Categories : Hiking

 

by Tanti Brahmawati

IMG_20160319_180024 IMG_20160319_180229

 Berawal dari chat di BBM dengan Bar yang memberitahukan Majlis Hiking Kamisan Ceria akan melakukan survey Hiking Batukuda-Barubeureum di kaki gunung Manglayang.

Kurang lebih begini chat-nya

“Rute datar Batukuda – Barubeureum , melipir punggungan Manglayang”

“Waktu p.p ?”

“4 jam- lah”

Jawab saya pendek  “ Siap ”

Saya pikir entenglah hiking 4 jam, tidak perlu bawa perlengkapan yang banyak, but wait , yang namanya gunung mana ada sih rute datar. Ah, ini pasti ‘heureuy’ ala Bar yang hormone serotine nya akan meningkat kalo ia berhasil mengelabui  track yang kami lewati.  Sudah kebiasaan sebelum melakukan perjalanan, saya tidak pernah ‘googling’ terlebih dahulu, seringkali dibiarkan semuanya berjalan saja, mengalir dan berlalu menjadi pengalaman baru.

 D- day pun tiba, pagi-pagi saya ganti ransel yang biasa dipakai hiking ceria dengan ransel yang lebih besar.  Saya masukkan stock makanan dan minuman yang agak banyak,  dan pakaian ganti in case I got wet. Ya, belajar dari pengalaman yang sudah-sudah, setiap bermain alam dengan tim District One selalu saja ada perlengkapan yang kurang saya bawa.

Beranggotakan 8 orang dengan starting poin perjalanan dari  Batukuda, kami mulai melakukan pemanasan terlebih dahulu. Jujur saja saat itu tubuh saya kurang fit and  I was really not in a good vibe.  Baru saja berjalan  menanjak sedikit sudah tergopoh-gopoh, sehingga saya cukup tertinggal di belakang dibanding peserta lain, parahnya segerombolan anjing penjaga ladang menghadang dan tiba-tiba menyerbu  saya dan Bobby kala akan memasuki hutan bambu.., so scary that worsened  my mood.

IMG_20160319_174459IMG_20160318_080803

Mood saya terbantu membaik setelah melewati hutan bambu dan berhenti di sungai jernih yang mengalir  kecil, kami menyebutnya  Rest Area KM 1,45 Batukuda-Manglayang, dimana kami membuka perbekalan dan berfoto ceria, menyetubuhi air dan talking with the hiking buddies.

Perjalanan dilanjutkan dan rute terlihat sudah mulai ‘mencurigakan’ untuk berwebbing ria.  Tanjakan yang terjal dan licin membuat saya mengihklaskan tubuh ini terperosok dan terjerembab menciumi  bumi,  I felt earthing.

Tiba-tiba kepala saya mulai pening, lalu terdiam sebentar sambil memeluk pohon kecil di samping setapak , dari depan terdengar tim leader kita, Baiz berteriak, “ Tanti, are you oray? (maksudnya alright). You looked got mountain sickness”. Saya jawab singkat, “ I’m  okay, kang”. Mungkin trip ini adalah trip dengan frekuensi  terjatuh, terjerembab, terperosok yang paling banyak yang saya alami dibanding trip sebelumnya ditambah kondisi badan yang kurang fit, lemas rasanya. Beberapa kali Baiz berteriak, “ Are you alright?” “I’m OK”, ujar saya lirih.

Dari belakang Bar menyemangati, “ Ayo semangat semuanya, cuman sedikit lagi kok, ayo pake webbing aja”. Kalimat cuman sedikit lagi rasanya sudah tak bisa saya percayai. Hampir seperempat perjalanan saya menggunakan webbing, cukup membantu, tapi  hati saya tidak dapat berbohong ketika melihat pandangan Baiz yang seperti  kecapaian dan worried  .  Perasaan merepotkan banyak orang mulai menghinggapi berubah menjadi kecemasan. Bar dengan santai berkata, “Tenang aja ada Bobby di belakang”.  Bobby menyahut santai, “Kaleeeuuumm.”  Arman pun melemparkan tali webbing, “Naiknya pelan pelan saja ya”.  Saya pun menguatkan diri untuk terus melaju.

Akhirnya  sedikit demi sedikit saya sampai di puncak 1, sebuah area terbuka  yang sempit.  Pemandangannya sungguh indah, tapi rasanya enggan sekali untuk berfoto, lebih suka duduk dan membuka perbekalan makanan. Saya lemas karena kurang energi, sepertinya begitu.

Gatot yang lebih awal sampai di puncak cukup menyegarkan suasana dengan jokes yang menghibur. Juga ada Teti dan Hesti yang meramaikan obrolan candaan-candaan Gatot. After my energy  having got chargedthen I took some pictures.  Lucky us, the sky was so blue. It’s  worth. Tidak sia-sia mendaki dan masih bisa menyempatkan diri berfoto sebelum mendung datang.

Kemudian Baiz memberi intruksi, “Ayo kita balik, jangan kelamaan di sini, takut keburu ada petir.” Diam-diam saya mengagumi Baiz sebagi tour leader dengan passion yang kuat dan menguasai medan serta tingkat kesabaran yang tinggi menghadapi peserta.

Sepanjang perjalanan pulang saya lebih berenergi dan mulai terhibur dengan acara sliding menuruni setapak menurun, selebihnya saya lebih banyak berjalan sendiri saja, melakukan refleksi terhadap diri sendiri. Enjoying every ups and down in completing the trip.

Sejauh apapun kamu telah melangkah, sebanyak apapun  beban yang kamu pikul, janganlah kamu melemparkan  beban-beban tersebut dan menyebarkan kecemasan pada orang-orang di sekitarmu. Mendapatkan pertolangan dari orang lain memang sangat dibutuhkan, tetapi pertolongan terbesarmu adalah dari dirimu sendiri. Kamu sendiri yang tahu kelemahanmu, maka kamu sendiri pulalah yang menguatkannya.”

Kurang lebih seperti itulah komunikasi dalam diri ini. Mendadak saya menjadi  begitu melow. And I forgave myself for it…hey.. it’s hiking for theraphy, isn’t it? It’s  good time for doing self reflection.

Sambil berjalan pulang menuruni bukit, terlihat ‘savana’ yang sepertinya asik untuk kita tiduri. Good vibe flows. Saya dan Teti berbaring melepas lelah, ditemani kudapan sisa bekal dan diiringi lagu Pink Floyd.

Then you will realize just how good it is to be you,

Cause despite everything,  you yourself is your number one best friend. (QA)

IMG_20160317_172423

Tanti B. ,Hiking for theraphy and Detox believer

foto : Armand Norval

 Posted on : March 20, 2016
Tags :

Facebook Comments