Rinai gerimis dan kabut pucat menyelimuti kami saat tiba di kawasan wisata Situ Cisanti, daerah Majalaya…udara dingin menyergap setiap pori permukaan kulit. Cuaca kurang bersahabat hari itu, tapi keindahan Situ Cisanti tetap tersibak diantara sergapan kabut yang datang dan pergi. Seperti gadis cantik yang malu-malu, menambah penasaran mata yang yang memandang.
Sebuah dermaga kecil, menambah kecantikan danau ini. Dermaga ini tampaknya jarang ditambati perahu, sehingga beralih fungsi menjadi dermaga ‘selfie’…dermaga untuk berfoto ria . Situ yang dikelilingi hutan pinus dan eucaliptus ini merupakan tempat wisata yg tidak mainstream, belum banyak orang yang mengetahui tempat wisata yang berhawa sejuk ini. Itulah yang menarik hati kami menyambangi tempat wisata ini.
Dalam #SaturdayOutdoor hari Sabtu, 25 April 2015 kami berempat berkesempatan mengunjungi area wisata yang tak jauh dari gunung Rakutak ini, Situ Cisanti konon merupakan titik nol dari sungai Citarum, situ atau danau ini terletak di kaki Gunung Wayang sekitar 60km arah selatan dari kota Bandung. Beberapa situs sejarah juga terdapat di wilayah ini, salah satunya konon adalah petilasan Dipatiukur yang merupakan seorang wedana para bupati Priangan pada abad ke-17.
Waktu baru menunjukkan pukul sebelas siang saat kami tiba, namun cuaca sudah memuram. Tak lama kemudian, gerimis pun menyambangi. Namun walau hujan gerimis semakin lama semakin rapat, Wawan Barang tetap teguh pada pendiriannya untuk melakukan trail running mengelilingi danau bersama seorang rekan menyibak hujan kabut.
“Era atuh geus mamawa sapatu Nike Airmax,” celetuknya.
“Maenya nike arimax ladu kitu?” selidik Bar melihat sepatu lari kumal yang diklaim Wawan nike airmax.
“Kawas sapatu jaman mad max eta mah wan,” ujar Bais mengingatkan film tahun 80-an.
Namun sikap skeptis dari rekan-rekan tak menyurutkan tekad bulat Wawan lari mengelilingi danau yang indah. Bersama Hari ia tetap bersikukuh lari-lari kecil ditengah guyuran gerimis yang semakin rapat.
“Wah tapi aku gak bawa salin, mas.” gumam Hari yang tadinya mau ikut lari, menjadi ragu.
“Udah larinya ga usah pakai baju..ayo..ayo” sahut Wawan.
“Iya..iya..tunggu mas,” dengan ragu Hari pun lari tanpa mengenakan baju. Sungkan pada ajakan Wawan.
Sementara Bar dan Bais segera melipir ke warung. Di benak mereka semangkok indome telor dan gorengan terasa lebih inspiratif pada momen itu. Juga kopi panas hmmm..