Gunung Bendera Si Mungil yang Ramah Didaki

Kondisi geografis Bandung yang dikelilingi pegunungan membuat bumi Parahyangan punya lumayan banyak gunung cantik. Tak terkecuali ke arah Barat melewati kawasan pertambangan batu kapur menuju Cianjur. Namun apakah medan pendakian gunung di Bandung ramah didaki, itu hal lain. Nah jangan khawatir, ada gunung Bendera bagi yang enggan melahap banyak tanjakan terjal.

Gunung Bendera termasuk gunung mungil yang cantik yang ramah bagi pendaki pemula. Terletak di kawasan karst Padalarang, mendaki gunung ini  tak perlu peralatan khusus, cukup pastikan fisik dan stamina dalam kondisi prima. Puncak tertingginya yang sering disebut Puncak Rindu hanya setinggi 1403 mdpl. Kalau mendaki gunung Gede maka ini baru turun dari angkot di basecamp Cibodas atau Gunung Putri 😀

Aksesnya pun cukup mudah karena terletak hanya sepelemparan batu dari Kota Baru Parahyangan. Namun tak ada area parkir yang memadai bila membawa kendaraan, cuma tersedia lahan sempit untuk parkiran motor.

Medan pendakian gunung Bendera melewati perkebunan dan pebukitan semak sehingga bila dari jauh seperti bukit-bukit Teletubbies. Medan yang terbuka membuat waktu terbaik hiking kesini adalah saat cuaca teduh yaitu pagi dan sore hari. Disini juga banyak dijadikan tempat camping untuk menyongsong sunrise dan citylight.

Sebuah aktifitas menarik yang bisa dilihat disini adalah kegiatan perajin coet batu. Walau terletak agak melipir dari trek, cukup sepadan untuk melihat kearifan lokal yang akan memperkaya wawasan petualangan.

Sepertinya pilihan terbaik kesini adalah memakai angkutan umum. Dari stasiun Padalarang ada angkot trayek gunung Bentang yang bisa dinaiki. Turun saja di daerah Gantungan lanjut jalan kaki atau ojek. Atau minta diantar saja oleh angkotnya ke Gantungan pojok agar semakin mendekati tempat mulai pendakian.

 

Terhanyut Aroma Pinus di Giri Wening

Wisata hutan pinus Giri Wening seluas 430,2 Ha berada di kawasan hutan milik Perum Perhutani di Desa Cikidang, Lembang. Tempat dan pemandangan alamnya sangat indah dan cocok untuk dinikmati. Harum pepohonan konifer langsung tercium di hidung begitu sampai di parkiran.

Berbagai fasilitas telah tersedia seperti tempat bermain anak, mushala, kamar mandi, camping ground hingga jembatan mini yang cocok sebagai lokasi swafoto. Dari segi akses juga gak susah, pake mobil sedan juga bisa cuma harus disiapin kendaraan yang fit karena nanjak-nanjak. Rekomendasi sih lewat Dago Giri biar lebih cepat.

Tempat ini tak jauh dari Puncak Eurad yang sudah lebih dahulu populer. Kelebihan dari Giri Wening adalah parkirannya yang lapang hingga tak perlu khawatir tak kebagian lapak parkir.  Karena tak jauh dari Puncak Eurad,  tentunya bisa sekalian main ke dua tempat sekaligus khan.

Jalur hiking darisini cukup banyak bisa ke Batu Belang,  Puncak Eurad,  Cikole bahkan curug Cibangban yang makan waktu tiga jam perjalanan. Karena banyak percabangan,  pastikan kamu mengenal baik jalurnya.  @districonebdg

Citarum Journal : Trilogi Sanghyang Plus Curug Halimun

Dimulai dari kunjungan ke waduk Saguling beberapa tahun lalu. Saat itu mulai mendengar Sanghyang Heuleut yang kabarnya sudah bisa dijambangi dengan trekking 2 jam-an. Sayang, saat itu sedang musim hujan dan kondisi tidak memungkinkan.

Tahun 2019 saat musim kemarau mulai menghampiri, kami tidak ingin menyia-nyiakan waktu yang tepat untuk mengunjungi Sanghyang Heuleut dan Sanghyang Poek. Setelah selesai, Minggu berikutnya bergerak lebih ke atas lagi, yaitu ke Green Canyon Cikahuripan. Dari sini kami bergerak lebih jauh lagi, yaitu ke Cukang Rahong dan Cukang Binbin.

The Sanghyang journey berlanjut saling melengkapi dengan explore Sanghyang Kenit, tidak lupa melirik sebentar ke arah Sanghyang Tikoro yang penuh misteri itu.

Lengkaplah sudah jelajah the Sanghyang, menyempurnakan Saguling Trilogy yang membiarkan imaji berkelana ke tahun-tahun dimana air deras mengalir berbaur dengan legenda petualangan arung jeram pada masanya, mengisi katel- katel air berselimut tebing, terbentang sepanjang aliran sungai Citarum yang saat ini dasarnya bisa kita injak dengan leluasa. Saguling Trilogy acomplished!

Lalu, apakah cerita Citarum ini berhenti sampai di sini? Tentu tidak.

*****

Rencana survey ke Curug Halimun sudah bergulir sejak dua bulan lalu sejak terdengar kabar kawasan ini sudah dibuka dan dikelola warga sekitar. Posisi curug ini terletak antara Cukang Rahong dan Sanghyang Heuleut.

Jadwal survey tertunda tatkala ada dari kami yamg harus menuntaskan dahulu proses menjadi relawan uji klinis vaksin covid 19.

Ketika ada event Kamis MODO (Mom’s Day Out-door) jadilah sekalian saja menuntaskan bonus dari Sanghyang Trilogy ini, sehingga akhirnya kami pun ikut melakukan survey ke curug Halimun. Kesimpulan dari trek dengan view yang luarbiasa ini adalah, singkat saja, pondok tapi nyugak.

 

Penulis : Tanti Brahmawati

Rimba Sagun Kearifan di Kaki Gunung Tangkubanperahu

by Bayu Ismayudi

Bau bangkai itu cukup menyengat begitu tiba di curug ke empat yg posisinya paling atas dari rangkaian curug tanpa nama di wilayah hutan Sagun. Nampak seekor rusa tergeletak membusuk yg entah bagaimana hingga sang rusa terkapar seperti itu.

Baru kali ini kami menemukan rusa di tengah hutan yg bukan di penangkaran..
kami pun sempat saling pandang.. Insting kami mengatakan, alam ini masih liar..ada rusa, berarti mungkin ada sang predator mengintai diantara lebatnya hutan.

 

Kabar tentang adanya “surga tersembunyi” di wilayah Sagun, Bandung utara sdh sy dengar sejak 6 bulan lalu dari kawan Pent Hagons dan Fadjar Apay, hingga akhirnya baru kemarin saya bersama Arman Norval dan @mang odoy bisa mengexplorenya menggunakan GBS, Global Bacot System alias pendekatan gerakan ngopi di warung lokal dan ngobrol.

Seminggu sebelum pergantian tahun 2020 saat berkunjung kampung yg terletak di tengah perkebunan teh Sagun, kampung yg asri dikelilingi rerimbunan hutan itu,
sang pendiri kampung, abah Aas sempat berkata,

“Manusia telah mendzalimi diri dan lingkungannya..sehingga alam pun mulai merespon negatif thd setiap tindakan manusia”

” Contohnya apa bah?” tanyaku.

“Hujan sedikit aja yg seharusnya jd rahmat malah banjir, air bah yg muncul..”

Secuil percakapan di perkampungan tengah hutan yg dikelilingi kebun teh dengan suguhan minuman teratai salju yg menyegarkan.