By Bayu Ismayudi
Senja yang memerah cerah menaungi terminal Luang Prabang saat bus yang kami tumpangi dari Luang Namtha tiba. Luang Prabang adalah adalah kota ketiga yang rencananya akan disinggahi dalam rangkaian perjalanan saya & rekan saya Barbar kali ini, setelah sebelumnya Chiang Rai (Thailand), lalu melewati Chiang Kong (Thailand), selanjutnya menyeberang ke Laos melalui Bokeo dan singgah di Luang Namtha.
Dengan menggunakan tuktuk (sejenis angkutan kota) seharga 20.000 KIP/ orang (KIP : mata uang Laos) kami melaju menuju pusat kota dari terminal bus. Setengah jam kemudian kami tiba di pusat kota, tuktuk yang kami tumpangi berhenti di persimpangan jalan utama kota.
Seperti biasa, setiap kami tiba di suatu tempat hal pertama yang kami lakukan adalah mencari café untuk sekedar menikmati secangkir kopi hitam panas & ber-wifi-an, agar bisa sedikit “aklimatisasi” & orientasi medan. Dan kebetulan tuktuk yang kami tumpangi berhenti tepat di depan sebuah café.
Sejenak kami rehat sambil meneguk hangatnya kopi, terlihat di seberang jalan sebuah keramaian, rupanya Night Market yang menjadi salah satu ciri khas kota ini sudah dimulai. Menurut beberapa teman yang pernah berkunjung ke kota ini, Luang Prabang adalah sebuah kota yang menarik & eksotis, kota yang merupakan salah satu destinasi utama di Laos. Banyak beberapa atraksi yang bisa dipamerkan untuk para turis di sini, selain Night Market, pada pagi sekitar pukul 05.00AM ada upacara biksu yang berbaris memungut sumbangan dari penduduk setempat dan para turis. Selain itu karena Laos dulu pada tahun 1893 dan selama kurun waktu 52 tahun pernah diduduki Perancis, maka arsitektur banguanan bergaya Eropa banyak menghiasi kota Luang Prabang ini dan itu semua menjadi sajian menarik di kota ini. Kota ini juga terkenal sebagai situs warisan dunia yang dinobatkan oleh UNESCO.
Sepeminuman kopi pun berlalu, kami pun beranjak mencari guest house untuk menginap malam itu. Dan setelah melalui jalanan yang menjadi area Night Market kami menemukan guest house di jalanan kecil di dalam area Night Market tersebut. Sebuah Guest House yang nyaman dan strategis dan setelah melihat lihat room, kami pun booking satu kamar dengan double bed seharga 200.000 KIP.
Usai rehat sejenak dan membersihkan diri, sekitar pukul 20.00 PM kami bergerak mengeksplore jalanan kota Luang Prabang. Semarak Night market kami lalui, kami terus menelusuri sebuah kawasan di pinggiran sunga Mekhong yang menjadi area para backpacker berkumpul di mana banyak pula café & guest house bertebaran. Dan tentu saja wilayah ini tidak kalah semarak dengan area Night market tadi.
Hampir satu jam lebih kami menyusuri jalanan, sampai akhirnya memutuskan untuk kembali ke tempat kami menginap, namun sebelumnya kami sempat mencicipi nasi goreng yang dijajakan di pinggiran jalan seputar area Night Market, hmmm dari semenjak memulai perjalanan di Chiang Rai baru saat ini kami makan nasi setelah sebelumnya perut kami diisi oleh roti perancis dan mie rebus khas Laos (aroma & rasanya persis seperti Pho, mie Vietnam ). Beres makan kami pun kembali ke penginapan untuk istirahat.
Pukul 05.30 AM kami terbangun, pagi itu kami berniat menyaksikan upacara biksu yang terkenal itu. Maka setelah bersih bersih seperlunya kami pun bergegas menuju jalanan. Di kejauhan tampak ramai kerumunan orang, rupanya upacara itu sudah dimulai, setelah mendekati kerumunan tampak para biksu sedang berbaris berbalut kain berwarna orange membawa bakul kecil tengah memunguti sedekah dari penduduk setempat & para turis. Upacara yang dikenal dengan nama ‘Sai Bat’ berlangsung setiap hari dari pukul 05.00 AM. Para Biksu ini menerima sedekah berupa nasi ketan atau camilan tradisional. Penduduk yang akan member sedekah duduk di sepanjang jalan menunggu para biksu melewatinya. Konon menurut penduduk setempat, makanan yang terkumpul merupakan jatah makanan sehari untuk para biksu tersebut. Pada saat upacara ini berlangsung banyak para turis mengabadikan moment langka & unik ini.
Usai menyaksikan upacara ‘Sai Bat’ kembali kami berjalanan menyusuri jalanan kota itu sambil menikmati udara pagi. Terlihat beberapa orang sedang melakukan aktifitas olah raga pagi. Saat itu kami juga melewati beberapa bangunan berarsitektur eropa dan beberapa kuil berornamen khas Indochina yang sempat kami abadikan. Sementara itu aktifitas kota belum lah bergeliat sepenuhnya, karena memang seperti halnya di Vietnam atau Thailand di sini juga aktifitas perdagangan & perkantoran dimulai pukul 10.00 AM. Setelah puas berkeliling kami pun kembali ke penginapan untuk mandi & sarapan.