by Bayu “Baiz” Ismayudi
Pagi itu sekitar pukul 04.40 waktu setempat, pintu gerbang station Hua Lamphong Bangkok dibuka, setelah saya membeli ticket kereta jurusan Aranyaprathet seharga 48 baht saya langsung tergolek di kursi tunggu station, ingin memejamkan mata barang sekejap sambil menunggu keberangkatan kereta pukul 05.55.
Para pengunjung station sudah mulai ramai, baik itu yang menunggu keberangkatan maupun yang baru tiba dari luar kota Bangkok. Beberapa turis bule menyandang ransel penuh beban banyak berseliweran, kursi-kursi tunggu station pun sudah mulai penuh, ada yang sekedar duduk-duduk ada pula yang tertidur tergeletak karena semalaman begadang di luar station menunggu loket ticket buka seperti saya.
Sekitar 10 menit saya terpejam, badan sudah lumayan bugar, kemudian saya melangkah menuju toilet station ingin sekedar menyeka diri, membasuh muka yang kusut,,,tapi ternyata toilet belumlah buka. Di dekat toilet ada tulisan berisi “Tempat Sembahyang” bahasa melayu tentunya,,,”ini pasti maksudnya musholla” pikir saya,,,
Tapi setelah saya cari “Tempat Sembahyang” itu tak kunjung ditemukan,,,akhirnya saya bertanya kepada petugas station,,,” I am muslim, I am looking place for pray” ujar saya sambil menggerakan isyarat takbiratul ikhram,,,si petugas mengerti, beliau dengan senang hati dan antusias menunujukkan sebuah musholla yang terletak di antara dua rel kereta.
Sebuah musholla kecil tapi cukup apik berdiri anggun di sana, tapi sayangnya baru dibuka pukul 05.30…”owh bagaimana jika ada orang yang akan shalat subuh?” pikir saya,,,tapi bagian toilet musholla tidak dikunci, saya pun membasuh diri sejenak dan berwudhu,,, untuk selanjutnya shalat subuh sambil duduk di kursi dekat musholla…hmm,,,semakin terasa keinginan mendekat kepada Sang Maha Penguasa saat kita sendiri dan jauh dari rumah jauh dari keluarga atau teman,,,hehehe, manusia memang akan selalu teringat dengan Penciptanya apabila dalam kondisi terjepit, tertekan atau kesepian,,,fitrah manusia,,,

Rupanya di sini tidak ada istilah kereta terlambat,,,sesuai schedule pukul 05.55 kereta menuju Aranyaprathet mulai bergerak. Kereta ini mirip dengan kereta ekonomi kita, cukup bersih dan nyaman. Saya duduk di kursi yang posisinya berhadapan di depan seorang ibu-ibu setengah baya. Kereta pun melaju perlahan, bergerak melewati kota-kota hingga pedesaan yang dihiasi bentangan sawah yang menguning yang saya saksikan keindahannya melalui jendela kereta samping tempat duduk saya. Pada beberapa bentangan sawah, saya melihat banyak mobil jenis double cabin semisal Hilux atau Ford Ranger hilir mudik mengangkut hasil bumi,,,”Wow, di Bandung mobil double cabin seperti ini mungkin hanya sebagai alat transportasi mewah yg hilir mudik diperkotaan, tapi di sini,,,hmm, dijadikan alat angkut hasil bumi” Pikir saya,,,
Matahari semakin merangkak naik, perlahan,,,Kereta yang saya tumpangi semakin penuh sesak oleh penumpang yang naik di setiap station yg terlewati. Saya terbangun oleh sinar mentari yang membias dari jendela kereta,,,hmm,,semakin terasa ‘sepi’ di tengah kehiruk pikukan. Ibu paruh baya di depan saya terlihat sedang asyik ngemil penganan yang dia beli dari penjaja makanan yang hilir mudik dari gerbong ke gerbong. Suara orang berbincang mendengung di telinga seperti suara lebah dengan bahasa yang tidak saya mengerti, sesekali diselingi suara kokokkan ayam yang dibawa oleh penumpang menghiasi kehirukpikukkan. Tidak lama kondektur terlihat memeriksa ticket para penumpang, kondektur yang mirip Cak Lontong ini pun menghampiri saya dengan tatapan menyelidik dan meminta ticket untuk selanjutnya diperiksa dan ditandai.
Kembali setelah itu, saya ‘sendiri’. Pemandangan luar kereta kembali menemani, tentang para petani yang membajak sawah, mobil double cabin yang mengangkut hasil bumi, anak kecil yang berlari telanjang, sungai yang mengalir, langit yang biru, burung belibis yang terbang mengarak,,,Lamunan menerawang memberI lukisan abu-abu yang misterius tentang perjalanan yang akan ditempuh,,,tentang ke-paranoid-anku saat nanti akan melewati Poipet, kota perbatasan Kamboja yang menurut beberapa blog yang saya baca, penuh dengan scam atau aksi tipu-tipu para calo imigrasi,,,lamunan candaan rekan-rekan yang menakut-nakuti,,,”Jangan tidur bay, bisa kebablasan hahahaha” ujar Wanbar,,,”Tegang yeuuuh!!” canda Bobby,,,”Haligh siah” celetukan Barbar,,,hehehe tapi itu semua justru membuat saya tersenyum sendiri saat itu. Dan lamunan yang paling menghiburku sekaligus menyiksaku adalah senyuman lucu Sava gadis kecilku dan tawa renyah Fiqar anak lelakiku di rumah,,,semua bercampur aduk dalam benak menemani kesendirian hingga kereta tiba di Aranyaprathet pukul 11.50 sesuai schedule…
#DistrictOne
#Solobackpacker
#OverlandBackpacker
#CrossBorderThailandCambodiaVietnam
#Oleholehbackpackeran

Kami berkenalan dengan Mr. Lin, yang kemudian kami menyebutnya Bapa Taiwan. Tampaknya dia ketua rombongan grup Taiwan. Hari pertama di longboat sama sekali tidak saling sapa, karena grup kami lebih banyak berbaur ngobrol dengan para remaja USA dan mojok di belakang perahu sambil memperhatikan si Italian Fotografer ganteng yang terus menerus menegak Lao Beer dan tidak pernah lepas dari kamera.
Bis kecil menuju Dien Bien Phu dikatakan berangkat jam 6 pagi dari terminal Naluang. Walau skeptis berangkat tepat waktu, terpaksalah tetap bergerak pagi-pagi sekali dari hotel, berjalan kaki ditengah hujan yang mengguyur sejak subuh. Bukan hari keberuntungan tampaknya, padahal sejak datang dikota ini cuacanya panas ngajeos. Karena tak membawa rain coat, terpaksalah ngingkig memakai sarung melindungi guyuran air dari langit. Ya sarung amat berguna… jangan pergi tanpa membawa sarung.
Bangkok memang kota yang beruntung memiliki sungai sekelas Chao Phraya. Keberadaanya merupakan nadi transportasi , ekonomi dan pariwisata bagi masyarakat Bangkok.
Malam harinya, setelah bergumul dengan peluh di
Beberapa tempat biasanya memiliki kendaraan khas yang tidak dimiliki oleh tempat lain, atau kendaraan yang menjadi ikon tempat tersebut. Misalnya London dengan doubledecker-nya, atau Venezia dengan gondola-nya. Kendaraan-kendaraan tersebut biasanya menjadi kewajiban bagi wisatawan untuk mencobanya. Seperti saat kami melakukan trip 3 negara ke Thailand, Cambodia, dan Viet Nam.
Walaupun memiliki nama yang sama, ternyata tuk tuk di Bangkok dan di Siem Reap memiliki perbedaan. Di Bangkok, pengemudi tuk tuk berada di dalam tuk tuk, seperti bajaj di Jakarta, hanya lebih panjang, lebar, dan lebih terbuka. Tuk tuk di Bangkok banyak yang dihias. Lebih meriah. Tetapi tempatnya lebih sempit dibandingkan tuk tuk di Siem Reap-Cambodia.
Berbeda dengan pengalaman pertama di Bangkok, kami sepakat bahwa naik tuk tuk di Cambodia lebih kalem, lebih santai. Kita bahkan bisa terkantuk-kantuk diayunnya. Trip 3 negara dengan teman-teman SGH memang menyisakan banyak cerita seru. Semoga bisa bergabung lagi di perjalanan backpacker mereka berikutnya.
Setiba di Da Nang bisa dibilang cukup suprise juga melihat kotanya. Terbiasa dengan suasana hiruk pikuk kota Saigon, maka Da Nang bagai antitesisnya. Tata kotanya yang asri dengan lalu lintas yang bisa dibilang lengang, tampaknya kota ini belum lama “dibangun” sehingga tata kotanya cukup apik. Sayangnya dari airport tampak tak ada transportasi umum seperti yang mudah didapat di Saigon dan Hanoi. Namun kita bisa dengan mudah mendapatkan taxi atau memesan Grab.
Awalnya hanya obrolan biasa ibu-ibu saat berkumpul. Ingin berlibur tapi dengan suasana seperti hiking rutin kami. Muncullah ide untuk mencoba backpacking tiga negara. Sangat berbeda situasinya jika ibu-ibu bersiap backpacking, dibanding dengan teman-teman petualang lain, apalagi petualang berstatus masih pelajar. Bagi kami semua harus disiapkan lebih jauh hari: cuti bagi yang bekerja, jadwal sekolah dan kegiatan anak waktu ditinggal harus saat longgar, penyesuaian dengan jadwal suami, dll.
Sekitar 40 menit perjalanan, tibalah di stasiun kereta api besar Bangkok. Surprise dan terkesan melihat stasiun ini, besar sekali dan gedungnya sangat antik, gedung tua bergaya Italian Neo-Renaissance (menurut mbah Wiki). Bagus sebagai trademark kota, bagus untuk obyek foto. Jalan sedikit dari stasiun ini, tibalah kami di hostel, benar-benar hostel gaya backpack. Satu kamar tipe dorm untuk sepuluh orang itu kami sewa untuk kami perempuan bertujuh. Menginap di area Hua Lamphong dipilih untuk efisiensi, karena setelah satu hari keliling seputar Bangkok, hari berikutnya kami akan harus kembali lagi ke stasiun ini untuk menyeberang ke Kamboja dengan kereta.
Sebagai turis, tidak banyak yang berkesan khusus di Bangkok. Thailand sejak lama sudah cukup familiar bagi turis-turis Indonesia. Jadi begitu tiba waktu kami bergerak ke Kamboja lewat Aranyaprathet dan lalu menyeberang ke Poipet, semua bersemangat, terbayang Angkor Wat yang fenomenal. Pengalaman berkesan justru banyak kami alami di Kamboja ini. Sebelum pergi, kami memang paling banyak di-brief soal Kamboja. Tentang banyaknya scam di sana, sampai karakter khas para pedagang atau orang-orang yang berhubungan langsung dengan turis. Dan sejak datang hingga kami meninggalkan Kamboja, semua peringatan itu terbukti.
Dari Moc Bai, lanjut tiga jam perjalanan lagi dengan bis ke tujuan kami selanjutnya, Ho Chi Minh City aka Saigon. Begitu masuk Saigon,keriuhan lalu lintasnya yang terkenal seantero dunia langsung menyambut. Tidak banyak kota dunia yang menawarkan “menyeberang jalan” sebagai pengalaman unik dan khas yang harus dicoba, jadi kami beruntung (walaupun seram) bisa mengalaminya di Saigon. Di Saigon tema kunjungannya heritage walk (belanja walk juga sih), keliling kota melihat uniknya Saigon sebagai kota yang, di luar dugaan, ternyata sangat cantik. Perpaduan klasik dan modern-nya pas, dan dimanfaatkan dengan baik untuk dijual sebagai wisata kota. Suatu hari sangat ingin kembali ke sana untuk eksplor lebih jauh, mungkin harus lanjut ke Vietnam Utara. Tidak terbayang sama sekali sebelumnya, bahwa Vietnam ternyata cukup membuat penasaran dan merindu.
Don Mueang Railway Station bisa dikatakan spot pertama kami dari Sadaya Geulis Hikers, saat melakukan trip 3 negara Thailand – Campodia – Vietnam bersama District One pada tanggal 1-7 November 2018 yang lalu.
Dengan tiba di stasiun ini membuat kami agak bisa menarik nafas lega setelah drama-drama tersebut, dan juga
Saat merencanakan trip 3 negara Sadaya Geulis Hikers beberapa waktu yang lalu, saya tertegun pada salah satu spot destination yaitu Angkor Wat yang berada di Siem Reap, Cambodia. Angkor Wat adalah nama yang sudah sering terdengar, mulai dari setting film Tomb Rider yang terkenal dengan pemeran utamanya Angelina Jolie, sampai fakta sejarah akan kemegahan Candi yang awalnya bernuasa Hindu beralih menjadi Candi Budha di abad 12.
Sunset area rupanya berada di sebuah bukit (baru tahu kemudian), dalam bayangan kami sunset spot di Angkor berada di tempat yang sama tapi berlawanan, ternyata lebih jauh dari itu. Kami diharuskan