Siang itu pusat kota Vang Vieng seperti biasa merupakan tempat yang santai, tidak ada yang tergesa. Turis asing banyak yang hanya sekedar minum dan menyaksikan acara televisi di cafe-cafe yang tersedia. Beberapa lainnya berjalan-jalan dari satu toko ke toko lainnya. Jalanan masih tenang, Sampai satu saat ketenangan pusat kota terganggu…BRAAKKK !!. Terdengar suara benturan cukup keras. Lokasinya hanya beberapa toko dari tempat kami duduk. Suasana menjadi riuh rendah, dan orang-orang berkumpul di tempat terdengarnya benturan. Ternyata ada turis asing yang menggunakan motor, menabrak motor lainnya yang sedang terparkir.
Tidak lama keramaian itu muncul, orang-orang bubar, kembali pada kesibukannya masing-masing. Beberapa orang yang keluar dari keramaian berjalan sambil tetap menenteng botol birnya. Bahkan ada seorang turis asing (salah satu yang keluar dari keramaian) berhenti di hadapan kami. Sambil melinting ganja, membakarnya, dan berjalan kembali. Setidaknya saya tahu itu ganja dari baunya.
Bau alkohol di setiap sudut pusat kota bukanlah hal aneh di Vang Vieng. Sebagai kota tujuan wisata turis asing di Laos, Vang Vieng memanjakan turis asing dengan minuman-minuman keras berkelas internasional hampir di setiap blok jalanan Vang Vieng. Dengan harga yang relatif murah (perbandingan dengan di Indonesia dan Kuala Lumpur Malaysia) tidak sulit bagi turis asing meminum alkohol kapan pun mereka mau. Jadi tidak aneh jika ada kejadian turis yang sedikit mabuk dan menabrak motor yang terparkir tadi.
Bagaimana dengan ganja? Kami sempat bertanya pada Khouk, salah satu pegawai perusahaan travel di Vang Vieng. Dia menuturkan bahwa memang banyak turis yang menggunakan ganja di Vang Vieng, bahkan beberapa menghisapnya di ruang terbuka. Namun Khouk mengatakan bahwa ganja atau opium merupakan barang terlarang di seluruh Laos. Dan para penggunanya harus berhati-hati jika ada polisi. Namun menurut kami sepertinya tetap aman, karena polisi yang terakhir kami lihat di Vang Vieng adalah beberapa ratus meter dari pusat kota. Menjadi sebuah dilematis, ketika negara miskin seperti Laos yang pusat pendapatannya berada di sektor pariwisata, harus menghadapi turis asing yang sudah merasa terlalu bebas menggunakan ganja atau opium di Vang Vieng.
Namun tidak semua turis asing berlaku seenaknya di Vang Vieng. Kami juga sempat berbincang dengan salah seorang turis asing asal Spanyol. Dia mengatakan bahwa memang banyak turis asing datang kemari, namun beberapa dari mereka memang berlaku kurang sopan. Dia lalu menunjuk salah seorang turis pria yang berjalan tanpa pakaian sambil menenteng bir di pusat kota.
“Turis ya seperti itu”, ucapnya.
Ketika kami tanya mengapa kamu tidak seperti itu, dia hanya tersenyum, “Saya pikir, saya tidak akan melakukan itu.”
(Hidayat Adiningrat,2011)