Ada Police Line di Jalur Kawah Saat Talagabodas, Kenapa?

Jalur masuk ke Kawah Saat tertutup, dipasangi police line dan spanduk peringatan. Wah, gak lucu kalo ga bisa kesana, pikir kami, karena dari awal sudah niat ngopi di Kawah Saat.

Kami pun sedikit melipir dari jalur yang ditutup lalu masuk kembali ke jalur. Menu lipir melipir ini memang ibarat makanan sehari-hari diberbagai playing ground  kami, jadi bukan hal luar biasa. Setengah jam kemudian sampailah di Kawah Saat. Bagusnya jalur yang ditutup adalah tak ada siapapun di area kawah hehe.. Kamipun menikmati suasana sunyi ini sambil memasak air untuk sekedar ngopi.

Setelah cukup puas menikmati momen di Kawah Saat kami bertiga tak membuang waktu lagi langsung turun ke parkiran. Bukannya apa-apa tadi sudah pesan nasi liwet ke warung dan juga sudah mulai lapar hehe.. Warna biru pirus kawah Talagabodas pun sudah tak mempan merayu  untuk berlama-lama.

Sesampainya di warung si empunya bercerita bahwa pengunjung dilarang mengunjungi Kawah Saat untuk mencegah kejadian beberapa waktu lalu saat  sekelompok orang di SAR karena naik ke gunung Sagara via Kawah Saat. Jalur pendakian ke puncak Sagara memang bukan lewat sini melainkan lewat jalur resmi gunung Sagara.

Kami senyum-senyum saja mengiyakan, walau merasa lucu. Bagi yang berpengalaman, jalur ke Kawah Saat  itu layaknya permainan anak-anak saja. Lebih tepat kalau police line dipasang dijalur yang menuju puncak Sagara bukan jalur ke Kawah Saat. Namun kami tak ingin berpolemik lebih jauh.

@districtonebdg

Kawah Ratu yang Terlupakan

Ada tiga kawah di kawasan gunung Tangkuban Parahu yaitu kawah Ratu, kawah Upas dan kawah Domas. Kawah Ratu dan kawah Domas merupakan tujuan wisata populer didalam area wisata gunung Tangkuban Parahu.

Kawah Upas sebaliknya lebih populer bagi penyuka hiking karena untuk melihatnya harus melewati perjalanan kaki 2-4 jam tergantung startnya darimana. Namun sebetulnya view kawah Ratu pun bisa jadi destinasi hiking. Hanya saja karena orang terlanjur menganggap kawah Upas lebih “menantang” sehingga lambat laun jalur hiking ini terlupakan. Padahal jarak keduanya hanya terpaut sekitar 20 menit.

Mencapai lokasi untuk menikmati view kawah Ratu yaitu dengan start dari Jayagiri dan Cikole (lorong lumut), lalu setelah mencapai tower melipir ke kanan dan tinggal mengikuti jalur setapak yang menurun. Jalur ini bila diteruskan akan membawa kita ke parkiran wisata Tangkuban Parahu.

Oya, jangan ikuti jalur yang digambarkan pada Youtube diatas melainkan ikuti saja jalur lorong lumut yang lebih jelas. Kalau surveyor memang selalu gatal pada jalur melipir 😆

@districtonebdg

 

Saung Lahang Rest Area Ideal di Lintasan Gunung Lingkung

Bila melakukan hiking dari Cikole ke Cibeusi maka jalur yang ideal adalah dengan melewati gunung Lingkung. Selain treknya cukup lebar juga terdapat warung yang kondusif untuk memulihkan tenaga yang terkuras usai mendaki gunung Lingkung.

Setelah melewati puncak, perjalanan ke Cibeusi dilanjutkan dengan trek menurun. Seringkali treknya merupakan tanah gembur yang baru digali supaya tak terlalu curam bagi jalur downhill sepeda. Beberapa tempat memang cukup curam bagi sepeda, sehingga ada anjuran untuk dituntun saja.

Warung yang digawangi Abah Entoy ini kini populer dengan nama Saung Lahang. Memang saat sampai disini setelah turun dari gunung Lingkung dalam suasana hujan, lalu meminum lahang panas terasa benar sensasinya.

Menuju desa Cibeusi, perjalanan tak sampai sejam lagi melewati jalanan melipir bukit dengan pemandangan hamparan sawah yang indah. Kampung sudah terlihat dari sini.

Sepanjang Jalan Koral dari Sukawana ke Cikole

Meski tidak seluas di Bandung Selatan, suasana perkebunan teh Sukawana tak kalah indah dibandingkan Pangalengan dan Ciwidey. Bahkan karena letaknya dekat dari kota, Sukawana memiliki point lebih.

Kabut dan gerimis senantiasa datang dan pergi. Tampak gagah gunung Burangrang diseberang lembah dan Gunung Tangkuban Parahu didepan menunggu pinangan. Kopi seduh arabika yang senantiasa tersedia di warung Ma Onah menjadi tandem ideal saat cuaca syahdu.

Jalan koral terhampar jauh dari Sukawana ini menuju Cikole dan Gunung Putri, sekitar tiga jam jalan kaki. Hanya yang cukup aral saja melakoni hiking jalur panjang ini. Nah itulah kami yang kurang kerjaan hehe

Secara tradisional jalan batu rusak ini merupakan jalur off-road, hingga kinipun tetap demikian. Namun kini lebih ke off-road komersial daripada hobby. Konvoy Land Rover bisa menjadi atraksi hiburan saat merayapi trek ini.

Beberapa tempat wisata alam akan dilewati jalur hiking ini yaitu berturut-turut Talaga Warna, Nyawang Bandung, Cikahuripan lalu disekitar pertengahan jarak Sukawana – Cikole kita bisa beristirahat di puncak Jayagiri yang legendaris. Mau sampai sini pun sebenarnya sudah cukup jauh, tapi kalo masih penasaran silahkan lanjut ke Cikole atau Gunung Putri. Kagok edan 😁

Di Jayagiri kita bisa mampir ke lorong lumut yang hits itu. Walau jalur puncak Jayagiri ke lorong lumut terhalang resort Jungle Milk sialan sehingga terpaksa melipir lebih jauh. Bila sudah berjalan sejauh ini memang sayang bila tidak diteruskan sedikit lagi ke lorong lumut, biar tidak penasaran saja toh.

@districtonebdg

Long Trek dari Dago Atas ke Palasari

Lebih dari 30 tahun lalu kami mulai memetakan jalur hiking dari Bandung Utara menuju Bandung Timur dan Sumedang, lalu segera jatuh hati dengan trek panjang ini. Ragam jalur dan variasi vegetasi menambah pesonanya. Dan yang utama trek ini sangat sepi walau hanya “sepelemparan batu” dari Bandung. Jalan rusak tak bisa diakses mobil, tak ada warung dan tanpa penanda, keliatannya hanya yang cukup aral saja yang main-main dijalur ini.

Sebetulnya dari arah Cisalak, Subang pun bisa tembus ke Jatinangor melalui Bukanagara, namun akan terlalu maksakeun. Lagipula hanya didominasi jalan koral kurang asik. Jalur yang lebih pendek bisa dipilih dari Cikole, Cibodas bahkan Dago dan sepanjang Cimenyan.

Suatu hari dibulan Juli 2024 kami kembali kesini kali ini dari arah Dago atas menuju Gunung Palasari. Ini hanya sepotong trek namun tetap saja terasa panjang dan menguras tenaga. Terasa memori yang melelahkan mengenang sahabat yang sudah lagi tak bersama saat dulu pertama menapaki jalur ini.

Sedapat mungkin menghindari jalan mobil, trek bisa dimulai dari jalan buntu tebing Keraton atau Pamuncangan. Ada warung cukup representatif untuk parkir mobil maupun motor. Darisini lanjut merayapi Patahan Lembang yang berujung di gunung Palasari.

Dari Dago hingga puncak patahan Lembang kini cukup ramai grup yang hiking dan tampaknya akan menjadi jalur hiking favorit baru di Bandung. Nah bagi yang suka jalur soliter teruslah melanjutkan perjalanan. Sepi baru menghampiri di trek kebon kopi menuju Palasari, walau suara motor di jalan raya dibawah kadang masih terdengar.

@districtonebdg

Ke Jayagiri Aku kan Kembali

Kawasan hutan Jayagiri, Lembang telah populer sejak dulu. Disinilah masa kecil para penjelajah kawakan dari Bandung memulai perkenalannya dengan alam bebas. Disinilah ketika hutan pegunungan dengan lembut menasehati para petualangan belia itu untuk tak tergesa, belum saatnya menuju petualangan-petualangan besar. “Belajarlah dahulu, nanti saatnya akan tiba” seperti petuah seorang ayah pada anaknya.

Selain tempat kemping, rute di hutan ini merupakan jalur hiking legendaris. Maka pada tahun 1980-an sering diadakan even Kebut Gunung, semacam lomba hiking, dikawasan hutan pinus ini.

Nama Jayagiri semakin legendaris dengan grup Bimbo mempopulerkan lagu “Melati dari Jayagiri” gubahan Iwan Abdurrahman. Lagu tersebut digubah Abah Iwan sekitar tahun 1970 kala kawasan ini sering dijadikan tempat kemping para pencinta alam. Dulu juga pernah populer merk ransel Jayagiri, sebuah brand pelopor ransel outdoor.

Bagi yang belum pernah kesini, kawasan hutan pinus disini bisa sangat membingungkan jalurnya. Banyak yang hanya berputar-putar padahal merasa sudah berjalan jauh.

Namun sebenarnya Jayagiri merupakan hub jalur setapak ke berbagai arah. Kita bisa memulai trek ke Jayagiri dari berbagai tempat seperti Sukawana, Pasir ipis, Gunung Putri, alun-alun Lembang atau Cikole. Kini rute dari Lorong lumut termasuk yang paling ramai karena memang pendek jaraknya.

Para petualang yang dibesarkan oleh trek Jayagiri akan selalu rindu untuk kembali kesini. Trek hutan pinus ini merupakan kepingan sejarah masa lalu yang selalu dirindukan. Lalu setelah mereka melakoni berbagai petualang megah, ke peraduan Jayagiri mereka akan kembali. Dengan segala kerendahan hati untuk berterimakasih atas segala ilmu yang diberikan.

 

Hidden Gem Lain Viral Curug Ini Tetap Sepi (Semoga Tetap Begitu)

Lembang sangat kaya trek hiking, sebagian menuju lokasi yang tersembunyi. Lambat laun lokasi hidden gem itu semakin terekspos hingga tak lagi bisa disebut “hidden”. Bahkan puncak gunung pun kini ramai dan treknya macet oleh pendaki.

Semakin maju teknologi semakin mudah tempat-tempat rahasia itu diakses lalu tinggal waktu saja menjadi wisata publik. Sisi positifnya, masyarakat setempat kecipratan rezeki.

Ditengah gencarnya serbuan viral, beberapa hidden gem tetap terjaga kesuciannya. Tempat seperti inilah penyelamat bagi mereka yang mencari sunyi. Nah salah satunya adalah Curug Luhur di Cibodas, Lembang.

Lokasi curug berada di desa Sunten Jaya, Cibodas tepatnya kampung Gandok. Dari jalan Cibodas maka akan ada dua menara pemancar yang berdekatan, nah twin tower itulah cek poin yang gampang terlihat dari kejauhan.

Bila datang dari arah Maribaya maka setelah melewati tempat wisata The Lodge  akan ada Indomaret dan Alfamart yang berhadapan. Disebelah kiri jalan akan ada jalan masuk, itulah arah menuju curug. Jalannya cukup dilewati mobil namun akan sulit bila ada mobil lain yang datang berlawanan arah.

@districtonebdg

Lewat Tol Cisumdawu Semakin Dekat ke Curug Cirengganis

Beroperasinya jalan tol Cisumdawu menjadikan lebih cepat menuju Tanjungsari. Keluar gate Pamulihan yang tarifnya 20ribu dari Buahbatu maka sudah sampai di Tanjungsari.

Berbeda dengan dulu saat awal explore daerah sini, ruwetnya lalulintas menjadikan malas untuk kesini. Padahal trek Curug Cirengganis cukup menyenangkan. Relatif datar, teduh dan segar.

Keluar gate toll Pamulihan, jangan terlalu percaya pada gmap karena jalur tercepat bukan berarti terbaik. Ambil jalan Parakan Muncang lalu nanti belok kiri di Cilembu. Nah tinggal ikuti jalan hingga mentok di persemaian Cicalung.

Tak jauh dari Curug Cirengganis sebetulnya ada danau atau cekdam. Kalau dikelola dengan serius sebetulnya bisa cukup menjanjikan, namun saat terakhir disurvey tampaknya belum bisa direkomendasikan.

Lupakan Tahura, Ini Tempat Hiking Terbaik dekat Bandung

Bagi yang suka hiking, Tahura di kawasan Dago adalah jawaban untuk kesumpekan rutinitas kota. Hiking, running atau sekedar healing disinilah tempatnya. Tapi, sebentar… ada yang lebih recommended loh.

Mereka yang lebih menyukai trek alami dengan segera akan jatuh cinta pada Patahan Lembang. Lokasinya yang tak terlalu jauh dari Tahura, masih kawasan Dago Pakar, menjadi tempat ini sangat terjangkau dari kota. Jadi kenapa tidak coba kesini?

Menuju Patahan Lembang, dari Tahura tinggal meneruskan arah ke Tebing Keraton. Parkir di area Tebing Keraton, nah tinggal dimulai hikingnya. Jangan masuk ke Tebing Keraton ya, melainkan mengikuti jalan setapak kearah hutan.

Kami membagi area hiking Patahan Lembang ini menjadi dua yaitu upper track dan lower track. Kali ini yang dimaksud adalah patahan Lembang upper track. Sementara untuk lower track biasanya dimulai dari Cibodas jalur nya disekitar tepian sungai Cikapundung.

Patahan Lembang upper track ini belum banyak yang tahu sehingga jalurnya relatif sepi. Sepanjang trek kita akan melewati kebun kopi dan hutan pinus. Berjalan di punggungan bukit membuat kita memiliki view yang luas kearah Lembang.

Mendaki Gunung Patuha via Cipanganten

Perjalanan dimulai sekitar jam 10 pagi saat cuaca cerah matahari berseri-seri. Namun semua maphum bahwa cuaca gunung Patuha bisa berubah cepat. Walau jalan ke Geothermal kini sudah hotmix, kami berjalan kaki saja dari jalan raya. Dari Geothermal, kampung Cipanganten hanya sepelemparan batu. Alhasil sesudah satu jam berjalan dari dari jalan raya sampailah di Cipanganten. Tenaga dari bubur ayam tadi pagi di pasar Sederhana sudah tercecer dijalan aspal perkebunan teh.

Sejenak dadasar  di warung lalu mulai melahap tanjakan batu sepanjang dua kilometer. Tenaga dari indomie warung pun memudar di ujung tanjakan yang berupa hamparan kebun teh. Darisini cuaca asli gunung Patuha mulai menyambangi, hujan tipis dan kabut tebal menyelimuti kaki gunung.

Setengah jam kemudian tiba di view deck Sunan Ibu, namun kabut tebal menghalangi pemandangan ke arah Kawah Putih.  Sebagian orang mungkin menyesali kabut yang menutupi gunung ini namun kami seperti dipertemukan teman lama. Memeluk hangat dalam dingin.

Perjalanan dilanjukan ke puncak ditengah serinai gerimis yang makin membulir tetesannya.  Menjelang puncak flysheet dibuka lalu sejenak masak sambil bernostalgia.  Hujan,  kabut, letih dan lapar..  satu persatu elemen dari masa lalu merasuk membangkitkan memori yang megah.

Mendaki gunung Patuha via Cipanganten bagai sebuah penebusan terhadap komersialisasi alam. Rute yang bersahaja dan sunyi ini merupakan sebuah jalur yang layak diperjuangkan bagi mereka yang jatuh cinta pada Kawah Putih namun tak ingin terlalu dekat untuk mengotorinya

Puncak Patuha hanya sepelemparan batu dari tempat bivak,  tak berapa lamapun kami sampai disini.  Lalu lanjut ke Sunan Rama, dan turun via jalur yang berbeda ke arah Kawah Putih. Jalur turun ini terletak tak jauh dari petilasan. Sekitar jam lima sore sudah tiba di kawasan wisata Kawah Putih,  tinggal menunggu angkot untuk turun ke parkiran bawah.

@districtonebdg