Motor yang saya tunggangi pagi itu berjalan lamban, tenaganya banyak terkuras karena jalanan yang menanjak dan terjal berbatu, beberapa jalanan aspalnya banyak yg mengelupas. Saya pagi itu berencana mengunjungi sebuah obyek wisata alam yang “booming” di media sosial…Tebing Keraton. Saya yang penasaran karena ketenaran Tebing Keraton yg instant itu, memaksakan untuk tabah menyusuri jalan yg menanjak & rusak parah.
Sengaja saya ajak anak & istri saya untuk ikut dalam perjalanan ini, karena saya ingin mengajak mereka sekedar refreshing melepaskan diri dari rutinitas. Sekitar 15 menit kami berkendara dengan sangat hati2, sampai akhirnya kami menemukan warung untuk berhenti sesaat.
Sambil rehat & makan jajanan yg ada, kami ngobrol dengan ibu pemilik warung, si ibu pemilik warung ini menganjurkan agar saya saja yg melanjutkan perjalanan sampai ke Tebing Keraton, karena khawatir dengan kondisi jalanan yg katanya semakin menanjak dan terjal.
Setelah sepakat, akhirnya saya sendiri melanjutkan perjalanan. Jalanan memang semakin menanjak, tidak berapa lama saya melewati warung2 yang dipenuhi para Goweser atau penggiat olah raga sepeda…hmm ini Warban (Warung Bandrek) lokasi yang sudah tidak asing lagi bagi para Goweser Bandung.
Setelah melewati Warban, tidak berapa lama akhirnya saya tiba di lokasi Tebing Keraton…wow orang2 dari luar Bandung banyak yg berkunjung, rupanya mereka juga punya kepenasaran yg sama atas ketenaran obyek wisata ini.
Setelah membayar ticket masuk, saya langsung menuju sebuah bibir tebing yg menjorok keluar, hmm ini lah Tebing Keraton itu…Dinamakan Tebing Keraton karena kondisi bibir jurang yg menjorok keluar seolah podium alam sehingga kita bisa melihat pemandangan dengan leluasa, kondisi ini beberapa org menganggap sebagai sebuah “kemewahan” yang oleh penemunya “kemewahan” ini dianalogikan sebagai “keraton”. Nama asli tempat ini sendiri adalah Gawir Jontor yang berarti bibir jurang yg jontor (menjorok keluar).
Banyak sekali orang2 berdesakkan di seputar tebih untuk sekedar berfoto2, dari bibir jurang ini pemandangan terlihat lepas. Penduduk setempat mengatakan, jika pagi bibir jurang ini tertutup kabut, sehingga kita seolah2 ada di puncak Bromo & katanya seolah2 kita berdiri di atas awan…
Bagi saya pribadi Tebing Keraton tidaklah begitu istimewa, tapi mungkin bagi orang lain ini adalah sebuah “ kemewahan”. Daya tariknya yang tiba2 menjadi luar biasa membuat lokasi ini banyak dikunjungi, tapi sayangnya tidak didukung dengan akses jalan yg memadai.