tong sieun mun nimu tanjakan berarti bakal nimu pudunan..intinya dijalani aja.. pelajaran hidupnya : you’ll never know till you try❤️ ,” demikian kesan Melly salah seorang peserta.

Beranjak tua tak membuat manusia harus berkeluh kesah dan mengemis kemudahan dalam bertualang, melainkan tetap mengumpulkan keberanian dan teguh  menghadapinya. Jalani hidup ini dengan berani. @districtonebdg

 

Lesson from the Coral Track

Ini adalah hiking ke-4 yang kuikuti bersama Diva. Tujuannya adalah kawah Tangkuban Perahu tapi melalui track yang belum pernah kulalui sebelumnya. Ini memang sangat menarik.

Kami berangkat dari CIC agak siang, molor dari jadwal  seharusnya pukul 08.30, dikarenakan ada beberapa teman datang terlambat. Setelah pemanasan, berdoa, seperti biasa kami melakukan ‘Foto Kelas’  maksudnya foto bersama sebelum memulai aktivitas.

Jauh-jauh hari di  grup D1VA, kami diingatkan untuk membawa bekal dan perlengkapan secukupnya dan ekstra  minum karena jarak yang akan kita tempuh P.P lebih dari 10 KM, dengan perkiraan waktu tempuh sekitar 6 jam (walau kenyataanya 15KM dan memakan waktu 7,5 jam…hiks)

 

Sebelumnya kami sudah mendapat informasi tentang kondisi track yang akan kami lalui coral treal,  tea walk, view pinus and eucalyptus. Menurutku medan tracknya masih bersahabat, tidak sesulit saat hiking pertama kali bersama D1VA ke Curug Cirengkrang, tapi yang menjadi tantangan adalah saat menghadapi coral track yang panjangnya minta ampun, seolah-olah tiada akhirnya.

 

Memang diakui, suasana masih berbeda saat kami masih di kebun teh dan coral track dengan pinus view.  Kami masih memiliki semangat ditambah dengan hamparan kebun teh yang hijau dan pohon-pohon pinus menjulang tinggi, indah, memanjakan mata dan menggoda kami untuk berfoto ria, sampai lupa perjalanan kami ke depan masih panjang dan itu menyebabkan waktu yang kami butuhkan sampai ke tujuan justru lebih lama.

Saat kami memasuki hutan Tangkuban Perahu, akhirnya kami menemukan coral track yang cukup mengganggu langkah kami, awalnya kami masih semangat, sempet foto-foto dulu, namun lama kelamaan membuat telapak kaki sakit seolah-olah sedang  melakukan refleksi kaki di sepanjang jalan berbatu. Lama-lama kami mengalami kelelahan, pegal,dan sakit badan. Ini mulai membuat mental menjadi down. 

Sebenarnya kami sudah diingatkan agar jangan terlalu berjauhan dari guide,  tapi yah namanya budak baraong, sepertinya gank d1va masih harus belajar disiplin mengenai aturan, hal itu sering diabaikan, terutama karena kekuatan fisik dan pace teman-teman berbeda-beda.

Kecepatan langkah kami di coral track mulai menurun, nafas mulai naik turun, kecemasan mulai melanda. Hal itu menyebabkan kami terbagi menjadi 5 kelompok berpencar  dan jarak antara kelompok lumayan cukup jauh dan cukup menyulitkan host dan guide untuk memantau kami.

 

Akhirnya kami sampai di tempat kelompok yang lebih dulu tiba, tinggal seitar 300 meter lagi menuju kawah. Di sini kami istirahat sambil menunggu peserta lain kumpul semua, sayang salah satu teman kami tak bisa lanjut dan dia ditemani teman kami, Desi.

Setelah cukup istirahat, beberapa teman termasuk aku memutuskan balik sebelum menuju kawah, memang disayangkan, meskipun sebenarnya kami masih mampu tapi kami masing-masing memiliki alasan; takut kemalaman saat masih di hutan, mengejar waktu sholat yang semakin mepet, padahal sebenarnya kami bisa melakukan tayamum untuk menggantikan wudhu dan sholat, di hutan pun bisa, aturan agama telah banyak memberikan kelrluasaan umatnya beirbadah dimanapun. Tapi entah mengapa saat itu  tak terpikirkan sama sekali. Kami terlalu fokus dan khawatir pada keadaan teman kami yang tidak bisa lanjut.

 

Saat menuju pulang, aku dan Desi terpisah dari teman-teman yang sama-sama balik turun, perkiraan pukul 16.00 tiba di warung Emak di Sukawana tempat kita kumpul untuk makan dan sholat, namun sayang rencana tinggal rencana ternyata kami berdua malah tersesat, gara-gara kami berdua asyik ngobrol sehingga tidak fokus dengan track yang kami lalui, kami lupa belokan arah menuju warung Emak. Kami sempat bertanya pada penduduk  tapi ia malah memberikan informasi yang justru membuat kami semakin menjauh dari tempat yang dituju.

Hari semakin sore, kami berdua belusukan di kebun teh, sadar ternyata semakin jauh, kami kembali ke jalan berbatu tapi kami semakin jauh karena jalan yang kami lalui tidak sama saat kita berangkat, perasaan kami bercampur aduk, yang tadinya lapar, hilang seketika, yang ada cemas, lelah, pegal, dan takut orang lain khawatir, apalagi signal sulit sekali, sehingga membuat kami sulit berkomunikasi, migrainku kambuh tapi aku tetap menyemangati diri bahwa  ini pasti bisa kami lalui, beberapa kali aku istirahat untuk minum sambil menenangkan diri, lalu kami sampai di daerah pemukiman, bergantian kami bertanya pada penduduk yang kami temui, tapi kami ditunjukkan ke tempat mahasiswa yang sedang camping, lalu kami balik lagi ke arah kebun teh, beberapa kali kami bertanya tapi tetep tidak menemukan arah yang benar, dan akhirnya kami masuk ke pemukiman penduduk dan kami bertanya pada bapak-bapak di sana dan kami diantarkan sampai ke jalan yang ternyata berbatu juga, coral track, tapi kami memutuskan untuk sholat dulu, saat menemukan mesjid, di sana kami baru dapat sinyal dan kami hubungi bu Tanti yang kebetulan dia ga bisa ikut karena sakit, kami menngabari kami tersesat ke Pabrik Teh,  lalu beliau membalas “ Pabrik Teh nya buka tidak?” “Banyak orang gak di sana? “Coba Tanya mereka” Tidak lama kemudian dia WA call Desi meminta penjelasan, lalu kami kabari lagi  kalau kita mulai mendekati tempat titik kumpul, yaitu warungnya emak tapi mau sholat dulu, agar semua tidak khawatir.

 

Setelah selasai sholat, perasaan kami mulai tenang, dan kami mulai mencari penduduk sebelum melanjutkan pencarian kami,untuk memastikan arah yang diberikan bapak tadi, dan ternyata arah yang kami ambil salah, harusnya ke atas, kami malah turun ke bawah, kami diminta mengikuti jalan yang berbatu, tapi tidak terlalu rapat, sampai ada pohon pinus diujung jalan lalu belok kiri, lalu terus ikuti jalan berbatu tersebut dan setelah beberapa kali belok akhirnya Alhamdulillah kami menemukan warung emak, dan kami disambut tawa teman-teman lain yang sudah menunggu di sana. Ternyata bukan hanya kami saja yang tersesat, hampir setengah dari kelompok salah ambil jalan. Akhirnya kami menertawakan diri kami sendiri karena akibat kelalaian kami 😂

 

Sungguh dari  hiking kali ini, aku mendapat pembelajaran yang sangat berharga, ternyata coral track tak selamanya menyebalkan, menyakitkan telapak kakiku, tapi saat kami tersesat justru membantu kami kembali menuju arah yang benar, menuju warung Emak,  Satu hal lagi aku banyak belajar bahwa aku harus selalu tenang dan berpikiran jernih dan positive thinking dalam situasi apapun, termasuk saat kelelahan dan tersesat.  Sometimes you win, sometimes you learn.

Apapun yang terjadi   Keep calm and enjoy.

 

Gak sabar nunggu hiking berikutnya.

 

Penulis

Neneng ‘marni’ Sumarni

Pengajar di SD Terpadu Niagara, Ngamprah – KBB

Mengagumi Lukisan Alam Sukawana

Pemandangan indah perkebunan teh Sukawana sudah termahsyur sebagai view yang instagramable sehingga dijaman medsos ini orang berduyun-duyun menyambangi perkebunan teh yang paling dekat dari kota Bandung ini. Jauh hari sebelumnya penggemar offroad dan mototrail telah menjadikan jalur Sukawana-Gunung Putri sebagai menu wajib memanaskan kendaraannya. Sukawana pun semakin populer bagi goweser dengan tampak makin seringnya mobik bak yang loading sepeda kesini. Namun para penggemar setia keajaiban pemandangan alam disini tetaplah para pejalan. Merekalah yang paling mendapat hikmah dari perjalanannya, seperti kata Thoreau… the swiftest travel is he who goes on foot.

View terindah perkebunan Sukawana menurut kami justru tak akan didapat oleh mereka yang menggunakan kendaraan. Orang harus berjalan kaki untuk mendapatkan view yang terlihat dari arah pebukitan curug Layung. Menuju kesini hanya sepeda yang bisa, itu pun akan tampak maksakeun.

Mendapatkan view menakjubkan ini tak sesulit yang dibayangkan, yaitu tinggal datang dari arah wisata alam curug Layung -bukan dari Sukawana. Setelah berjalan menanjak sekitar sepuluh menit, sampailah di puncak bukit pinus dengan view lepas ke arah perkebunan teh Sukawana. Kini telah disediakan panggung-panggung dan tempat duduk dari kayu untuk menikmati view. Tentu saja, bila datang dari arah Sukawana pun tetap bisa mencapai spot ini setelah berjalan kurang lebih sejam lamanya dari warung terakhir. Hayo.. pilih mana? 😀

Puncak bukit ini selalu terlewati dalam event trail running maupun hiking di curug Layung yang diselenggarakan oleh DistrictOne atau kini DO ADVENTURE 😉 ..hehe rebranding boleh kan.. Walau sering terlewati namun kami selalu terpana kala bertemu kembali dengan view ini.

Anda boleh percaya atau tidak, namun dari spot yang sama ini dari waktu ke waktu akan selalu terasa suasana yang berbeda dan suasana paling syahdu menurut kami adalah kala serinai gerimis turun dan kabut berkejaran dimainkan  angin dingin. Sejuk tak hanya terasa disekujur badan, namun menyapa kedalam hati. @districtonebdg

Photo courtesy of Freyja Malika Rafaldini

Women’s Run 5K Sukawana : Let’s Run Beautifully

Memperingati Hari Kartini dan perjuangan kaum perempuan, tanggal 29 April 2018 DistrictOne menyelenggarakan trail running khusus perempuan di kaki gunung Tangkuban Parahu, tepatnya kawasan perkebunan teh Sukawana. Sejak awal ide ini cukup menantang… Lah lari di jalanan kota saja jarang ada event khusus kaum perempuan apalagi ini di gunung. Buset dah..

Namun disitulah ide dasarnya, meyakinkan kaum perempuan terutama yang tidak biasa rutin berlari bahwa mereka bisa melakukannya dengan tetap mempertahankan keanggunan seorang wanita. Let’s run beautifully.

Sekali tantangan berat itu berhasil dilewati, akan muncul kepercayaan diri untuk melalui hal-hal berat lainnya. Sekali muncul kesadaran akan kekuatan diri sendiri, maka self awareness itu tak akan menghilang. Oleh sebab itu event ini sengaja tak menyasar komunitas lari, melainkan masyarakat umum. Dalam memberdayakan kaumnya, Kartini pun tidak menyasar kalangan yang sudah terpelajar bukan?

Desa Sukawana di kawasan Parongpong, Lembang menjadi perkebunan teh paling dekat yang bisa dicapai dari kota Bandung, sekitar 20 kilometeran dari pusat kota. Suasana perkebunan teh sangat asri, apalagi semakin mendekati perbatasan hutan. Kabut dan gerimis senantiasa datang dan pergi. Gunung Burangrang akan tampak mengundang dan gunung Tangkuban Parahu seolah dalam jangkauan lengan. Terdapat beberapa curug disekitar Sukawana yang sangat ideal untuk dijelajahi dengan berjalan kaki. Salah satunya adalah Curug Layung yang merupakan tempat start dan finish event Women’s Run ini.

Peserta even ini beragam dari perorangan, anggota komunitas, anak sekolah, perwakilan lembaga hingga pegiat organisasi perempuan. Trek sepanjang 5K yang dilalui melewati hutan pinus, air terjun dan perkebunan teh yang indah memanjakan mata. Salah satu misi event  trail running yang diselenggarakan DistrictOne memang untuk menumbuhkan cinta alam dengan mengenalkan jalur-jalur setapak yang indah sekitar Bandung.

Selain dimanjakan trek yang indah, di akhir acara dibagikan doorprize apparel perlengkapan outdoor berkualitas merk-merk branded seperti The North Face, Deuter, Camelbak dll. Sementara itu, karena mengusung tema hijau maka sebagai pengganti medali finisher dibagikan benih pohon untuk ditanam.

 

@districtonebdg

 

 

Lari Mengakrabi Alam di Fun Green Run Sukawana

Pada hari Minggu, 18 Februari 2018 DistrictOne menyelenggarakan event trail running untuk publik yang pertama. Walau sering melakukan trail running internal, baru tahun 2018 ini program untuk mengenalkan trek-trek alam di sekitar kota Bandung. Event trail running merupakan lanjutan dari program hiking yang telah rutin disosialisasikan sejak beberapa tahun lalu.

Misi utama dari event Fun Green Run 5K adalah membuka mata publik kepada trek-trek alam yang indah disekitar kota Bandung dengan berlari santai. Fun Green Run samasekali tak dimaksudkan untuk race melainkan sebuah acara fun untuk mengajak lari dan cinta alam. Dengan cut off time tiga jam untuk menempuh jarak 5K, banyak waktu untuk beristirahat dan mengabadikan spot indah sepanjang trek.

Rute yang dilalui mulai dari curug Layung hingga Sukawana menawarkan trek yang indah berupa hutan pinus, air terjun dan perkebunan teh yang menghijau dengan latar belakang gunung Tangkuban Perahu dan Burangrang. Trek ini akan “memaksa” para peserta berhenti untuk mengabadikan view lanskap yang indah. Disamping trek yang indah, di akhir acara dibagikan doorprize apparel perlengkapan outdoor berkualitas khas DistrictOne yaitu merk2 branded seperti The North Face, Deuter, Camelbak dll. Sementara itu, sebagai pengganti medali finisher dibagikan benih pohon untuk ditanam.

Bila menyukai trail running yang relax  seraya menikmati keindahan view lanskap atau hutan di pegunungan, Anda bisa menantikan event fun run berikutnya di trek-trek yang sunyi dan indah yang merupakan ciri khas trek lari maupun hiking dari DistrictOne. Kebanyakan trek mengambil tempat di Bandung Utara dan Timur seperti Sukawana, Cikole, Cibodas, Bukittunggul hingga Manglayang. Namun sewaktu-waktu juga berlokasi teramat dekat dari kota seperti Tahura atau Cikapundung trail. @districtonebdg