oleh Rausyan Fikry Muhammad
“There is so far, and the road is bad. And I tell you something, in Oudom Xay, nothing to see”, demikian penuturan supir taxi di terminal utara Vientiane saat kami berbincang dengannya.
Ya, sepintas kota di sebelah Utara Laos ini memang sangat terpencil dan tak banyak dikenal oleh wisatawan. Tak heran bila supir tasi itu terkejut mendengar tujuan kami. Namun dengan semangat let’s get lost, penuturan supir taxi itu justru membuat adrenalin terpacu. Menurut penuturan supir taksi yang membawa kami ke terminal utara, untuk sampai di Oudom Xay dari Viantiene, membutuhkan waktu sekitar 15 jam berkendara.
Suasana terminal utara Viantiene ini cenderung sepi dan gersang. Sore itu, hanya beberapa bus saja yang terparkir di terminal ini. Bebeberapa turis asing terlihat menunggu bus berangkat, perkiraan kami, mereka akan menuju Luang Prabang atau Vang Vieng, bukan ke Oudom Xay seperti kami. Untuk menuju Oudom Xay kami membeli tiket bus menuju Borkeo, dan berencana turun di Oudom Xay, salah satu kota yang dilewati trayek bus tersebut.
Sengaja kami membeli tiket keberangkatan malam dari Viantiene, agar di dalam bus kami dapat beristirahat. Jadi dengan bus yang berangkat pukul 18.00, perkiraan kami sampai di kota Oudom Xay adalah pukul 10.00, pagi. Konsekwensinya tidak banyak yang dapat kami lihat sepanjang perjalanan malam itu.
Pemandangan baru terlihat disisi-sisi jalan ketika kami bangun pukul 06.00 keesokan harinya. Pandangan pertama adalah bukit-bukitan yang berjajar memanjang ke utara. Di samping kanan bus langsung berbatasan dengan anak sungai Mekong yang lebar. Bus seakan menelusuri sisi sungai yang tanpa pembatas jalan, karena dihimpit tebing terjal di sebelah kiri jalan. Dengan lebar jalan yang sempit, perjalanan menuju Oudom Xay ini cukup berbahaya, karena bus yang kami tumpangi pun hampir tergelincir menuju sungai.
Satu jam kemudian, bus beristirahat di sebuah kota kecil Pak Mong. Sebuah kota yang dikelilingi bukit-bukit rimbun, tampak tak banyak dihuni oleh penduduk. Ketika kami turun dari bus, udara sejuk dan dingin yang menyentuh, mengingatkan pada kampung halaman di Bandung. Pak Mong merupakan kota transit bus-bus yang akan menuju Borkeo dari arah selatan atau Viantiene dari utara. Di kota ini, penumpang bisa membeli oleh-oleh. Namun sepagi ini belum banyak toko yang buka.
Selepas Pak Mong, jalan menuju Oudom Xay semakin menyempit dan semakin rusak. Menembus bukit-bukit terjal yang menanjak, bus akhirnya menemukan titik puncaknya. Bus yang kami tumpangi mogok berkali-kali dalam perjalanan. Menarik apa yang kami saksikan di dalam bus. para penumpang yang seluruhnya warga Laos, kecuali kami, malah tertawa dan bercanda di dalam bus. Tidak seorangpun yang mengeluh, sepertinya sbuah kebersamaan dalam penderitaan masyarakat Laos.
Semakin jauh perjalanan, semakin menarik pula hal-hal menarik yang dapat disaksikan. Di sisa perjalanan menuju Oudom Xay, terlihat banyak masyarakat Laos yang belum banyak tersentuh kemajuan. Perkampungan yang rumah-rumahnya terbuat dari kayu, bilik dan beratapkan jerami masih banyak terlihat di sepanjang perjalanan.
Pukul 11.00 kami tiba di teminal bis tujuan. Oudom Xay atau juga disebut Muang Xay merupakan kota yang tidak terlalu besar dan dikelilingi oleh bukit-bukit. Tidak segemerlap kota-kota tujuan wisata lain di daerah utara, seperti Luang Prabang dan Van Vieng. Seperti tak banyak potensi kota Oudom Xay yang bisa menyilaukan banyak mata wisatawan asing. Namun kami tak patah semangat, pasti ada sesuatu disini!
Oudom Xay merupakan kota kecil, jadi untuk mengelilingi kota ini tidak membutuhkan waktu lama, hanya sekitar dua jam menggunakan Tuk-Tuk. Tidak banyak aktivitas masyarakat di kota ini, kebanyak hanya diam di rumah masing-masing atau berjualan di pasar dan menjaga toko. Masyarakat di kota ini pun sangat jarang sekali yang dapat menggunakan bahasa Inggris, sehingga agak menyulitkan wisatawan asing yang datang ke kota ini. Kebanyakan aktivitas yang dilakukan oleh warga adalah berniaga. Tidak banyak warga yang berjalan-jalan di kota, kebanyakan warga yang terlihat adalah warga yang memang berdagang atau bekerja di toko.
Melihat kondisi kota yang sangat panas, kami menyewa tuk-tuk untuk mengelilingi setiap sudut kota Oudom Xay. Dengan menyewa Tuk-Tuk seharga 200.000 K, kami mendapatkan waktu dua jam untuk mengelilingi kota antara lain mengunjungi temple dan Museum. Ketika mengunjungi temple, biksu yang tinggal di temple itu mengatakan bahwa temple ini baru dibangun sekitar 30 tahun yang lalu, dan dia mengatakan bahwa untuk temple-temple tua banyak terdapat di Luang Prabang. Sementara museum yang ingin dikunjungi ternyata tutup padahal menurut jam buka yang tertera di pintu museum, harusnya museum ini buka pada jam ketika kami berkunjung.
Ternyata kota kecil di Utara ini tetap memiliki pesonanya sendiri dalam ekowisata Laos. Wisata yang ditawarkan disini antara lain trekking di distrik Khamnu, melihat kehidupan desa Hmong, atau dengan sedikit keluar dari kota akan mendapati wisata yang kian menantang seperti gua Chom Ong, sember air panas Muang La atau lembah Nam Ko. Jadi kebanyakan bentuk wisata yang ditawarkan di kota Oudom Xay ini terletak di luar kota Oudom Xay, yakni sekitar daerah perbatasan dengan Luang Prabang di selatan dan kota Borkeo di utara. Namun seperti motonya the heart of northren Laos , dari kota ini wisatawan akan dapat menjangkau tempat-tempat yang menarik tersebut. Jadi dalam suatu perjalanan tak perlu kecil hati bila informasi awal seperti tak banyak menjanjikan. Itulah awal sebuah petualangan.