Railway Adventure awalnya adalah sebuah konsep sederhana yaitu perjalanan menjelajah alam sekitaran Bandung dengan menggunakan Kereta Api lokal sebagai alat transportasi agar masyarakat lebih bervariatif dalam berwisata mengingat kebanyakan masih ‘roadtrip minded’. Berawal dengan menerapkan konsep berkereta api ini menuju Gua Pawon, Stone Garden dan Gunung Hawu di daerah Padalarang, lalu berkembang ke wilayah Purwakarta menuju Gunung Cupu dan melebar kemudian ke arah Cicalengka menuju Curug Cinulang dan Kareumbi.
Sejak D1VA menerapkan konsep ini, banyak masyarakat umum mulai tertarik mengikuti trip model ini. Terbukti dari permintaan mengunjungi Cisomang Railway Bridge yang meningkat, sayang jadwal KA Lokal yang berubah menjadi kendala tersendiri. Sepertinya KA Lokal masih dipandang sebelah mata sehingga harus mengalah terhadap trayek KA antar kota luar propinsi. Padahal bila jadwal KA Lokal ini diposisikan strategis, dampak terhadap iklim pariwisata akan membawa angin segar dengan warna berbeda.
Mengapa trip Railway Adventure ini efektif diaplikasikan? Begini, dengan jadwal yang terukur tentu jadwal berwisata akan lebih pasti dan terbebas dari belenggu resiko macet dibanding dengan berkendaraan mobil. Alasannya sungguh jelas, waktu sampai lebih cepat, selain faktor ekonomis dari sisi harga tiket yang murah meriah.
Mengapa RA ini juga sangat cocok untuk kaum masyarakat urban? Dengan mengenal dan berhenti di stasiun-stasiun kecil yang selama ini hanya terlewati ketika kita ke Jakarta atau Jogjakarta akan menjadi pengalaman tersendiri. Seperti ada perasaan campur aduk ketika turun di stasiun kecil dan lalu melihat sekeliling dengan ambience yang berbeda, mencoba berkomunikasi dengan masyarakat lokal dengan karakter yang khas di setiap wilayah. Ini tentu akan memberikan pengalaman dengan warna tersendiri bagi masyarakat kota.
Saya sempat kaget setelah berbincang dengan warga lokal saat menunggu keberangkatan kereta api di Cikadongdong, salah satu stasiun kecil di Purwakarta, tiba-tiba dihadiahi tanaman cingcau untuk dibawa pulang. Pernah saat di KA tiba-tiba ada seorang kakek yang mengajak mengobrol yang ujung-ujungnya meramal masa depan kita. Jangan kaget bila teman-teman saat di dalam gerbong, mendengar sekelompok orang melakukan paduan suara atau melihat sekelompok remaja putri melakukan pengajian. Itulah warna kehidupan masyarkat kita, tidak perlu ‘judging’ menilai itu hal buruk, cukup memahami dan beradaptasi dengan keadaan, bukankah posisi kita hanyalah visitor?
Keluar sejenak dari kotak rutinitas kehidupan urban dengan melakukan railway adventure akan membawa kita melihat ‘the other side of peoples life in certain area’.
Siapa yang menyangka kita pernah menginjakkan kaki di stasiun kecil Cikadongdong lalu merasakan adrenalin berjalan kaki di jembatan kereta api Cisomang yang konon merupakan jembatan kereta api aktif tertinggi di Indonesia, atau melakukan hal yang simple sekedar makan sate Maranggi di stasiun Plered, hiking ke Gunung Cupu, atau membeli street food yang beraneka ragam di stasiun Cicalengka ketika akan berkunjung ke Taman Buru Masigit Kareumbi atau Curug Cinulang.
Railway Adventure paling baru dilakukan D1VA tgl 22 Agustus lalu dengan mengunjungi kawasan Kawah Talaga Bodas di Wanaraja, Garut. Trip ini memadukan moda transportasi kereta api dan ‘feeder car’ menuju titik lokasi wisata. Sayangnya, KA jurusan Kiaracondong-Cibatu yang memulai keberangkatannya pukul 7.35 pagi tidak dilengkapi dengan jadwal dari Cibatu yang memadai, sehingga kami tetap harus melakukan roadtrip pulang menuju Bandung. Andai saja PT KAI mengimbangi dengan menambah trayek KA Lokal lebih banyak lagi dengan jadwal yang bervariatif, tampaknya akan membuka peluang-peluang memajukan pariwisata di kawasan Priangan dan sekitarnya. Mungkin juga ini berlaku untuk kawasan lain di Indonesia yang sudah memiliki jalur KA, dimana moda transportasi dengan konsep KA lokal yang berhenti di stasiun-stasiun kecil akan memberikan peluang pengembangan kawasan wisata di wilayah kecilnya tersebut. Bila trip-trip ini berkembang, saya yakin industri pariwisata di Indonesia akan berkembang dengan nuansa yang makin kaya. Dan sedikit demi sedikit masyarakat kita akan mengubah perspektifnya dari ‘roadtrip minded’ menjadi ‘railway minded ‘. Semoga ke depannya, setelah stasiun Garut selanjutnya stasiun Cikajang rampung akan membuka celah-celah lain dengan memberikan trayek yang lebih beragam dengan frekuensi yang lebih banyak sehingga supporti ke pengembangan wisata di wilayah-wilayah lebih terpencil.
Bandung, 23.08.2020
Penulis
Tanti Brahmawati
D1VA Organizer