Prasasti Curug Dago berada dalam kawasan hutan lindung dan daerah perbukitan, di Kampung Curug Dago, Desa Ciumbuleuit, Kecamatan Cidadap, berada di 1310 m di atas permukaan air laut. Dua prasasti terletak ± 10 km di sebelah timurlaut dari pusat kota Bandung, di tebing Sungai Cikapundung tidak jauh dari air terjun Curug Dago dalam kondisi insitu dan utuh. Lokasi prasasti dapat ditempuh melalui Jalan Ir. Juanda/Dago turun di Dago Tea House (Teehuis)/Balai Pengelolaan Taman Budaya dan dari lokasi itu dilanjutkan dengan berjalan kaki menuruni tangga beton sampai ke lokasi prasasti.
Menurut S.A. Reitsma dan W.H. Hoogland (1922, Gids Van Bandoeng En Omstrcken) kedua prasasti tersebut erat kaitannya dengan kunjungan keluarga Kerajaan Siam (Thailand) ke Bandung, yakni Raja Chulalongkorn serta Pangeran Prajatthipok Paramintara, yang masing-masing merupakan raja ke V dan VII dari Dinasti Chakri. Tujuan penulisan kedua prasasti di Curug Dago yang memuat nama kedua nama raja dan pangeran itu yaitu merupakan penghormatan terhadap ke dua tokoh tersebut, lengkap dengan penulisan inisial, angka tahun serta catatan usia kedua tokoh. Memang ada tradisi yang menyatakan bahwa pada umumnya apabila seseorang raja Thai menemukan tempat panorama yang indah, maka biasanya di tempat tersebut sang raja melakukan semadhi dan kadangkala menuliskan nama atau hal lainnya yang dianggap penting.
Objek budaya Prasasti Curug Dago berada di bawah Air Terjun (Curug) Dago yang telah dikembangkan sebagai salah satu objek wisata pada kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda yang dikelola oleh Balai Pengelolaan Taman Hutan Raya Ir. H.Juanda, Dinas Kehutanan Propinsi Jawa Barat. Lokasi Prasasti Curug dago menempati salah satu area sebelah selatan dari Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda. Untuk pengunjung berkendaraan roda 4 dapat diparkirkan di Komplek Taman Budaya, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Jawa Barat yang berjarak ± 1,2 km dari lokasi objek.
Di sisi kanan air terjun terdapat dua bangunan bercat merah. Itulah tempat semedi dan prasasti raja Thailand. Dari teras atas untuk ke bawah memang perlu berhati-hati. Selain terjal, jalan berbatu itu sangat licin karena tersiram oleh deburan air terjun Curug Dago atau dari tetesan air dari tebing di sebelah kanannya.
Sampai di tempat persemedian, sambil ditemani suara deburan air menghunjam dan melemparkan butiran-butiran lembut air, kiranya kita boleh mereka-reka, gerangan apakah yang membuat tempat itu menjadi tempat semedi dua raja dari Thailand. Jawabannya, barangkali sama dengan motivasi anda datang ke Bandung.
See more at: http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=91&lang=id#sthash.lMSiDIp2.dpuf




Sebuah desas-desus tentang keberadaan reruntuhan benteng di sekitar Lembang membangkitkan insting untuk mencarinya. Selama ini kami hanya mengetahui sebuah bunker tua di daerah Gunung Putri, yang biasa dilalui jalur offroad trayek Sukawana-Gn Putri. Keberadaan benteng ini tentu mengusik rasa penasaran.
Selepas ladang, jalur hiking mendaki bukit menuju hutan pinus. Belum lama berjalan di antara pepohonan pinus tiba-tiba Warid menunjuk tangannya ke atas. Sebuah elang besar tampak terbang tak terlalu tinggi dari pohon pinus. Waah..bukan main, sudah lama tak melihat elang besar terbang begitu dekat diatas kepala. Kalau tak salah dua tahun lalu kala hiking di gunung Geulis, Jatinangor.
Benar saja, kopi yang diroasting tradisional, gula aren dan air mendidih membuat rasanya juara. Belum lagi view yang menakjubkan dan hawa segar pegunungan. Setelah beberapa kali sesapan, setiap orang tenggelam dalam sensasi rasa kopinya. Mabuk pada pesona alam, enggan untuk mengingat mereka harus kembali ke kota. Seperti meneguk anggur kehidupan.
Wisatawan yang ingin mengunjungi Angkor harus terlebih dahulu menuju kota Siem Reap. Tidak susah menuju ke kota tua ini karena sudah ada penerbangan langsung dari berbagai kota namun bagi yang lebih suka melakukan perjalanan darat, Siem Reap juga bisa dicapai dari Bangkok (9 jam ) atau Phnompenh (6 jam). Selain lebih hemat, perjalanan memakai bis antar negara akan menjadi pengalaman tersendiri bagi yang belum pernah merasakannya. Bila ingin merasakan sensasi lebih, kita dapat menumpang kapal motor menyusuri sungai Tonle Sap dari Phnompenh menuju Siem Reap. Perjalanan menyusuri sungai ini memakan waktu enam jam.