Categories : Jalan Jalan

 

10352592_10203172061975184_3015156268942183030_nSemua bermula dari beberapa job yang datang bertubi-tubi dan semuanya bertempat di bumi Sulawesi. Mulai dari Gowa di Selatan hingga Buol di Utara dan Luwuk di ujung Timur. Ah, kenapa tidak, sudah lama nian tak mengunjungi bumi Sulawesi yang indah sejak terakhir pada jaman masa kuliah dan kini sudah tahun 2012. Tentu saja kali ini bukan untuk bercengkerama dengan kabut dan udara dingin di puncak gunung melainkan sebuah perjalanan overland berhari-hari yang tetap dapat menguras fisik yang tidak bugar. Perjalanan yang makan waktu berhari-hari ini melewati jalur pantai sepanjang pesisir Barat pulau Sulawesi dan jalur pegunungan di wilayah Tengah.

Sejak meninggalkan Makassar menuju ke Utara, perjalanan sepanjang pantai membawa kami melewati kota-kota kecil yang tumbuh menggeliat seperti Maros, Pangkep dan Barru. Semakin ke atas perjalanan melewati Pare-pare, Pinrang lalu kemudian berhenti di Polewali Mandar. Setelah menginap di kota pantai ini, perjalanan lalu dilanjutkan menuju kota pegunungan Mamasa.

Setelah didominasi oleh pemandangan pantai sepanjang Makassar hingga Polewali Mandar, kini medan berganti dengan jalan berliku merayapi pegunungan menuju Mamasa yang terpencil di pegunungan. Perjalanan menuju kota yang sering tertutup kabut ini melewati jalan yang berliku menembus hutan perawan di pebukitan. Sayang jalan menuju Mamasa tak bisa dibilang bagus, karena masih banyak yang berupa kubangan dan dibeberapa tempat tampak sejumlah longsoran menutupi bagian jalan. Di kota pegunungan ini berakhirlah perjalanan etape I, karena darisini kami kembali turun ke Selatan menuju Makassar. Didapat kabar bahwa dari Mamasa terdapat jalan menuju Rante Pao, namun entah bagaimana kondisi jalannya sedangkan menuju Mamasa saja sudah rusak.

Etape berikutnya tak dimulai dari Makassar melainkan dari kota Palu menuju wilayah Utara dan Timur, sehingga bolehlah disebut etape II. Pada rute ini kendaraan melaju mengikuti liuk-liuk jalan yang cukup mulus sepanjang bibir pantai yang keindahannya akan membuat siapapun takjub. Horison membatasi birunya Laut Sulawesi yang menghantar deburan-deburan ombak ke pesisir. Pantai tampak begitu bening dengan pasir yang bersih dan nyiur yang melambai genit sehingga memaksa kami berhenti sejenak dibeberapa lokasi untuk sekedar melebur pada keindahan pantai dan mengabadikannya kedalam memori kamera DSLR. Pemandangan begitu indah sehingga tampaknya tak diperlukan aplikasi photoshop untuk mengeditnya.

Etape ini bermula dari Palu menuju Donggala, lalu perjalanan sepanjang pantai yang indah dari kota ini membawa kami kembali melewati Palu untuk terus menuju Toli-toli lalu berhenti Buol. Sebuah penginapan di pinggir pantai yang tenang menjadi tempat kami beristirahat

“Dahulu Buol merupakan hutan lebat, kayu-kayunya sebesar ini,” kata pengelola penginapan membentangkan tangannya. Ia sebelumnya pernah menjadi seorang grader di perusahaan logging di era kejayaan industri kayu disini.

Sisa-sisa kelebatan hutan memang masih terlihat di pinggiran, namun jelaslah bahwa sektor perkebunan dan tambang kini yang menjadi primadona disini. Entah berapa puluh ribu hektar hutan yang dibuka untuk perkebunan sawit disini.

“Tak ke Manado sekalian?” tanyanya saat tahu kami datang jauh dari Makassar. Waduh kapan pulangnya kalau begitu, pikir kami.

Setelah beristirahat di Buol, kembali kami turun ke Tengah untuk menuju Poso untuk kemudian terus melaju ke arah Timur demi bersua pelabuhan Luwuk yang legendaris. Kami tak melewati Palu namun mengambil jalan yang lebih ke Timur yaitu sejenak beristirahat di Perigi Moutong. Darisini perjalanan dilanjutkan menuju Poso yang selalu tampak menyimpan bara dalam sekam. Kontras sekali dengan keindahan pebukitan coklat menghijau disekitarnya yang memendam kedamaian. Menuju ke arah Timur terlewati kota-kota kecil yang bertumbuh seperti Uekuli, Ampana,dan Bolaang. Perjalanan terhenti di kota pelabuhan Luwuk yang ramai, yang merupakan akhir dari perjalanan etape II karena setelah menginap disini kami berbalik arah lagi menuju Palu.

Secara umum kondisi jalan trans Sulawesi cukup baik, ditambah pemandangan pantai yang indah menjadikan perjalanan menjadi tak membosankan. Tentu saja perlu dimaklum bila kondisi jalan bergelombang bila terpaksa melewati jalan desa. Keamanan juga tampaknya tak terlalu menyeramkan dibanding perjalanan malam hari di beberapa tempat di trans Sumatera dan Kalimantan. Tentu hal yang berbeda bila dalam kondisi konflik.

Walaupun beberapa kali jalan dibelokkan ke kampung karena perbaikan jembatan dan melewati jalan berlumpur, rasanya tak diperlukan mobil khusus untuk melintasi jalur Trans Sulawesi yang kami lalui. Sebuah mobil rental biasa dengan kondisi segar dan driver dengan pemahaman jalur yang baik sudah cukup memadai. Dan tentu saja, sebuah hasrat untuk bertualang ke tempat-tempat baru. @districtonebdg

 

 Posted on : May 30, 2014