Beberapa tempat biasanya memiliki kendaraan khas yang tidak dimiliki oleh tempat lain, atau kendaraan yang menjadi ikon tempat tersebut. Misalnya London dengan doubledecker-nya, atau Venezia dengan gondola-nya. Kendaraan-kendaraan tersebut biasanya menjadi kewajiban bagi wisatawan untuk mencobanya. Seperti saat kami melakukan trip 3 negara ke Thailand, Cambodia, dan Viet Nam.
Thailand dan Cambodia ternyata sama-sama memiliki kendaraan khas yang bernama tuktuk atau tuk tuk. Sebagai pejalan yang memilih cara backpacker, maka kendaraan umum yang satu ini menjadi wajib bagi kami, terutama di Cambodia. Di Cambodia, kendaraan ini adalah kendaraan yang siap antar kapan pun karena ada di mana-mana dengan harga cukup terjangkau.
Walaupun memiliki nama yang sama, ternyata tuk tuk di Bangkok dan di Siem Reap memiliki perbedaan. Di Bangkok, pengemudi tuk tuk berada di dalam tuk tuk, seperti bajaj di Jakarta, hanya lebih panjang, lebar, dan lebih terbuka. Tuk tuk di Bangkok banyak yang dihias. Lebih meriah. Tetapi tempatnya lebih sempit dibandingkan tuk tuk di Siem Reap-Cambodia.
Tuk tuk Siem Reap bentuknya lebih menyerupai gabungan sepeda motor dan delman. Jadi, pengemudinya naik motor yang disambungkan dengan tempat penumpangnya di bagian belakangnya. Tuk tuk di sini lebih luas, bisa memuat kami berempat ditambah ransel/carrier kami.
Pengalaman menggunakan kendaraan ini kami mulai di Bangkok saat akan mengunjungi Wat Arun, sebuah candi agama Budha yang memiliki nilai seni tinggi. Berangkat dari tempat kami menginap di daerah Hua Lamphong, kami memesan tuk tuk menuju Pier Ratchawong (pelabuhan feri) untuk menuju ke Wat Arun. Setelah tawar-menawar harga, akhirnya disepakati tarif 100 baht untuk satu tuk tuk atau sekitar 45 ribu rupiah. Satu tuk tuk hanya bisa diisi maksimum 4 orang dewasa. Karena kami berdelapan, maka kami memesan dua tuk tuk.
Waktu menunjukkan pukul 7 pagi. Udara masih segar. Petualangan naik tuk tuk dimulai. Saya sudah bersiap dgn pengalaman seru menaikinya karena pernah menonton iklan yang diperankan oleh Pierce Brosnan, si Bintang James Bond, yang naik kendaraan ini. Dan benarlah adanya, pengemudi langsung starter begitu kami semua naik dan duduk manis. Dengan gaya gas yang dikeraskan beberapa kali di awal, pak sopir mengawali pameran keahlian mengemudinya. Kami diajak ber-zigzag beberapa kali melewati barisan mobil yang mulai ramai pagi itu. Wow! Orango banget deh raaanya. Badan kami berayun ke kanan dan ke kiri. Beberapa kali kaki kami sampai terjulur keluar dari badan tuk tuk untuk mengimbangi tubuh kami agar tidak jatuh terjengkang. Jangan berharap untuk duduk cantik dan anggun. Kami semua sampai tertawa menyadari keadaan kami. Untung tidak sampai diajak menembus tenda-tenda pedagang di pasar seperti di iklan Om James Bond tadi.
Berbeda dengan pengalaman pertama di Bangkok, kami sepakat bahwa naik tuk tuk di Cambodia lebih kalem, lebih santai. Kita bahkan bisa terkantuk-kantuk diayunnya. Trip 3 negara dengan teman-teman SGH memang menyisakan banyak cerita seru. Semoga bisa bergabung lagi di perjalanan backpacker mereka berikutnya.
Penulis : Augustina Mochamad Sirad