Manglayang Trail Running (MTR) pertamakali digelar tahun 2015 tepatnya tanggal 22 Agustus, kegiatan tersebut merupakan bagian dari rangkaian acara HUT ke-33 Palawa Unpad selain seminar nasional soal karst, riung mungpulung serta bhakti sosial, dan penanaman pohon di areal Gunung Manglayang yang berada di belakang Kampus Unpad. MTR 2015 terbagi dua kategori yakni 21km Half Marathon dan 10km Short Course. Manglayang Trail Running mengambil lintasan dari Kampus Universitas Padjadjaran Jatinangor ke arah Baru Beureum, melalui Bumi Perkemahan Kiara Payung dengan trek berupa punggungan yang menantang.
Setelah sebelumnya dengan berbagai alasan selalu enggan mengikuti event trail running dimanapun, kali ini kami terbujuk juga memeriahkan trail running di Manglayang karena sebagian besar kepanitiannya merupakan para sahabat.
“Mahal.. rek lari wae mayar ratusan rebu,” biasanya itu grendelan utama enggan mengikuti event. Masuk akal sebenarnya, karena biasanya uang pendaftaran diatas 200 ribuan. Sedangkan bila lari sendiri di Tahura misalnya cukup merogok kocek 10 ribu. Apalagi kalau larinya di trek alam yang notabene tanpa biaya masuk.
Namun tentunya tak semua menganggap biaya itu mahal, karena knowledge tentang rute adalah hal yang berharga, belum lagi support yang didapat selama event yang menjamin berlari yang aman dan nyaman di jalur off beaten track. Belum lagi kalau bicara gengsi dan hobby. Baiklah, tiap orang punya pendapat sendiri-sendiri. Sementara menurut kami lari hanyalah untuk berlari saja.
Namun Manglayang Trail memang berbeda, karena punya nilai historis pada almamater yang terletak di kaki gunung Manglayang. Akan membuat tersipu malu bila dikatakan suka petualangan namun tak hapal halaman belakang tempat dulu sering bercanda riang. Jadilah kami membulatkan hati mendaftarkan diri untuk short course 10K dan half marathon 21K, tanpa target apapun selain berpartisipasi dan mengukur kemampuan diri.
Perbedaan vegetasi dan lansekap alam antara Bandung Timur dan Utara, segera terasa kala kita akan berlari di wilayah Jatinangor. Berlari di Tahura atau Cikole kita seakan dipayungi oleh kelebatan hutan. Sementara itu medan yang terbuka di Jatinangor didominasi semak dan ladang di jalur 10K yang relatif landai, sementara jalur 21K membawa peserta naik turun bukit untuk menikmati view fantastis dibawahnya. Satu-satunya keteduhan barangkali di area hutan bambu sekitar Barubeureum. Entah finish diurutan berapa, namun kami senang bisa ikut berpartisipasi dalam event trail running ini, selain berada diantara para sahabat lama juga sebuah kilas balik tahun-tahun yang berlalu. Tak sabar rasanya kembali bercumbu dengan alam Manglayang di even berikutnya di tahun 2016. @districtonebdg