Categories : Hiking

 

IMG-20160113-02833IMG-20160113-02842IMG-20160113-02853

Kawasan hutan di sekitar  kampung Cikareumbi desa Cikidang, Lembang  dulunya merupakan tempat berburu. Lokasi tanahnya  subur dengan rerumputan hijau dimana-mana menarik hewan-hewan pemakan rumput. Disini banyak  tumbuh pohon kareumbi dengan sumber mata air yang berlimpah di berbagai tempat. Beragam hewan hidup serta berkembang. Hewan yang paling banyak ditemukan di daerah tersebut adalah Kidang (Mencek). Lama kelamaan daerah tersebut sering didatangi pemburu hingga akhirnya wilayah yang masih kosong itu dihuni menjadi tempat tinggal. Sekarang  kawasan itu dikenal dengan sebutan Kampung Cikareumbi.  Nama Desa Cikidang sendiri yang didirikan tahun 1854, yang diambil dari nama hewan itu yang senang hidup di sumber mata air.

Kami memulai hiking dari buper Cikole pukul sepuluh pagi, udara segar berbalut angin dingin yang mengelus kulit mengiringi langkah-langkah pertama dari parkiran mobil. Bila sebelumnya kami lebih sering hiking kearah Cibeusi, kali ini memantapkan diri untuk menuju Cikareumbi.  Baik menuju Cibeusi, Subang maupun Cikareumbi, Lembang jalur setapak akan banyak menemui turunan downhill.

Jalur yang dilewati sama dengan jalur menuju gunung Lingkung, namun di pertengahan jalan saat ada persimpangan maka kita mengambil arah yang ke kanan. Vegetasi sekitar jalur setapak disini didominasi hutan lebat dimana kita sebenarnya sedang berjalan di punggungan bukit, sehingga akan selalu melihat lembah dibawahnya. Bagi yang menyukai hiking di kelebatan hutan, maka jalur setapak disini merupakan salah satu yang terbaik.

Persimpangan ke kanan kondisinya tak berbeda jauh dengan “jalan raya” yaitu didominasi pohon besar dan semak yang lebat. Setelah menuruni lembah,kombinasi pinus mulai muncul hingga kemudian dominan hingga batas akhir hutan. Ditengah hutan sebuah sungai dengan air yang jernih mengalir menyejukkan irama perjalanan yang mulai berpeluh. Diantara kesejukan aliran sungai ini merupakan tempat yang ideal untuk mengaso sejenak.

IMG-20160113-02847IMG-20160113-02857IMG-20160113-02854

Setelah hutan pinus habis, landscape Lembang tampak terekspose secara menyegarkan. Beragam kebun sayuran mendominasi bebukitan hingga batas ladang. Dari tempat yang terbuka ini kita sudah bisa menilai posisi geografis kita, hingga jalan menuju kampung terdekat sudah dalam jangkauan.

Setelah berjalan beberapa lama diantara kebun sayuran kami tiba di sebuah pos pengumpul sayur. Tampak didalamnya timbunan tomat yang menggunung siap didistribusikan beberapa mobil bak terbuka. Salah satu ritual tahunan di Cikareumbi  adalah perang tomat, yaitu acara syukuran turun temurun untuk hasil panen yang melimpah. Tak heran tomat tampak menggunung disini.

Sebuah warung disamping posko sayur segera menjadi tempat bersanding setelah perjalanan hiking selama dua jam. Tentu saja untuk memesan kopi yang dinikmati dengan gorengan.

“Teu aya cengek na Bu?” tanya seorang teman celingukan. Kurang afdol rasanya menyantap gorengan gehu tanpa cabe rawit.

“Kantun metik we eta cengekna di kebon,” jawab si ibu tersenyum sambil menunjuk kebun cengek (cabe rawit)  disebelah warung. Ah betapa menyegarkan.

 Posted on : January 14, 2016
Tags :

Facebook Comments