Categories : Jalan Jalan

 

Jalan-jalan kali ini kami mencoba menjajal heritage di daerah Cimahi dan waduk Saguling di Batujajar, dimana jembatan apung Surapatin berada. Jembatan apung ini menghubungkan desa Giri Mukti dan Desa Panauban. Dibuat berdasarkan inisiatif warga dan didanai dari swasembada masyarakat.

Melihat jembatan ini seperti melihat sebuah ketulusan antara warga dan alam sekitarnya. Sederhana tapi bermanfaat banyak untuk lalu lintas warga di kedua desa tersebut. Tidak berteknologi tinggi, lebih terlihat bersahaja dan eco-friendly. Sebelumnya kami sempat survey kesini tapi dari arah stasiun Padalarang, lucu juga waktu survey itu.

Ceritanya bang Marpaung driver grab yang kita tumpangi belum hafal tempat yang  dituju maka ia pun mengandalkan waze.
“Sudah lebih dari 30 tahun saya di Padalarang tapi belum pernah kesini… ” gumamnya. Alhasil kita dibawa jauh sampai ke tempat penggalian pasir, ke kampung-kampung dimana jalannya sempit dan bingung arah. Sempet masygul sepanjang jalan dengan logat Bataknya yang kental.

“Waduuuuh, tau gini gak saya ambil, dari tahun 86 saya tinggal di sini, belum pernah saya mengenal tempat ini. Sepanjang saya jadi sopir grab, baru kali ini ada penumpang minta rute ini” desah bang Marpaung.
Kami senyum-senyum, dibiarkan saja ia mengeluarkan unek2nya.

“Ini penggalian pasir, gimana ini, mau balik aja lagi?” Beliau mulai putus asa. Tapi ya namanya juga survey, pantang pulang dengan tangan kosong.

Nah, bagi yang tertarik menuju jembatan apung Surapatin di Batujajar dengan transportasi umum, bisa naik kereta api ke Cimahi atau Padalarang lalu lanjut grab. Saran kami lebih baik ke Cimahi, bisa explore heritage sekitar stasiun keretanya.
Nikmati suasana heritage dan jajanan disekitar stasiun. Perjalanan ke Bandung bisa dilanjutkan dengan kereta komuter yang berangkat sejam sekali bertiket Rp 5000 saja. (2020)

 

Penulis : Tanti Brahmawati

 Posted on : April 28, 2021