Pemandangan yang menyegarkan berupa hijaunya perkebunan teh telah terlihat sejak kita melewati Tangkuban Perahu dari arah Bandung. Perkebunan teh menghampar luas ke daerah Ciater hingga Bukanagara, Subang. Siapapun akan tergoda untuk melakukan tea walk atau sekedar berfoto sepanjang jalur ini.
Namun didaerah Ciater, tak hanya tea walk yang bisa dilakukan. Selain bisa menikmati keindahan kebun teh milik PTPN VIII, para wisatawan juga bisa menambah pengetahuan tentang tanaman teh melalui kunjungan ke pabrik dan museum. Lokasi pabrik teh Ciater ini dapat diakses melalui jalan raya Subang – Bandung. Sekitar 300 meter sebelum perempatan Sariater anda akan menemukan papan nama besar menuju lokasi pabrik di sekitar pangkalan angkot Ciater.
Sejak beberapa tahun lalu pabrik Ciater membuka kunjungan wisatawan yang ingin mengetahui tentang pengolahan teh. Pabrik yang didirikan sejak tahun 1990 ini banyak di kunjungi wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Turis mancanegara yang banyak berkunjung ke pabrik Ciater kebanyakan berasal dari Eropa terutama dari Inggris dan Belanda. Banyak turis Belanda yang datang itu untuk bernostalgia pada era kolonial, atau melihat peninggalan nenek moyangnya. Pabrik teh Ciater dibuka untuk umum setiap hari. Pengunjung akan dikenakan biaya sebesar Rp. 10.000,- untuk wisatawan domestik dan Rp. 15.000,- untuk turis mancanegara. Harga tersebut belum termasuk biaya untuk guide.
Lokasi lainnya untuk menambah ilmu tentang tanaman teh ini adalah menengok sejarah perkebunan teh di Museum Teh yang terdapat di jalan raya Subang – Bandung. Museum ini terletak sekitar dua kilometer dari pabrik ke arah Subang. Bangunannya memanfaatkan sebuah gedung tua peninggalan Belanda yang kini dikenal dengan nama Gedong Buleud. Di dalam gedung ini selain bisa mempelajari perkembangan perkebunan teh pengunjung juga dapat melihat beberapa duplikat foto, diorama, lukisan dan perkakas.
Di museum Gedong Buleud kita dapat mengetahui awal mula masuknya tanaman teh ke Indonesia melalui tangan-tangan dingin Preanger planters yang telah mengubah hutan lebat tak terjamah di kawasan Priangan menjadi hamparan luas perkebunan teh yang tertata. Nama-nama keluarga pioner Belanda seperti Kerkhoven, Holle, van Hucht dan Boscha akan terasa mendominasi sejarah teh di Priangan ini. Bila tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang juragan-juragan teh ini kita bisa membaca novel Sang Juragan Teh yang ditulis oleh Hella S. Haasse berdasarkan surat-surat pribadi keluarga Kerkhoven. @districtonebdg