Tak perlu melalui sebuah expedisi besar berbiaya aduhai, melainkan dengan pendakian hit and run ala backpacker.
Tak ada salahnya bila dalam melakukan pendakian gunung kita melebarkan minat pendakian ke kawasan lainnya. Tentunya akan banyak pengalaman baru karena akan menemukan karakter gunung yang berbeda-beda bila mendaki di kawasan yang berlainan. Sehingga akan didapatlah koleksi puncak-puncak kawasan yang akan lebih memperkaya wawasan pendakian. Pendakian gunung-gunung di kawasan ASEAN, misalnya, bukanlah sesuatu yang mustahil dicapai, bahkan oleh turis sekalipun. Tak perlu melalui sebuah expedisi besar berbiaya aduhai, melainkan dengan pendakian hit and run ala backpacker.
Dalam skala regional pendakian puncak gunung di negara lain pun bukanah hal yang terlampau ribet. Memilih puncak gunung yang potensial di negara-negara ASEAN anda tinggal mengetik “highest mountain in ASEAN” pada Google. Anda akan menemukan gunung salju Hkakabo Razi di kawasan Himalaya Myanmar yang memiliki ketinggian 5.000 an meter, Kinabalu (4.095 mdpl) di Sabah-Malaysia, di Thailand (2.565 mdpl), di Laos (2.819 mdpl), Mt.Fansipan (3.143 ) di Vietnam dan Mt.Apo (2.954)) di Mindanao-Philipina dan tentu saja banyak gunung di Indonesia mulai dari Semeru (3.626 mdpl) hingga puncak Carstenz (4.884 mdpl).
Namun mendaki gunung Hkakabo Razi sepertinya akan terlalu njelimet dan kurang populer hingga pemuncakan pertamanya baru terjadi tahun 1997 oleh pendaki Jepang. Itupun ia mengakui enggan untuk kesana lagi karena selain waktu tempuhnya lama, perijinan sulit, biaya semahal mendaki Everest, juga tak terlalu prestisius sehingga diabaikan oleh para pendaki profesional. Dengan biaya ekspedisi yang mencapai $ 65,000 kala itu, siapapun akan lebih baik mendaki beberapa puncak dari seven summits saja sekalian. Namun anda bisa menggantinya dengan puncak-puncak lain di Myanmar yang lebih terjangkau biaya pendakiannya seperti Phonyin atau Phangran Razi yang berketinggian diatas 4.000-an meter juga. Kawasan pegunungan di Myanmar Utara ini merupakan bagian Timur dari pegunungan Himalaya, sehingga bila mendakinya seperti telah “menangkap” ekor dari pegunungan Himalaya yang legendaris itu.
Di Singapura jelas tak ada gunung yang bisa didaki karena hutannya pun dari beton, bahkan mungkin gedung-gedung disana lebih tinggi dari gunung yang ada di daratannya. Demikian pula Brunei dan Timor Leste yang masih dapat dianggap menyatu dengan pulau-pulau besarnya. Kamboja pun selain masih belum bebas dari ranjau darat, tak memiliki puncak menawan diatas 3.000 an meter. Anda juga mungkin tak akan bersemangat melihat foto Doi Inthanon (2.565) puncak tertinggi Thailand yang berupa tempat ziarah dan wisata, sementara puncak gunung Phou Bia (2.819) di Laos selain bekas medan konflik suku Hmong juga merupakan daerah militer terlarang. Ada kesan ditutupi informasinya oleh pemerintah sehingga lebih baik jangan membahayakan diri sendiri.
Namun gunung Fansipan (3.143 mdpl) di Vietnam akan tampak sulit untuk dilewatkan begitu saja. Selain tak terlalu mahal akomodasinya juga karena merupakan puncak tertinggi di Indochina. Sementara itu Mt. Apo (2.954) mdpl) di pulau Mindanao, Philipina juga perlu dipertimbangkan walau bisa disimpan dulu di urutan akhir karena biaya penerbangan ke kota terdekatnya, Davao, bisa lebih mahal daripada ke kota Kinabalu maupun Hanoi.
Setelah puncak-puncak ASEAN dilengkapi maka tak ada salahnya dilirik juga adalah puncak-puncak di bumi sebelah Selatan yaitu di Australia dan Selandia Baru. Gunung Kosciuzko bahkan merupakan sebuah puncak benua walau ketinggiannya hanya 2.228 meter diatas permukaan laut –kurang lebih setinggi gunung Bukittunggul di Bandung lalau ada juga Mount Cook (3.724 mdpl) di New Zealand. Bila anda pernah mendaki gunung manapun di Indonesia kelihatannya menggapai puncak Kosciuzko tak akan terlalu memberatkan. Ini tentu saja bila kita memiliki dana extra untuk jalan-jalan, karena perjalanan akan lebih mahal bila melancong kesana dan tak bebas visa seperti negara-negara ASEAN.
Mendaki puncak gunung manapun merupakan pilihan seseorang, tak ada yang memaksa harus mendaki sebuah gunung. Siapa pun bebas memilih pengkategoriannya masing-masing bahkan tak usah ada kategori sama sekali, karena mendaki gunung hanyalah sesederhana mendaki sebuah gunung. Seperti kata Mallory, because it is there. Namun dengan sedikit romantisme anda juga dapat membuatnya menjadi sebuah rangkaian pendakian yang agung dan indah, suatu tema petualangan yang bisa menginspirasi kehidupan. Sesuatu yang layak diperjuangkan.
Dalam skala lebih kecil pun kita bisa membagi nusantara ini ke dalam tujuh kawasan kepulauan besar seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan, Bali-Nusatenggara, Sulawesi, Maluku dan Papua. Maka didapatlah tujuh puncak yang boleh-boleh saja kita katakan seven summits juga.
Ini mirip seven summits yang mendunia itu, namun dengan skala lebih kecil yaitu nusantara. Maka kita akan mendapatkan Gunung Semeru di pulau Jawa (3.676 mdpl) , Gunung Kerinci (3.805 mdpl) di pulau Sumatera, Gunung Kinabalu (4.095 mdpl) di pulau Kalimantan, Gunung Rinjani (3.726 mdpl) di kepulauan Nusa Tenggara, pegunungan Latimojong (3.478 mdpl) di Sulawesi, Gunung Binaiya (3.200 mdpl) di kepulauan Maluku, dan Pegunungan Jayawijaya (4.884 mdpl) di Papua.
@districtonebdg