Setelah beberapa waktu lalu melakukan perjalanan darat dari Singapura ke Kuala Lumpur, kali ini meneruskan rute darat ke Penang. Diharapkan rute darat ini akan menyambung terus hingga ke Utara. Entah Utara sebelah mana, mungkin kutub Utara 😀 Memang menyambungkan rute ini tak dilakukan dengan terburu-buru melainkan memakai Himalayan tactic slow but sure hahaha.
Nah setelah penerbangan dari Bandung dan tiba di KLIA langsung membeli tiket bis ke Melaka di konter tiket bis. Harganya 25 RM mahal juga padahal cuma 2 jam perjalanan. Tak apalah karena tak tahu mesti pake apa kesana selain bis. Setiba di Melaka cukup terkesan juga dengan terminalnya yang tertata. Setelah ormed sejenak lalu mencari bis no 17 yang didaulat sebagai bis paling berguna buat turis. Memang dengan 2 RM sudah sampai ke pusat kota, tepatnya di area sekitar Stadhuys dimana gedung-gedung heritage bercat merah menjadi ikon kota. Di banyak tempat dijumpai tulisan ‘Don’t Mess with Melaka’ entah apa maksudnya.
Seperti biasa, prioritas pertama adalah mencari penginapan yang telah dibooking sebelumnya. Biasanya protapnya adalah mendekat ke lokasi lalu ngopi-ngopi dulu. Setelah perut terisi lalu baru menanyakan alamat. Walau tak selalu berhasil, trik ini sering membantu. Sebuah tempat makan Melayu India yang tampak menjadi langganan warga lokal, Madras Cafe , menarik perhatian saya untuk mangkal sebentar. Setelah angin diperut sedikit terusir oleh capati dan kopi O, saya pun menanyakan lokasi penginapan Yote Hostel. Ternyata dekat dari situ hanya sepelemparan batu, syukurlah. Karena sudah sore, istirahat sebentar di hotel. Malamnya baru keluyuran lagi ke kota yang rupanya sepi kalau sudah gelap.
Esoknya sengaja cek out pagi-pagi karena rencana setelah walking tour akan langsung menuju Kuala Lumpur. Rute jalan kaki ini yaitu menyusuri sungai Melaka menuju pantai, lumayan juga berkeringat karena pulang pergi. Setelah merasa cukup melihat-lihat kota, kembali menyetop bis no 17 untuk kembali ke terminal lalu mencari bis yang menuju TBS ( Terminal Bersepadu Selatan) di Kuala Lumpur. Kebetulan sedang ada tiket bis yang promo seharga 10 RM. Tak disia-siakan segera saja disambar. Aneh juga bahwa tarif bis bandara KLIA-Melaka dua kali lebih mahal daripada tarif bis Melaka-Kuala Lumpur yang jaraknya hampir dua kali lebih jauh. Dari TBS perjalanan dilanjutkan ke Sentral lalu mencari MRT kearah Bukit Bintang.
Seperti biasa kalau di Kuala Lumpur saya melipir ke Bukit Bintang, karena memang tak terlalu hapal juga wilayah lainnya. Nah, esok hari rencananya akan eksplore kota namun ternyata baru menyadari bahwa besok harus sudah ke Penang. Maka setelah menyimpan barang di penginapan Greenforest jadinya hanya jalan-jalan saja sekitar Bukit Bintang malamnya. Oya, bila menginap di hotel murah yang cukup cantik ini lebih dekat turun di stasiun MRT Raja Chulan daripada di stasiun MRT Bukit Bintang. Esok paginya setelah sarapan di hotel, kembali ke TBS mencari bis ke Penang. Di terminal yang megah ini, ternyata jadwal bis ke Butterworth (Penang) tetap saja ngaret 😀 setelah dua jam baru ada bis aplusannya.
Perjalanan Kuala Lumpur-Penang sekitar 5 jam dengan istirahat sekali disebuah rest area. Jelang maghrib tiba di Butterworth setelah dioper ke bis lain karena ternyata bis yang dinaiki tujuan Sungai Nibong bukan Butterworth. Walau sama-sama di pulau Penang, jaraknya cukup jauh. Di Butterworth terminal bis letaknya berdekatan dengan stasiun kereta dan pelabuhan ferry, jadi tinggal berjalan kaki menuju kapal ferry yang akan menuju pulau Penang. Setiba di seberang (Georgetown) sebenarnya tinggal berjalan karena letak pelabuhan ke kota tua ini tak jauh. Namun bis kota RapidPenang bisa dimanfaatkan bila ingin sejenak mengistirahatkan kaki. Kalau tidak salah bis 401 yang melewati Little India, namun saran saya jalan saja setelah sedikit mempelajari peta karena tak terlalu jauh.
Penginapan yang dibooking yaitu Red Inn Court di kawasan Little India ternyata gampang ditemukan, berada di jalan utama sekitar mesjid. Karena sudah sore, seperti biasa memulihkan kondisi dulu sebelum jalan-jalan malam. Besoknya pagi-pagi hujan kembali turun dengan deras. Tak ada pilihan terpaksa walking tour secara hit and run, karena siang hari harus sudah meninggalkan Penang. Setelah melewati jalur walk of faith di Georgetown lalu kembali ke hotel, cek out kemudian memakai bis 401 ke bandara Bayan Lepas. Pulang? Bukan bos, hari itu masih lama. Flight menuju Vietnam 🙂
Ketiga kota Melaka, Kuala Lumpur, dan Penang masing-masing disinggahi tak sampai 24 jam, karena jadwal blitzkrieg memang selalu ringkas. Namun tujuan perjalanan ini memang bukanlah mengeksplore kota melainkan terutama eksplore jalur, karena -entah kenapa- punya firasat bahwa jalur ini kelak akan sering dilalui kemudian hari. Just my feeling.
@districtonebdg