MENUJU ARANYAPRATHET,,,BERTEMAN LAMUNAN (2)

by Bayu “Baiz” Ismayudi

Pagi itu sekitar pukul 04.40 waktu setempat, pintu gerbang station Hua Lamphong Bangkok dibuka, setelah saya membeli ticket kereta jurusan Aranyaprathet seharga 48 baht saya langsung tergolek di kursi tunggu station, ingin memejamkan mata barang sekejap sambil menunggu keberangkatan kereta pukul 05.55.

Para pengunjung station sudah mulai ramai, baik itu yang menunggu keberangkatan maupun yang baru tiba dari luar kota Bangkok. Beberapa turis bule menyandang ransel penuh beban banyak berseliweran, kursi-kursi tunggu station pun sudah mulai penuh, ada yang sekedar duduk-duduk ada pula yang tertidur tergeletak karena semalaman begadang di luar station menunggu loket ticket buka seperti saya.

Sekitar 10 menit saya terpejam, badan sudah lumayan bugar, kemudian saya melangkah menuju toilet station ingin sekedar menyeka diri, membasuh muka yang kusut,,,tapi ternyata toilet belumlah buka. Di dekat toilet ada tulisan berisi “Tempat Sembahyang” bahasa melayu tentunya,,,”ini pasti maksudnya musholla” pikir saya,,,
Tapi setelah saya cari “Tempat Sembahyang” itu tak kunjung ditemukan,,,akhirnya saya bertanya kepada petugas station,,,” I am muslim, I am looking place for pray” ujar saya sambil menggerakan isyarat takbiratul ikhram,,,si petugas mengerti, beliau dengan senang hati dan antusias menunujukkan sebuah musholla yang terletak di antara dua rel kereta.

Sebuah musholla kecil tapi cukup apik berdiri anggun di sana, tapi sayangnya baru dibuka pukul 05.30…”owh bagaimana jika ada orang yang akan shalat subuh?” pikir saya,,,tapi bagian toilet musholla tidak dikunci, saya pun membasuh diri sejenak dan berwudhu,,, untuk selanjutnya shalat subuh sambil duduk di kursi dekat musholla…hmm,,,semakin terasa keinginan mendekat kepada Sang Maha Penguasa saat kita sendiri dan jauh dari rumah jauh dari keluarga atau teman,,,hehehe, manusia memang akan selalu teringat dengan Penciptanya apabila dalam kondisi terjepit, tertekan atau kesepian,,,fitrah manusia,,,

Rupanya di sini tidak ada istilah kereta terlambat,,,sesuai schedule pukul 05.55 kereta menuju Aranyaprathet mulai bergerak. Kereta ini mirip dengan kereta ekonomi kita, cukup bersih dan nyaman. Saya duduk di kursi yang posisinya berhadapan di depan seorang ibu-ibu setengah baya. Kereta pun melaju perlahan, bergerak melewati kota-kota hingga pedesaan yang dihiasi bentangan sawah yang menguning yang saya saksikan keindahannya melalui jendela kereta samping tempat duduk saya. Pada beberapa bentangan sawah, saya melihat banyak mobil jenis double cabin semisal Hilux atau Ford Ranger hilir mudik mengangkut hasil bumi,,,”Wow, di Bandung mobil double cabin seperti ini mungkin hanya sebagai alat transportasi mewah yg hilir mudik diperkotaan, tapi di sini,,,hmm, dijadikan alat angkut hasil bumi” Pikir saya,,,

Matahari semakin merangkak naik, perlahan,,,Kereta yang saya tumpangi semakin penuh sesak oleh penumpang yang naik di setiap station yg terlewati. Saya terbangun oleh sinar mentari yang membias dari jendela kereta,,,hmm,,semakin terasa ‘sepi’ di tengah kehiruk pikukan. Ibu paruh baya di depan saya terlihat sedang asyik ngemil penganan yang dia beli dari penjaja makanan yang hilir mudik dari gerbong ke gerbong. Suara orang berbincang mendengung di telinga seperti suara lebah dengan bahasa yang tidak saya mengerti, sesekali diselingi suara kokokkan ayam yang dibawa oleh penumpang menghiasi kehirukpikukkan. Tidak lama kondektur terlihat memeriksa ticket para penumpang, kondektur yang mirip Cak Lontong ini pun menghampiri saya dengan tatapan menyelidik dan meminta ticket untuk selanjutnya diperiksa dan ditandai.

Kembali setelah itu, saya ‘sendiri’. Pemandangan luar kereta kembali menemani, tentang para petani yang membajak sawah, mobil double cabin yang mengangkut hasil bumi, anak kecil yang berlari telanjang, sungai yang mengalir, langit yang biru, burung belibis yang terbang mengarak,,,Lamunan menerawang memberI lukisan abu-abu yang misterius tentang perjalanan yang akan ditempuh,,,tentang ke-paranoid-anku saat nanti akan melewati Poipet, kota perbatasan Kamboja yang menurut beberapa blog yang saya baca, penuh dengan scam atau aksi tipu-tipu para calo imigrasi,,,lamunan candaan rekan-rekan yang menakut-nakuti,,,”Jangan tidur bay, bisa kebablasan hahahaha” ujar Wanbar,,,”Tegang yeuuuh!!” canda Bobby,,,”Haligh siah” celetukan Barbar,,,hehehe tapi itu semua justru membuat saya tersenyum sendiri saat itu. Dan lamunan yang paling menghiburku sekaligus menyiksaku adalah senyuman lucu Sava gadis kecilku dan tawa renyah Fiqar anak lelakiku di rumah,,,semua bercampur aduk dalam benak menemani kesendirian hingga kereta tiba di Aranyaprathet pukul 11.50 sesuai schedule…

#DistrictOne
#Solobackpacker
#OverlandBackpacker
#CrossBorderThailandCambodiaVietnam
#Oleholehbackpackeran

MENANTI KERETA, MENGGELANDANG DI HUA LAMPHONG (1)

by Bayu “Baiz” Ismayudi

Pesawat yang saya tumpangi dari Jakarta akhirnya landing di Don Mueang Bangkok sekitar pukul 20.00 atau 08.00Pm waktu setempat. Penumpang pun satu persatu turun untuk kemudian antri di pintu imigrasi Thailand.
Usai urusan per Imigrasian saya bergegas ke counter money changer untuk menukarkan sedikit USD yg saya punya. Tepatnya pukul 21.30 saya baru keluar bandara dan menuju Don Mueang Station untuk berkendara dengan kereta api, sesuai itinerary yang saya buat menuju Hua Lamphong, sebuah station besar di Bangkok yang merupakan gerbang pemberangkatan menuju pelosok Thailand.

“Train to Hua Lamphong it’s finished !!” sebuah pernyataan tegas dari petugas ticket station Don Mueang saat saya akan membeli ticket kereta menuju Hua Lamphong,,,”owh,so,, how I am to go to Hua Lamphong?” ujar saya agak kaget dan sedikit panik. Karena memang dalam itinerary saya tidak ada plan B untuk mengantisipasi hal seperti ini. Akhirnya si penjaga ticket memberi petunjuk kendaraan yang menuju Hua Lamphong,,,

Dengan berkendara menggunakan bus menuju Mochit lalu dilanjutkan menggunakan MRT dari station subway Bang Sue yang menyusuri beberapa station di bawah kota Bangkok hingga berujung di Hua Lamphong tepat pukul 22.30 waktu setempat.
Rencana awal perjalanan saya kali ini untuk hari pertama saya harus menuju Hua Lamphong, karena besoknya saya akan menuju Aranyaprathet daerah perbatasan Thailand dengan Kamboja untuk selanjutnya menyeberang ke Kamboja. Perlu diketahui, ini adalah perjalanan pertama saya tanpa teman alias solo backpacker.

Persiapan sudah saya lakukan dari sebulan sebelumnya, dari mulai menyusun itinerary, mencari informasi via blog-blog hingga penghitungan budget. Perjalanan ini sebenarnya lebih merupakan “tantangan” yang diajukan rekan saya Barbar untuk mencoba bersolo backpackeran…dan saya terima “tantangan” itu,,,Perjalanan yang akan saya tempuh ini merupakan perjalanan overland alias cross border antar tiga negara,,,Thailand, Kamboja dan berakhir di Vietnam.

Bagi sebagian orang, para backpacker perjalanan ini adalah perjalanan biasa,,,tapi bagi saya sebagai pemula sangat luar biasa hehehe,,,perjalanan kali ini lebih merupakan perjalanan spiritual yang menguras adrenalin bagi saya,,,

Malam memang sudah larut saat saya tiba di Hua Lamphong, saya sempat melihat jadwal keberangkatan kereta yang akan saya tumpangi menuju Aranyaprathet dan rupanya kereta tersebut berangkat pukul 05.55 esok pagi. Sambil berjalan melihat-lihat station, saya berfikir,,,apakah saya akan menginap di penginapan terdekat dengan resiko bangun kesiangan dan ketinggalan kereta atau tidur di emperan station seperti yang orang banyak lakukan, bergeletakan di teras station hingga lorong-lorongnya.

Tidak berapa lama beberapa petugas keamanan station menutup gerbang station yang menandakan bahwa station telah tutup.”can I sleep here?” Tanya saya kepada petugas seraya menunjuk kearah deretan kursi yang ada dalam station…”no, you sleep outside like them” jawab petugas seraya menunjuk ke teras station yg telah penuh dengan calon penumpang.

Dan saya pun ngeloyor pergi menyusuri pinggiran station, sambil menikmati kemegahan Hua Lamphong, sebuah station kereta yang besar dan apik. Di sisi lain saya menemukan jejeran café yang masih buka yang diisi oleh para turis bule dan saya pun memasuki salah satu café untuk memesan kopi hitam panas sambil tentu saja nebeng wifi hehehe,,,

Dari café seberang station ini saya bisa melihat Hua Lamphong yang dihiasi lampu warna warni yang membuat station itu terlihat gemerlap. Setelah menikmati secangkir kopi dan sebungkus roti, bekal saya yang saya bawa dalam backpack, saya kembali menyusuri jalanan sekitar yang mulai sepi…

Malam semakin larut, rasa letih selama perjalanan mulai terasa,,,dan akhirnya saya memutuskan untuk beristirahat di salah sebuah lorong di sekitar station yang tidak begitu banyak orang. Saya memutuskan untuk tidur di emperan station karena saya takut tidur kebablasan jika saya tidur di dormitory atau hostel dan tentu saja bakal ketinggalan kereta menuju Aranyaprathet wilayah perbatasan Thailand & Kamboja.

Sekitar satu jam saya memejamkan mata,,,tiba-tiba saya mendengar langkah halus mendekat, saat mata saya picingkan,,,seorang lelaki kekar berdiri tidak begitu jauh dari tempat saya tidur,,,matanya merah dan tangan yang penuh dengan tattoo,,,Dia menatap tajam pada saya, saya pun segera bangkit “red alert” dalam diri saya memberi signal tanda siaga 1. Kami saling tatap untuk sesaat,,,mungkin melihat saya waspada, si lelaki bertatto itu tidak lama kemudian ngeloyor pergi…saya pun kembali terduduk sambil menghela nafas,,,”huh,,,gak lucu kan klo sampe dipalak atau dirampok di negara orang saat hari pertama perjalanan saya pula” gerutu saya dalam hati,,,Akhirnya saya pun sukses untuk melek terus hingga station buka kembali pukul 04.40,,,”daripada barang saya digondol preman saat saya tidur, mending saya melek dan tidur nanti di kereta” pikir saya,,,hmm,,,rupanya adrenalin saya sudah mulai diuji di hari pertama solo backpackeran saya,,,

#DistrictOne
#SoloBackpacker
#OverlandBackpacker
#CrossBorderThailandCambodiaVietnam
#Oleholehbackpackeran