Portaging di Curug Dago

cikapundung2

 

Portaging adalah mengangkut perahu lewat darat dengan cara berjalan kaki dikarenakan aliran sungai tak mungkin dapat diarungi.  Dalam sebuah pengarungan sungai  portaging merupakan alternatif terakhir bila setelah dilakukan scouting aliran sungai dinilai terlalu berbahaya, dan medan sekitar tak memungkinkan untuk melakukan lining. Beberapa tempat bisa diperdebatkan apakah perlu portaging atau tidak, namun saya yakin anda tak perlu bertanya lagi kala sebuah air terjun menunggu di depan.

Kami melakukan start penyusuran sungai Cikapundung di tengah kota Bandung dengan tiga perahu karet di kawasan Dago Bengkok. Daerah ini berada ditempat yang lebih tinggi dari curug Dago sehingga nantinya ketiga crew perahu harus bersiap-siap untuk melakukan portaging di suatu tempat sebelum air terjun untuk menurunkan perahu karet melewati curug Dago via darat.

Lebih dari setengah jam yang melelahkan harus dilalui saat melakukan portaging melewati turunan yang curam dan rumpun bambu sepanjang curug. Beberapa kali crew harus menarik nafas karena kepala rasanya berkunang-kunang setelah beberapa lama perahu bertengger diatas kepala. Walaupun dilindungi oleh helm, tetap saja rasanya langit runtuh menimpa kepala.

Setelah dengan perjuangan berat dan cucuran keringat yang deras akhirnya ketiga perahu berhasil diangkut melewati curug Dago, namun tak pelak semua harus menarik nafas dulu di tepian sungai Cikapundung sebelum kembali melanjutkan perjalanan. Gemuruh curug yang berdebam-debam di depan sungguh memiriskan hati andai perahu lebos terbawa oleh aliran sungai masuk ke curug ini. Kondisi curug sendiri sangat memprihatinkan dimana sampah yang terbawa oleh aliran sungai Cikapundung berkumpul di arus baliknya. Bila tak segera dibenahi lama kelamaan curug ini bisa menjadi tempat sampah raksasa, karena sampah yang tertahan di arus baliknya tak akan bisa teralirkan secara alami.

Dibandingkan pengarungannya sendiri, memanggul perahu melewati curug lebih melelahkan dan cukup membuat tegang. Setelah curug Dago memang masih ada sebuah waterfank setinggi dua meter dan penyempitan di Leuwi Beurit, namun keduanya relatif masih dapat dilalui. Susur sungai Cikapundung oleh perahu karet ini finish di Babakan Siliwangi. @districtonebdg

Rafting Cikapundung : Dago Bengkok – Babakan Siliwangi

Scouting di area watervank Cilimus

Great river need to be respected, sick river need to be loved.

 

Agar  merasa enjoy melakukan rafting di sungai Cikapundung orang harus menyukai olahraga arung jeram atau ia memang orang yang sadar lingkungan sehingga ingin memelihara  kebersihan sungai atau warga yang penasaran asal muasal aliran sungai yang membelah kotanya. Dengan kondisi tersebut maka tak akan terlalu masalah dengan kondisi sungai yang memprihatinkan saat melakukan rafting. Jangan berharap menemui aliran yang jernih seperti di sungai Cikandang dengan pemandangan tepiannya yang indah, bahkan sungai Citarum yang terpolusi pun masih terlihat segar dibandingkan warna kecoklatan yang mendominasi aliran sungai Cikapundung. Maka bila hanya ingin berwisata menikmati keceriaan alam anda harus siap-siap kecewa dengan kondisi aliran sungai disini.

Jalur rafting sungai Cikapundung mulai dari Dago Bengkok hingga Babakan Siliwangi cukup aman untuk dilalui namun pada beberapa check point beresiko tinggi sehingga kalau tak terkendali akan fatal sekali akibatnya. Pada beberapa titik ada drop-an dan hidraulik yang lumayan, apalagi kalau debet airnya agak naik. Beberapa titik juga main stream nya berubah-ubah (acak) dalam jarak yg dekat, dan jalur nya hanya bisa masuk satu perahu jadi manuver harus sedikit cepat.

Ada saatnya kala sungai selalu memberi penghidupan dan perlindungan pada manusia antara lain dengan menampung luapan air supaya tidak banjir dan menyediakan air bagi keperluan penduduk. Namun kekuatan sang sungai pun memiliki batas. Suatu ketika ia takkan sanggup lagi menyenangkan segenap peduduk kota. Ia bagai  pekerja yang sudah menguras tenaganya selama 24 jam sehari tanpa istirahat namun beban kerjanya terus ditambah tanpa belas kasihan. Suatu hari sang sungai yang dulu perkasa, ramah dan ceria itu pun akan frustasi. Hanya tinggal waktu saja ia akan mengungkapkan kemarahannya. Berdoalah agar kita tak melihat amarah alam pada manusia.

Lihatlah sungai Ciliwung yang kerap memperlihatkan otot-otot kemarahannya dengan menenggelamkan sebagian Jakarta bila ia sudah terlalu muak dengan perilaku manusia yang tak tahu diri. Namun sungai Cikapundung belum pundung pada warga Bandung, ia masih mencoba melayani keperluan warga Bandung –walau didera keletihan. Awak perahu karet yang menyusuri aliran sungai dari PDAM Dago Bengkok hingga Babakan Siliwangi merasakan benar  rintihan sakitnya sungai ini.

Toh walaupun dengan kondisinya itu, sungai Cikapundung tetap memberikan atraksi yang memukau dengan jeram-jeramnya. Seakan ia gembira kami mengunjungi dan mengajaknya bermain bersama. Barangkali inilah yang ia nantikan selama ini, bukan mereka yang menumpukkan kotoran dan sampah ke alirannya namun sekelompok orang yang memang ingin bermain, berbagi keceriaan, dan mengerti keadaannya. Dengan kondisi debet air yang memadai, anda akan merasakan rafting yang cukup mengasyikan sepanjang alirannya.

Namun seraya bercengkerama dengan sang sungai mereka mengayuhkan dayung dengan masygul yang tak biasa, tak lepas seperti kala mengarungi sungai-sungai lainnya.  Terkadang samar-samar mereka bisa merasakan rintihan dari sang sungai, tempat mereka semua pernah dibesarkan  dan menuntut ilmu. Bagaimanakah perasaan anda kala ada orang tua yang sedang sakit namun masih bersemangat bermain dengan anak-anaknya, hanya untuk menyenangkan sang anak.  Ia masih memperlihatkan tenaga dan kecerian nya yang tersisa. Ada sakit terasa kala  menyadarinya, namun tak seorangpun memperbincangkan. Hanya kegelisahan yang tak tuntas. @districtonebdg