Categories : Backpacker

 

Beberapa kali transit di bandara Brunei, terpikir juga ingin mengenal kotanya. Bandara kecil yang cantik dan sepi lebih menarik daripada bandara besar yang riuh. Karena hanya transit beberapa jam, jadi biasanya cuma ormed sekitar ruang tunggunya saja. Hmm boleh juga nih daripada tarpak terus di KLIA atau Changi.

Maskapai Royal Brunei juga kadang ada promo mematok harga yang bersaing dengan maskapai flagship lainnya.  Maka setelah mencari informasi, dicobalah dibulan Juni 2024 untuk masuk ke negara Brunei. Niatnya memang bukan khusus berkunjung ke Brunei melainkan hanya survey apakah feasible untuk dijadikan transit.

Dari informasi yang didapat ada shuttle bis dari bandara ke kota dengan tarif 1 BND alias 10,000 IDR. Kalo segini sih, saya tampung hehe.. walau tak semurah di Don Mueang atau Tan Son Nhat.  Dari Cengkareng saja kan mesti merogoh 80,000 untuk bis DAMRI keluar bandara.

Keluar bandara sekitar jam 5 sore, shuttle bis yang ditunggu tak juga nongol. 15 menit, 30 menit, satu jam cuma cengo di area tunggu. Wah, harus plan B.

Saat ada ibu menawarkan tumpangan ke bandar (kota), diterima saja. Tarifnya sama dengan taxi yaitu 20 BND. Toh tak ada pilihan lain.

Namun beliau berbaik hati mampir dulu di tempat-tempat ikonik  kota Bandar Seri Begawan dan menjelaskan sekilas kotanya. Jadi hitung-hitung city tour. Saat hendak turun di hostel pun memberi diskon jadi cuma bayar 15 BND.

Esoknya dari hostel ke bandara juga pakai taxi karena flight pagi sementara bis tampak kurang menjanjikan. Dengan biaya taxi yang kurang ramah backpacker, bila dihitung-hitung tetap lebih murah tiduran saja disekitar gate G bandara KLIA1 menunggu Malaysia Airlines yang flight ke Cengkareng besoknya. Ga jadi deh menjadikan Bandar Seri Begawan sebagai kota transit.

 

 Posted on : September 9, 2024
Tags :