Categories : Hiking

 

Gunung palasari bukanlah destinasi yg populer bagi para pendaki, gunung yg hanya berketinggian 1852 mdpl ini terletak di wilayah Palintang, Ujung Berung Bandung satu area dengan gn. Bukittunggul yg lebih populer di kalangan para penggiat alam di kota Bandung.

Minggu pagi itu, kami berempat, saya, pak heri (sejawat siskamling saya ), armand & puterinya aura, memulai pendakian gunung Palasari sekitar pukul 9 .

Hangatnya mentari pagi mengiri langkah awal kami yg langsung disuguhi trek menanjak, tapi view sekitar yg indah sedikit menghibur kami disela helaan nafas yg langsung ngos-ngosan.

setelah beberapa menit melalui area hutan ilalang, kami pun mulai memasuki hutan vegetasi yg rerimbunan pohonnya menyejukkan, aliran oksigennya yg segar mulai memberikan kenyamanan.

Kurang lebih satu jam, akhirnya kami tiba di puncak gn. Palasari yg saat itu cukup ramai oleh pengunjung, kami pun membuka perbekalan dan memasak air utk menyeduh kopi sambil sedikit beramah tamah dengan sesama pendaki lainnya.

Dua jam kami bercengkerama di puncak hingga akhirnya kami memutuskan utk kembali turun…dan perjalanan turun inilah yg membuat sedikit keseruan pada hiking saat itu.

keasyikan bercengkrama dan guyon diselingi sesi foto-foto an membuat kami lupa memperhatikan jalur yg akan dilalui, kami merasa memasuki jalur yg benar karena track yg jelas dan lebar serta tepat terbentang di hadapan kami.

Kami pun terus berjalan dengan tetap diselingi gurau canda, hingga pada kurang lebih seperempat jalan, Armand bergumam,,,”koq kita ga liat tanda pos 3 ya?”
pertanyaan Arman ini membuat Pak Heri membuka aplikasi geo track & orux maps dari gadgetnya dan benar saja arah kami melenceng cukup jauh dari track saat pendakian yg sdh direcord dari mulai awal perjalanan.

Kami pun berembuk, utk menentukan, apakah kita balik arah atau meneruskan perjalanan mengingat track yg jelas pasti ujungnya benar walau sedikit melenceng dari lokasi start pendakian,,,

“Teruskeun we lah, eta bapak-bapak jeung ibu-ibu pendaki tadi ge jalan ka dieu” ujar saya karena saat itu ada sepasang pendaki di belakang kami dari rombongan lain yg ingin turun duluan sama- sama melaui jalur yg kami lalui.

“Boa si bapak jeung ibu eta ge teu apaleun trus nuturkeun urang,,,” sahut Pak Heri.

Kami pun bertanya langsung kepada si bapak di belakang kami,,,dan beliau menjawab “eh abdi mah nuturkeun akang da”
Seketika kami pun berpandangan sambil nyengir,,,”Pak, jigana urg salah jalan, urg uih deui we ka luhur ” ujar pak Heri,,,

Kami pun sepakat utk berbalik arah menuju puncak kembali utk mencari jalur yang benar,,,Arman yg dari awal pendakian kolesterolnya kambuh mulai misuh karena harus meniti kembali trek menanjak yg menurut dokter pribadinya sebenarnya tidak dianjurkan mengingat kadar kolesterolnya yg tinggi. Tapi apa boleh buat, daripada tersesat jauh.

Baru beberapa menit kami berjalan, tiba-tiba seorang pemburu babi hutan dengan membawa anjing berteriak kepada kami,,”Terus we kang, ngke aya jalan da !” sambil berlari menuruni trek diiringi bapak & ibu yg tadi mengikuti kami di belakangnya. Rupanya si bapak bertanya kpd si pemburu tersebut,,,
“Tapi kang ieu jalur kaluarna ka tenda biru?” (tenda biru adalah warung yg menjadi shelter bagi para crosser atau hiker yg beratap terpal warna biru yg terletak di simpang jalan antara jalur palintang arah gn kasur & pangparang yg menjadi titik awal pendakian kami) tanya saya
“Muhun ka tenda biru” jawab si pemburu
Kami pun berbalik kembali melanjutkan perjalan dengan bersemangat,,,

Hingga setengah perjalanan lebih, kami mulai curiga dengan trek yg kami lalui,,,curam dan seperti bukan trek pendaki pada umumnya walau dibeberapa batang pohon kami melihat stringline dari rafia warna biru,,

Saya pun kembali bertanya utk meyakinkan kepada sang pemburu yg tampak tengah istirahat
“Kang, leres ieu teh kaluarna ka tenda biru?”
“Keula tenda biru teh aya dua, anu mana ieu teh? jawab si pemburu
“Tenda biru gn kasur-palintang” celetuk pak Heri.
“Oh, ieu mah ka tenda biru lapangan trail, belah dituna deui” jawab si pemburu dengan santainya,,,
hal ini membuat saya sedikit ngedumel,,,”naha karak mere nyaho ayeuna si kehed teh”
“Hayu lah teruskeun, ayeuna mah pokokna asal nepi ka jalan aspal we heula” ujar si bapak yg mengikuti kami,,,
Dengan ragu kami pun melanjutkan perjalanan,,,dan sang pemburu tiba- tiba kelihatan terburu-buru pergi dengan alasan sedang mengejar buruan, atau mungkin ingin menutupi kesalahannya karena ke sok tahuannya tentang tujuan kami.

Trek yg kami lalui semakin lama semakin tidak bersahabat, dengan turunan curamnya, trek ini lebih mirip trek bwt pemburu babi hutan drpd trek utk pendakian umum.
Hingga kami terhenti pada ujung trek yg terhadang lembah tanpa terlihat jalur setapak pun.
Saya mencoba melipir ke samping kiri dan kanan berharap menemukan jalan setapak, sedangkan Arman menuruni lembah berharap juga menemukan setitik jalan setapak,,,

“Teruskeun we kang, itu di handap seueur tangkal cau, pasti tos caket kebon penduduk!!” teriak si bapak yg mengikuti kami tiba-tiba kepada Arman.

“Stop dulu coy! ” teriak saya pada Arman, lalu saya bilang ke si bapak, kalau vegetasi pohon pisang itu ciri area lembah blom tentu area pemukiman dan bukti itu saya perkuat dengan maps pada aplikasi yg tertera di gadgetnya pak Heri yg menggambarkan topografi dengan garis kontur yg rapat yg artinya itu adalah area lembah yg curam.

Si bapak yg sebelumnya berambisi utk terus melanjutkan perjalanan menuju lembah diam membisu.
Saya pun meminta Arman, Aura dan pak Heri utk balik arah kembali menuju puncak.

Si bapak ragu utk mengikuti kami hingga dia bertanya kpd pak Heri,,,
“Bade ngiring ka luhur deui pak?”
“Enya lah pak, eta nu kaluhur kelompok abdi, nya abdi ngiring” jawab pak Heri,,,si bapak pun dengan langkah berat kembali mengikuti kami dengan menuntun si ibu.

Webbing yg selalu saya bawa dlm backpack, pada hiking kali ini bener saya gunakan dan memang ada gunanya,,,pada beberapa jalur webbing ditambatkan utk membantu menaikki jalur yg terjal yg menguras tenaga yg semakin berkurang,,,

Hingga hampir dua jam akhirnya kami tiba di puncak kembali,,,sebuah pengalaman baru,,,dua kali menjejakkan kaki di puncak dalam satu hari, dan ini bukan prestasi tapi karena musibah (Armand’s quote)

Dan dari puncak terlihat jalur kecil lebih kecil dr jalur yg td kami lalui ke arah kiri,,,dan justru trek kecil itu lah jalur yg benar,,,dan kami pun melalui jalur turun itu dengan lega,,,hingga tiba di titik awal pendakian disambut kue balok dan kopi panas,,,

 Posted on : December 1, 2020
Tags :