Sekali Dayung, Dua Tiga Puncak Terlampaui

Mengawali langkah menyusuri jalanan setapak hutan sekunder Barubeureum yang berada di kaki Gn. Manglayang, matahari mulai merangkak naik menaungi kami yang kali ini berniat menguak jalur menuju puncak bayangan Manglayang tetapi melintasi Curug Antani .

Secara counturing jalur ini melingkar ke kiri jika kita berjalan dari arah pintu Barubeureum. Memasuki jalur awal kita disuguhi jalan setapak bercabang, lurus datar dan mengarah ke kiri menanjak. Karena kita bermaksud melintasi Curug Antani, maka kita memilih jalur kanan yang menanjak.

Nafas mulai memburu diiringi peluh yang mulai bercucuran disela perjalanan yang terbungkus hutan semak dan sekunder. “Keula euy urang motoan heula” (bentar saya ambil gambar dulu) keluh Erfan sambil membidikan kameranya kearah view yang terbentang di bawah. Sebuah trik yang lazim dilakukan jika fisik sudah mulai tidak bisa diajak kompromi dan minta untuk rehat sejenak. Sementara saya pun bersiasat menyibukkan diri memasang stringline (marka/tanda jalur).

Usai melintasi jalur yang menuju curug Antani, kami mengambil jalur yang lurus agak datar yang membuat kami agak bisa menghela nafas usai disuguhi jalanan menanjak. Kira-kira 50 meter kemudian kami menemukan jalur yang agak membelok ke kiri. Saya mulai curiga,,,”koq jalurnya sepertinya semakin menjauhi target puncak bayangan?” Walaupun pada akhirnya jalur itu membelok ke kiri dan lurus menanjak.

Kecurigaan saya semakin kuat ketika semakin lama vegetasi yang dilalui adalah hutan primer yang seharusnya jika menuju puncak bayangan kita hanya melalui hutan sekunder. Tapi rasa penasaran sudah merasuki, kami pun terus meniti jalan yang semakin menanjak yang saya pikir karakter jalur ini adalah jalur menuju puncak utama.

Dan dugaan saya terjawab setelah mendaki selama kurang lebih satu jam setengah, nampaklah bukaan yang dinaungi pepohonan yang memang ternyata merupakan puncak utama Manglayang. Ternyata memang jalur yang kita telusuri dengan melintasi curug Antani jika ingin menuju puncak bayangan harus melalui dulu puncak utama, dugaan saya diperkuat oleh keterangan pemburu babi hutan yang kami temui di puncak utama saat mereka sedang rehat.

Usai menyeduh sepeminiuman kopi yang kami masak, perjalanan pun dilanjutkan untuk kembali turun…”Fan, kita lewat puncak bayangan turunnya ok, biar kamu dapat dua tropi sekaligus hahaha” ujarku pada Erfan yang memang jarang melakukan pendakian. “ Anggap saja ini sekali dayung dua tiga pulau terlapaui fan” sambungku yang dijawab Erfan dengan senyum pahit bersimbah peluh,,,

Curug Antani yang Tersembunyi di Barubeureum

12523976_10208918011731393_726998420770939378_n 12885994_10209407045719663_5372241274919264035_o

Di kaki gunung Manglayang terdapat beberapa air terjun, antara lain Curug Antani dan Curug Cigedogan yang terletak di kawasan Barubeureum, Jatinangor. Curug Antani dengan ketinggian sekitar delapan meter terletak di ujung aliran sungai kecil, kita harus berjalan menyusuri aliran air ke hulu untuk menuju curug. Sementara curug Cigedogan lebih mirip pancuran dibanding curug, terletak di jalur yang berlawan arah.

Curug Antani bisa disebut cukup mungil dibanding curug lainnya di kaki gunung, dengan ruang hamparan yang tak terlalu luas. Namun tempatnya yang tersembunyi, justru menjadi daya tarik pecinta hiking. Bila curug ini terpapar di lokasi yang mudah dilihat, malah mungkin menurunkan daya tariknya. Tersembunyi di dalam semak hutan, kita seperti mendapati inner beauty.

Untuk menuju Curug Antani dari warung Mak Ipah di Baru beureum, cukup berjalan santai sekitar 30 menit. Tak lama setelah warung kita akan disambut oleh tanjakan, berjalanlah santai karena tujuan tidaklah jauh. Lebih baik menikmati tanjakan hijau diantara pohon pinus ini seraya menikmati pemandangan sekitar. Darisini tanjakan ke puncak bayangan Manglayang tampak curam di seberang, dengan jalan setapak tanah merah yang terlihat jelas.
Setelah bertemu batu besar di puncakan, jalur akan terus menurun. Lalu akan bertemu jalan mendatar, dari sini sudah terdengar suara gemericik air. Turunlah ke sungai kecil disebelah kanan kita, darisitu tinggal telusuri alirannya hingga ke hulu dan kita akan mendapati sebuah curug.

Meninggalkan curug, kami sarankan ambillah jalan yang berbeda karena kita belum hiking terlalu lama, masih banyak energi di tubuh. Dari batu besar yang menjadi petunjuk jalan tadi teruslah lurus, tidak ke bawah menuju warung. Jalur ini akan memberi kita view lain untuk dijelajahi. Setelah berjalan tak terlalu lama kita akan menjumpai pertigaan jalan setapak, bila ambil ke kanan segera menuju jalan koral dan bila lurus akan hiking semakin jauh mendapati hutan bambu. Pilih jalur dengan bijak sesuai waktu dan tenaga yang anda punya.

Bila membawa mobil, saran kami titipkan saja di sebuah rumah makan tak jauh dari gerbang Barubeureum. Kita bisa memesan menu untuk makan siang setelah nanti selesai hiking, darisini berjalan sepanjang jalan koral menuju warung. Pemandangan hijau sepanjang jalankoral cukup indah, seraya membiasakan kaki untuk berjalan. Bila ada waktu, setiba di warung sosialisasilah dulu sambil ngopi-ngopi sejenak, maka kita akan mendapatkan informasi berharga di kawasan sekitar.

Perjalanan hiking akan lebih bernilai bila kita tak hanya mengejar lokasi tujuan, namun meleburkan diri dalam lingkungan. Bersosialisasi dengan penduduk, menikmati pemandangan, merasakan otot-otot tubuh yang mengerang girang meyusuri setapak, suasana sepanjang perjalanan seringkali  lebih berkesan dibanding lokasi tujuan dari hiking itu sendiri. @districtonebdg